Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Flossing: Manfaat serta Sejarah Si Benang Gigi

Membersihkan kotoran yang tersangkut di gigi dan sulit dijangkau dapat menggunakan metode flossing. Sejak kapan digunakan?

7 Juni 2022 | 19.25 WIB

Flossing atau Benang Gigi. shutterstock.com
Perbesar
Flossing atau Benang Gigi. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Usai membersihkan gigi dengan sikat gigi, tak jarang masih ada kotoran yang tertinggal. Kondisi ini terjadi ketika kotoran sulit dijangkau. Padahal kotoran dapat menyebabkan plak dan berdampak pada kesehatan gigi. Membersihkan kotoran yang tersangkut di gigi dan sulit dijangkau dapat menggunakan metode flossing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa itu Flossing, serta manfaatnya? Dan sejak kapan flossing ini mulai dikenal?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Flossing merupakan metode membersihkan sela-sela gigi menggunakan benang gigi atau dental floss. Membersihkan sisa makanan menyangkut di gigi sebenarnya bisa menggunakan apa saja, salah satunya dengan tusuk gigi. Tetapi tentu ini bukan flossing yang sebenarnya. Sesuai namanya, flossing atau benang harus dipraktikkan menggunakan benang gigi. Selain lebih aman, tentu hasilnya juga lebih maksimal.

Mengutip laman nhs.uk, disarankan untuk menggunakan sikat interdental, selain menyikat gigi, sebagai bagian dari rutinitas kesehatan mulut harian sejak usia 12 tahun. Sikat interdental atau sikat interproksimal merupakan sikat gigi yang lebih kecil dengan kepala silinder tipis.

Gunanya untuk mengakses ruang di antara gigi yang tidak dapat dijangkau sikat biasa, sehingga dapat menghilangkan sisa makanan dan plak. Tetapi, beberapa orang mungkin tidak memiliki ruang yang cukup besar di antara gigi mereka untuk menggunakan sikat interdental. Sehingga flossing bisa menjadi alternatif yang berguna.

Mengutip dari Healthline, Flossing merupakan kebiasaan membersihkan mulut yang penting. Flossing dapat membersihkan dan mengeluarkan makanan yang tersangkut di antara gigi, sehingga mengurangi jumlah bakteri dan plak di mulut. Meskipun tak sedikit orang menyikat gigi setiap hari, namun tak semuanya menggunakan benang gigi sesering mereka menyikat gigi.

Lalu, apa yang mereka gunakan ketika sisa makanan menyangkut di gigi? Di Amerika Serikat misalnya, alih-alih menggunakan benang gigi, menurut sebuah studi oleh Ipsos, yang dilakukan atas nama Waterpik dan berkonsultasi dengan American Dental Association atau ADA, kebanyakan orang Amerika telah menggunakan ‘barang yang tidak biasa’ termasuk kuku (61 persen), kertas atau kartu yang dilipat (40 persen), peralatan makan seperti, garpu, pisau, atau sendok (21 persen) peniti (14 persen) dan bahkan helai rambut (7 persen) untuk menghilangkan makanan yang tersangkut di gigi.

Kendati menggunakan barang yang tidak biasa untuk flossing tidak diperdebatkan, tetapi menurut ADA sangat penting untuk flossing dengan benar. Sebab, flossing yang tidak tepat berpotensi merusak gigi dan gusi. Menggunakan benda tajam seperti pisau makan atau peniti untuk membersihkan kotoran yang menyangkut di gigi tentu tidak direkomendasikan. Gusi yang terluka akibat menggunakan alat tersebut dapat menyebabkan masalah. Jadi, sebaiknya memang menggunakan benang gigi untuk flossing.

Mengetahui waktu yang tepat untuk menggunakan benang gigi juga berkontribusi pada kesehatan mulut yang baik, menurut Healthline. Beberapa orang memiliki rutinitas menyikat gigi terlebih dahulu baru kemudian flossing. Namun, umumnya disarankan untuk menggunakan benang gigi dan kemudian menyikat gigi. Sebab, jika menyikat gigi terlebih dahulu dan menggunakan benang gigi setelahnya, makanan dan plak akan tertinggal di mulut sampai seseorang menyikat gigi berikutnya. Selain itu, ADA merekomendasikan flossing setidaknya sekali sehari dan menyikat gigi dua kali sehari.

Lalu, sejak kapan flossing ini mulai dikenal?

Mengutip dari berbagai sumber, flossing mulai dikenal luas era 1815. Kala itu, dokter gigi di New Orleans, Amerika Serikat, Levi Spear Parmly membuat benang sutra lilin tipis.

Benang itu diperuntukkan bagi pasiennya dl membersihkan celah di gigi dengan nyaman dan mudah. Parmly juga menerbitkan buku A Practical Guide to the Management of Teeth atau Panduan Praktis untuk Manajemen Gigi untuk mengajarkan pentingnya flossing.

Kemudian pada 1882, The Codman and Shurtleff Company mulai memproduksi benang gigi sutra tanpa lilin. Perlahan benang gigi mulai populer hingga 16 tahun kemudian. Pada 1898, perusahaan Johnson and Johnson mendapatkan paten untuk benang gigi.

Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memperkenalkan benang gigi kepada masyarakat luas. Pada 1940-an, benang sutra diganti dengan benang nilon karena bahannya lebih murah dan lebih tahan lama. Segera setelah itu, benang wax dan pita gigi tersedia di pasaran.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus