Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengembalikan Kejayaan Sate Padang Lewat Festival Kuliner

Selain rendang, Sate Padang juga merupakan kuliner andalan di Ranah Minang. Jika berkunjung ke Kota Padang, tak sulit menemukan pedagang sate ini.

18 Februari 2019 | 12.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Membakar Sate

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Festival Sate Padang pada Sabtu, 17 Februari 2019 sore, yang digelar di kawasan Pasar Raya Padang, membuat kepulan asap membubung bebas ke udara. Asapnya wangi, beraroma bawang dan menggugah selera. 

Baca juga: Sate Padang, Kuliner di Bukit Tinggi Ini Selalu Diburu Turis

Ratusan orang berkerumun sambil melipir dari satu tenda ke tenda lain. Setidaknya ada 22 pedagang sate yang berpartisipasi.

"Ini kesempatan menikmati sate yang lezat dengan harga murah," kata seorang pengunjung Yuni (42).

Memang sate Padang di lokasi festival kuliner itu bisa didapatkan dengan harga terjangkau. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, dengan uang Rp10 ribu sudah bisa menikmati seporsi sate.

Ada berbagai jenis dan merek sate, mulai dari daging, lokan, usus, lidah, sate labu, sate taichan, danguang-danguang, dan banyak lainnya.

Selain rendang, Sate Padang juga merupakan kuliner andalan di Ranah Minang. Jika berkunjung ke Kota Padang, atau daerah lain di Sumbar, tak sulit menemukan pedagang sate. 
Sate padang. getlostmagz.com
Apalagi  penganan dengan ketupat serta kuah yang khas dan gurih ini cukup populer di tengah masyarakat. 

Festival sate diinisiasi oleh Kesatuan Pedagang Jalan Permindo, bersama Dinas Perdagangan Padang.

Menurut Miko Kamal tujuan festival itu yang utama untuk merekatkan silaturahim antar pedagang dengan pedagang, kemudian dengan pemerintah, serta masyarakat.

Seperti peribahasa "Sekali mendayung dua tiga pulau terlampui", festival itu juga bertujuan menghilangkan kekhawatiran yang muncul di sebagian masyarakat terhadap kuliner Sate.

Kekhawatiran itu  dampak terungkapnya kasus pedagang Sate Padang yang diduga menggunakan daging babi.

Peristiwa menghebohkan tersebut mempengaruhi psikologi penikmat sate, meski yang bermasalah hanya satu pedagang saja. 

Karena persoalan itulah festival sate digelar sekaligus memberitahukan kepada masyarakat banyak, kalau yang bermasalah itu hanya satu pedagang saja. Hal ini juga diserukan Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah di hadapan khalayak ramai.

"Jangan terpengaruh dengan kasus itu, karena yang bermasalah cuma satu. Sementara masih banyak pedagang yang baik dan jujur," serunya di acara tersebut.

Terlepas dari berbagai persoalan, sate Padang sangat layak menjadi primadona para penyantap kuliner, dan memperkaya ragam kuliner nusantara.

Jika ada pepatah karena satu setusuk rusak rendang sebelanga, setidaknya dengan Festival Sate ini, kepercayaan masyarakat terhadap kuliner Sate Padang kembali tumbuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus