Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Menyihir Diri Sendiri

Otosugesti terbukti memperbaiki kualitas hidup orang tua. Proses penuaan melambat, fungsi kognitif dan produksi sel pertahanan tubuh meningkat.

22 Oktober 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kaki saya membaik dari hari ke hari (10 x)
Rasa kesemutan di kaki saya semakin berkurang (10 x)
Sakit kepala saya membaik (10 x)
Saya senang badan saya tambah sehat (10 x)

Bagi Saebah, rangkaian kalimat itu bagaikan mantra sakti. Isinya memiliki daya magis yang membuat sel-sel tubuhnya kian kuat. Itu sebabnya, saban ada kesempatan, perempuan 80 tahun ini menyempatkan diri mendengarkan rekaman suaranya sendiri yang berisi kalimat yang diulang-ulang seperti wirid itu. Bermodal Walkman, rekaman kaset disetel dan disambungkan lewat headset yang menutup kedua telinga. Biasanya, mahasiswi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta ini mendengarkan "mantra" itu selepas salat subuh, asar, dan magrib.

"Alhamdulillah, kesemutan di kaki sembuh dan jarang kambuh. Saya merasa lebih sehat," kata Saebah saat ditemui Tempo di rumahnya, di Manggarai Selatan, Jakarta, Senin pekan lalu. Manfaat lain, sakit kepala juga jarang mampir. Otak pun tetap encer dan masih gampang mengingat meski usianya sudah kepala delapan. Tak aneh, indeks prestasinya selama kuliah selalu di atas tiga. "Nilai jarang C. Rata-rata A atau B," ujar ibu lima anak yang tengah menyiapkan proposal skripsi ini.

Apa yang dilakukan Saebah adalah otosugesti atau memberi sugesti kepada diri sendiri. Yang mengajarkan hal ini kepada Saebah adalah Nina Kemala Sari, dokter spesialis penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Saebah merupakan responden penelitian Nina saat menggarap disertasi bertajuk "Peran Autosugesti pada Kualitas Hidup Pasien Geriatri". Geriatri adalah pasien yang berusia di atas 60 tahun. Disertasi ini dipertahankan Nina di Dewan Penguji FKUI pada Kamis akhir bulan lalu.

Manfaat serupa dirasakan Slamiati, juga responden Nina. Warga Bekasi Utara ini mengatakan rekaman otosugesti berupa permohonan kekuatan menjalani berbagai penyakit sangat membantu. Hingga saat ini, penderita diabetes, gangguan lever, lambung berdarah, dan radang sendi ini masih bisa aktif laiknya wanita kebanyakan. Kekambuhan memang kadang terjadi, misalnya kadar gula darah naik, tapi hal itu tak dianggap berat. Tidak berpikir negatif, seperti disarankan dokter Nina, "Itu yang membuat saya sehat," kata perempuan 72 tahun ini.

Mengurus pasien sepuh, seperti Saebah dan Slamiati, adalah keseharian Nina. Sejak 2006, ia menjadi konsultan geriatri. Para warga negara senior ini banyak mengalami penyakit sehingga perlu banyak minum obat. Padahal, seusia mereka, kemampuan pemulihan tubuh sudah melambat. Dari situlah Nina tertantang untuk meningkatkan kualitas hidup mereka tanpa menambah jumlah obat yang ditenggak.

Ide meneliti kekuatan otosugesti pun muncul. Hal ini dipilih karena sugesti akan lebih mudah diikuti bila berasal dari diri sendiri daripada bila diinstruksikan orang lain. Agar hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, uji manfaat dilakukan dengan mengetes beberapa zat dalam darah responden, seperti interleukin-2, interleukin-6, dan interferon. Tak hanya itu, pemindaian perubahan biokimia di otak dengan magnetic resonance spectroscopy juga dilakukan.

Nina menetapkan pasien geriatri yang menjalani rawat inap di RSCM, yang kondisinya rapuh, bahkan mungkin tak ada harapan, sebagai responden. Pertimbangannya, bila otosugesti bisa memperbaiki kualitas hidup mereka, orang dengan kondisi yang lebih baik niscaya bisa memetik manfaat serupa. Penyakit yang dialami responden antara lain hipertensi, radang paru, katarak, gagal ginjal kronis, diabetes, dan penyakit jantung koroner.

Penelitian dilakukan sejak Agustus 2010 hingga Mei 2011. Setiap responden kelompok intervensi harus mengikuti penelitian selama sebulan. Ia mendapat satu paket berisi Walkman, rekaman otosugesti, dan headset. Setiap responden diminta mendengarkan otosugesti selama 3-4 kali sehari di saat rileks, dan sekali mendengarkan butuh 15 menit. Saat rileks dipilih karena diyakini otak berada dalam gelombang alfa, sehingga gampang menerima ide-ide yang datang.

Hingga akhir penelitian, tercatat 26 responden dari kelompok intervensi otosugesti dan 25 responden dari kelompok kontrol (tak menerima otosugesti) menuntaskan penelitian. Hasilnya, skor kualitas hidup kelompok otosugesti lebih baik daripada kelompok yang tidak menerima otosugesti. Sekadar contoh, kadar interleukin-6 (protein yang berperan dalam berbagai reaksi peradangan) pada dua kelompok sama-sama tinggi. Setelah menerima otosugesti, kadar interleukin-6 pada kelompok intervensi berkurang (3,68 pikogram per mililiter), sedangkan pada kelompok kontrol malah meningkat (8,36 pg/ml).

Berkurangnya interleukin-6 memberi harapan positif terhadap sejumlah hal. Di antaranya pelambatan penuaan, perbaikan fungsi kognitif, serta peningkatan produksi dan fungsi sel T di darah putih. Pada gilirannya, semua itu akan meningkatkan kualitas hidup. Kadar interferon—protein yang melindungi tubuh dari serangan penyakit—pada kelompok otosugesti juga cenderung meningkat dibanding pada kelompok kontrol.

Kopromotor disertasi Nina, Profesor Akmal Taher, dokter spesialis urologi FKUI-RSCM, menilai hasil penelitian Nina merupakan pendekatan baru dalam menangani pasien usia lanjut. Pembuktiannya sangat lengkap dan komprehensif. Ia sepakat bahwa temuan ini tak boleh hanya berhenti sebatas penelitian, tapi harus bisa diaplikasikan dalam skala yang lebih luas. "Agar lebih bermanfaat," kata Akmal.

Dwi Wiyana


Sugesti Pereda Nyeri

Empat perempuan berkerudung tertidur pulas di sofa hijau di ruang pertemuan Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Rabu dua pekan lalu. Mereka tidak tidur biasa, tapi tertidur karena pengaruh hipnosis yang disampaikan Mardisusanto, psikiater yang jago menghipnosis.

Lalu, dalam kondisi trance, satu per satu wanita itu diberi kalimat sugesti sesuai dengan penyakit nyeri yang dialami. Wulan Nurdefaliana, misalnya. Perempuan 24 tahun yang mengenakan baju terusan hijau dipadu kerudung hijau ini disugesti agar nyeri di bahu kirinya reda. Nyeri muncul akibat kebiasaannya mencangklong tas di bahu kiri saat kuliah.

"Agak enakan," kata Wulan setelah dibangunkan dan duduk kembali di bangku peserta. Siang itu, Wulan bersama seratusan orang lain tengah mengikuti seminar "Bangkit dan Menang Melawan Nyeri Sendi". Salah satu bahasannya adalah hipnoterapi pada nyeri sendi.

Selama dihipnosis, menurut psikiater Tribowo T. Ginting, anggota tim Mardisusanto, seseorang akan mengalami perubahan psikologis, seperti pelambatan detak jantung dan pernapasan. Juga akan terjadi peningkatan gelombang alfa di otak (trance) sehingga gampang menerima sugesti yang spesifik, termasuk pengurangan nyeri.

Mardisusanto menegaskan hipnosis bukan dunia baru bagi mahasiswa yang mengambil spesialisasi kedokteran jiwa di Fakultas Kedokteran UI. Sebab, hipnoterapi diberikan dalam perkuliahan. Hipnoterapi bukan ilmu gaib, ilmu paranormal, atau ilmu penguasa kegelapan. Hipnosis adalah fenomena alam yang bisa ditemukan sehari-hari. Ibu yang menimang bayinya, sekadar contoh, sebenarnya sedang berupaya agar si anak dalam keadaan trance dan mudah ditidurkan. Saat itulah sang ibu bisa memasukkan sugesti positif, agar si anak rajin, menjauhi narkoba, dan sebagainya. Singkatnya, si ibu tengah menghipnosis anaknya.

DW


Kaidah Otosugesti yang Efektif

  • Gunakan kata "saya".
  • Pakai kata waktu "sekarang", bukan "akan".
  • Formulasi dalam bentuk kalimat positif, buang kata "tidak".
  • Buat secara singkat dan sederhana.
  • Pakai kata kerja aktif.
  • Gunakan perasaan/emosi.
  • Lakukan pengulangan, makin sering diulang, makin baik.
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus