Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meniran bukanlah tumbuhan yang langka. Biasa hidup di tanah lembap, tumbuhan yang berbatang kecil ini mudah ditemukan di seluruh pelosok Indonesia. Daunnya lonjong dan bila disentuh akan menutup diri. Di balik daun ada bintik-bintik sebesar menir atau pecahan beras. Itu sebabnya orang menyebutnya meniran.
Sudah ribuan tahun meniran alias Phillanthus niruri dikenal mujarab untuk mengobati berbagai penyakit. Kalau rahasia lama ini sekarang menjadi pembicaraan hangat di dunia kedokteran, bukanlah tanpa sebab. Dua pekan lalu, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan meluluskan obat yang 80 persen berbahan dasar daun meniran sebagai fitofarmaka. Jenis obat ini satu tingkat di atas jamu dan obat verbal karena telah melewati uji klinis. Artinya, obat ini bisa dimasukkan dalam resep dokter.
Diyakini, sari daun meniran bisa mengobati demam, menolong penderita hepatitis B, sampai meningkatkan daya tahan pengidap penyakit tuberkulosis (TBC). Hanya, sejauh ini baru keampuhannya mengatasi TBC yang telah diuji klinis.
Itulah yang dilakukan oleh Zulkifli Amin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ahli penyakit dalam ini mengadakan uji klinis terhadap khasiat meniran, kemudian menuangkan hasilnya dalam disertasinya. Berbekal hasil penelitian yang selesai pada pertengahan Maret lalu itu, akhirnya ia mendapat gelar doktor.
Uji klinis dilaksanakan terhadap 67 pasien TBC di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Berusia 15-55 tahun, mereka mengalami gejala seperti batuk, berkeringat dingin, dan hilangnya berat badan dalam waktu singkat. Semua pasien tetap dirawat dengan obat-obatan yang biasa diberikan kepada penderita TBC. Hanya, sebagian dari mereka diberi tambahan obat yang berasal dari ekstrak daun meniran. Sebagian lainnya tidak mengkonsumsi sari daun meniran.
Hasil penelitian yang menghabiskan biaya Rp 300 juta itu amat menggembirakan. Setelah dilakukan uji dahak di laboratorium, kelompok yang diberi ekstrak meniran mengalami kemajuan pesat. Sebanyak 81 persen pasien pada kelompok itu sembuh dari penyakit TBC pada pekan pertama. Lain yang terjadi pada kelompok plasebo, pasien yang tidak mengkonsumsi sari meniran. Hanya 66 persen di antara mereka yang sembuh pada minggu pertama.
Dengan begitu, meniran sungguh besar manfaatnya. Pasien yang telah diberi ekstrak daun meniran bersama obat-obat TBC lainnya selama sepekan akan segera sembuh. Kalaupun si pasien berhenti berobat pada pekan kedua, kemungkinan besar ia tidak bisa lagi menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Selama penelitian, Zulkifli mengaku tidak memakai masker. Dia tidak takut tertular penyakit TBC karena sebenarnya kuman penyakit ini hanya bisa menyerang tubuh yang lemah. Dari 100 orang yang terinfeksi TBC, umumnya yang menjadi sakit hanya 5-10 orang. Lagi pula, "Saya bisa menjaga diri," katanya.
Menurut Zulkifli, daun meniran cukup mujarab karena mengandung flavonoid dan terfenoid. Dua zat ini bisa meningkatkan daya tahan tubuh, selain methyl-salycilate, tanin, dan vitamin C. Dalam tubuh, flavonoid dan terfenoid secara kimiawi menempel pada sel-sel pertahanan. Kuman yang menyebabkan berbagai infeksi pun akhirnya bisa dibunuh.
Jangan heran jika daun meniran juga bisa menurunkan demam pada pasien penderita infeksi saluran pernapasan atas. Ini pernah dibuktikan oleh Dokter Zakiudin Munasir, ahli pediatrik imunologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Suprapto Ma'at, apoteker dari Universitas Airlangga, juga meyakini daun meniran bisa meningkatkan daya tahan tubuh pada penderita hepatitis B. "Uji klinisnya sekarang sedang dilakukan Fakultas Kedokteran UI. Tunggu saja hasilnya," kata Ma'at.
Selain di Indonesia, sebetulnya daun meniran juga dikenal sebagai obat tradisional di banyak negara. Di Thailand, meniran dimanfaatkan untuk mengobati demam dan diare. Selama ratusan tahun, orang India menggunakan meniran untuk menyembuhkan sakit kuning, diabetes, kencing nanah, dan gangguan menstruasi. Begitu pula masyarakat Amerika Selatan. Mereka sering memanfaatkannya untuk obat penyakit asam urat, batu ginjal, batu empedu, flu, dan demam. Hanya, berbagai khasiat itu masih perlu dibuktikan secara mendalam lewat uji klinis.
Zulkifli Amin telah melakukannya terhadap pasien penyakit TBC. Ternyata sari daun meniran mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan temuan ini, biaya pengobatan pasien TBC bisa ditekan. Soalnya, daun meniran mudah ditemukan di mana-mana.
Utami Widowati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo