Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Merangsang bakteri

Timbul pro dan kontra terhadap merkuri. efek pemakaian bahan penambal gigi ini diteliti di amerika serikat.

15 Mei 1993 | 00.00 WIB

Merangsang bakteri
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
BAKTERI kebal terhadap antibiotik bukan saja lantaran terlalu sering minum obat jenis ini, tapi bisa juga karena keracunan merkuri. Kesimpulan ini diungkapkan Dr. Anne O. Summers, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat. Merkuri itu, menurut Summers, berasal dari amalgam, yakni campuran merkuri dengan dental alloy, yang terdiri dari tembaga, perak, dan timah putih bahan penambal gigi. Amalgam terkikis, misalnya, akibat gesekan gigi ketika mengunyah. Sebagian merkuri larut ke dalam aliran darah. Sampai di usus, merkuri kemudian meracuni bakteri, persis seperti antibiotik meracuni bakteri. Akibatnya terjadi perubahan gen. Perubahan ini lama-kelamaan menyebabkan bakteri kebal terhadap merkuri. Celakanya, bakteri yang sudah berubah gen itu sama bentuknya dengan gen bakteri yang kebal terhadap antibiotik. Summers menggunakan enam monyet sebagai hewan percobaan. Gigi mereka dipasangi amalgam. Lima minggu kemudian bakteri di usus si monyet tidak hanya kebal terhadap merkuri, tapi juga terhadap beberapa antibiotik, seperti penicillin, streptomycin, kanamycin, chloramphenicol, dan tetracyclin. Penelitian akan dilanjutkan dengan percobaan pada manusia. Jika efeknya sama, menurut Dr. Stuart B. Levy, mikrobiolog dari Universitas Tuft, AS, kepada harian International Herald Tribune dua pekan lalu, penggunaan merkuri sebagai bahan penambal gigi harus dihentikan. Alternatif penggantinya, emas, composite resin, dan porselen. Temuan itu segera disambut setuju dan kontra. Misalnya dari The American Dental Association. ''Penambalan dengan amalgam aman. Percobaan pada hewan tidak berpengaruh pada manusia,'' kata Dr. Trry Donovan, anggota asosiasi itu. Farmakolog Prof. Iwan Darmansyah juga tidak sependapat dengan Levy. ''Penelitian itu masih memerlukan pembuktian lebih lanjut,'' katanya. ''Bakteri di sekitar gusi, yang notabene lebih dekat dengan daerah tambalan gigi, masih sensitif terhadap penicillin. Jadi, kenyataan secara klinis juga harus dipertimbangkan,'' kata Iwan. Tiga tahun belakangan ini kontroversi merkuri memang menghangat. Unsur penambal gigi ini dicurigai dapat meracuni tubuh. Petenis Swedia, Lasse Anderson, yang pernah mengunjungi Jakarta beberapa tahun lampau, pernah keracunan merkuri. Ia tidak saja menderita fisik kuku kaki melembek sehingga tak bisa bersepatu tapi juga sempat linglung. Setelah darahnya diperiksa, ketahuan bahwa seluruh plasma darah Anderson tercemar merkuri. Untuk membersihkannya ia harus cuci darah 150 kali. Ternyata merkuri itu menerobos ke dalam aliran darahnya pada saat giginya dibor untuk ditambal. Uap merkuri juga ikut terisap melalui pernapasannya saat penambalan berlangsung. Namun, sampai saat ini belum ada laporan berapa jumlah korban keracunan merkuri. Dan pada kondisi bagaimana merkuri itu bisa larut dan meracuni tubuh. Sebab tambalan amalgam Prof. drg. Edi Hartini Sundoro sudah berumur 30 tahun. Dan baik-baik saja. Yang berisiko tinggi, menurut Edi, adalah dokter dan asistennya. ''Orang yang ditambal giginya hanya sekali itu saja risikonya,'' kata dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia itu. Jika ada bahan penambal lain, itu tak berarti harus mengganti amalgam. ''Selama 150 tahun amalgam terbukti kuat, tahan lama, praktis, dan ekonomis,'' kata drg. Harijanto A.G., pemimpin redaksi jurnal Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Sri Pudyastuti R.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus