Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Muntah berak: perlu garam ?

Garam oralit sangat bermanfaat untuk menolong orang yang menderita muntaber. karena itu, masyarakat dianjurkan menyimpannya di rumah. (ksh)

13 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK akhir Pebruari, saban malam TVRI membujuk penonton supaya menyimpan bubuk garam-diare. Ajakan yang datang berbarengan dengan surutnya banjir di ibukota belum lama ini, mungkin telah memancing dugaan orang tentang adanya wabah muntah berak di sini. Tak ada siaran resmi mengenai itu. Tetapi angka penderita yang masuk ke RS ipto Mangunkusumo nampaknya memperkuat perkiraan tadi. Sepanjang Januari penderita yang masuk ke bangsal rumahsakit tersebut naik dari 2 menjadi 25 orang. "Untunglah semuanya bisa ditolong", kata dr Sunoto . Diare atau muntah berak kerapkali datang bersama banjir, musim buah-buahan ataupun kemarau yang keterlaluan. Virus punya pekerjaan. Kalau hukan itu, dia disebabkan oleh keadaan tubuh yang lemah, lantaran kurang gizi. Karena para ahli pun beranggapan bahwa penyakit ini tidak selamanya diakibatkan kuman Di tangan seorang dokter, penderita yang berak-berak diiringi muntah-muntah, biasanya tidak diberikan obat pemampat keadaan serba bocor tersebut. Dia akan disusul garam-diare yang disebutkan juga oralit. "Prinsip pengobatannya adalah untuk mencegah penderita menjadi layu karena kehilangan cairan dari tubuhnya", urai Sunoto dari Bagian Anak RSCM. Kalau cairan yang keluar bisa diimbangi dengan masuknya cairan garam-diare maka penderita bisa tertolong. "Sedangkan berak-berak tadi bisa sembuh dengan sendirinya", sambung dokter yang masih muda itu. Muntah-berak merupakan penyakit yang paling banyak menyerang anak-anak kita. Penyakit ini menduduki tempat pertama sebagai pembunuh. Saban tahun dia merenggut 600.000 sampai 900.000 anak-anak di bawah lima tahun. Penyakit di tenggorokan memang merupakan penyakit yang paling banyak diderita orang. Tapi bagaimana pun dia toh tidak sampai mematikan. Dari sinilah keterangannya mengapa pemerintah begitu gencarnya menyodor-nyodorkan garam-diare. Meski pun agak terlambat. "Penggunaan garam ini bukan belakangan ini saja. Tidak. Sejak dulu rumah-rumah sakit sudah menggunakannya. Tetapi sekarang pemerintah ingin obat yang murah ini lebih disebar-luaskan. Tersedia di apotik. Bahkan kalau mungkin dijual seperti jamu-jamu tradisionil", kata dokter anak Sunoto pula. Obat ini boleh dikatakan murah. Dan kalaupun ada yang berniat memhuat sendiri amat mudah. Ambillah garam dapur campur dengan soda roti, gula dan kalium yang sudah barang tentu harus mengikuti takaran tertentu. Tapi untuk mudahnya orang bisa memintanya di rumahsakit maupun puskesmas-puskesmas. Di RSCM harganya sekitar Rp 150. Sedangkan di puskesmas, dengan karcis masuk seseorang sudah dapat memperoleh sebungkus garam-diare. Sebab persediaan garam tersebut di puskesmas-puskesmas sekarang ini termasuk dalam paket obat-obatan Inpres tahun 1974-1975. Keampuhan garam ini dibuktikan juga di Bangladesh. Di sana muntah-berak bisa mengambil korban 30% dari penderita. Dengan garam ini angka tadi bisa turun sampai 3%. "Ada yang membuat kita berbeda dengan Bangladesh atau pun India. Di sana garam ini digunakan sebagai penyembuh. Sedangkan di sini dia digunakan juga sebagai pencegah. Seperti orang kalau masuk angin akan kerokan, kita akan bikin suasana begitu ada yang muntah dan berak-berak orang terus menggunakan garam diare", kata dr Brotowasisto, Kepala Sub Direktorat Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kolera & Castro Entrctis, Departemen Kesehatan. Katanya pengaruh samping dari obat ini sama sekali tak ada. Dan katanya, minum terlalu banyak cairan garam ini. paling-paling hanya akan membikin sembab mata. Untuk memperluaskan garam ini pemerintah bakal mengeluarkan biaya yang banyak juga diperkirakan sekitar Rp 500 juta pertahun. UNICEF sudah dibujuk dan bersedia memberi bantuan. Dan persediaan garam yang kini dikerjakan di Depkes, nantinya akan dikerjakan pula oleh perusahaan-perusahaan swasta. "Supaya benar-benar tersebar. Hingga angka kematian karena muntah-berak bisa ditekan". Begitu harapan Brotowasisto. Jika sektor swasta sudah ikut dalam pengadaan obat ini pemerintah perlu juga memberikan pengawasannya. Sebab biasanya usaha-usaha seperti itu sering dibarengi dengan kecurangan dalam takaran. Dan garam ini bakal memperoleh rupa-rupa variasi. Misalnya perusahaan anu akan menambahkan zat warna, atau membuatnya lebih manis dan gurih. Sebab sebagaimana dikatakan dr Sunoto anak di atas dua tahun kurang doyan minum larutan garam diare ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus