Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Obat kulit di parlemen jepang

Obat kulit yang telah dilarang di jepang, ternyata diproduksi di indonesia oleh perusahaan tanabe sei yaku. obat tersebut mengandung kliokinol yang menyebabkan kelumpuhan anggota tubuh dan kebutaan. (ksh)

15 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

OBAT kulit Camviocort produksi pabrik Tanabe Abadi di Bandung sempat menggegerkan parlemen Jepang. Wakil partai Komei, Shozo Kusakawa, 55 tahun, mengangkat obat berbentuk krim dalam kemasan tube itu dalam pembicaraan Majelis Rendah, 26 September lalu. "Sudah 12 tahun Kanbiokoto (camviocort) ini diproduksikan di Indonesia oleh perusahaan Tanabe Seiyaku dengan campuran 1% kliokinol. Bukankah kliokinol ini terlarang dibuat dan dijual perusahaan Jepang sejak 1970?" kata Kusakawa di hadapan Majelis. Kliokinol memang peka sekali di Jepang. Ribuan warganya telah jadi lumpuh dan buta gara-gara menelan kliokinol yang terkandung di dalam obat mencret selama dua dekade lalu. Zat itu terbukti membawa efek samping berupa kelumpuhan anggota tubuh dan kebutaan (subacte myelo optical neoropathy - SMON). Tahun 1979 pemerintah (departemen kesehatan) Jepang dan tiga pabrik pembuat obat kliokinol, Tanabe Seiyaku, Takeda Yakuhin Kogyo, dan Nihon Ciba Geigy, harus membayar ganti rugi sekitar Rp 500 milyar kepada hampir 5.000 korban. Beberapa di antara korban itu pernah diboyong ke Indonesia. Mereka menceritakan derita masing-masing - sambil memperingatkan konsumen obat di sini agar berhati-hati. "Rupanya setelah obat itu terlarang, Tanabe membuatnya secara misterius di Indonesia," komentar orang Jepang. Kusakawa mendengar bahwa obat berkadar kliokinol diekspor dari Indonesia ke Bangladesh dan India, antara lain. "Bukan mustahil ke Jepang juga," kata Kusakawa kepada Seichi Okawa dari TEMPO. Sewaktu menjawab pertanyaan Kusakawa, menteri kesehatan Jepang mengakui masih tercatat lebih dari 1.000 penderita SMON di negerinya. "Saya sangka Tanabe tak bisa melepaskan diri dari tanggung jawab moril," jawab Menteri Kesehatan Yoshiro Hayashi, 55 tahun seperti dikutip Kusakawa. Dalam laporan kepada bagian obat departemen kesehatan Jepang, ternyata camviocort sudah sejak 1967 diproduksikan perusahaan Indonesia Farmasi Indonesia, yang kemudian berpatungan dengan Tanabe Seiyaku tahun 1970 dcegan nama usaha PT Tanabe Abadi. "Kami mempunyai izin produksi dari pemerintah Indonesia. Tak ada kaitannya untuk dilarang oleh parlemen Jepang," jawab direktur Tanabc Abadi, Soctoko, kepada wartaan TEMPO, Adyan Soeseno. Selain kliokinol, obat itu juga berkadar kamfer 1% dan hidrokortison 1%. "Jadi, tak benar kalau media massa di sini menyebutnya sebagai kosmetik cleansing cream (krim pemutih kulit: Red.)," ujar dr. Ishak Machdi yang mendampingi Soetoko di Tanabe Abadi. Tak dijelaskan manfaat kliokinol dalam obat ini. "Mungkin hanya supaya mirip warna kulit. Saya melihat manfaatnya sangat minim, baik dalam obat mencret maupun dalam obat kulit," kata dr. Iwan Darmansjah, kepala Bagian Farmakologi FK-UI dan anggota tim penilai obat-jadi Departemen Kesehatan RI yang sangat sering memperinatkan bahaya kriokinol itu. Walaupun tak jelas manfaatnya, 67 nama obat (baik obat mencret maupun untuk perawatan kulit) yang menggunakan kliokinol tercatat dalam buku Informasi Spesialite Obat Indonesia keluaran tahun 1982. Untuk obat kulit misalnya Benoson V (yang dikatakan untuk obat eksim bayi), Camviocorthon, Cavicorta, Ccndoderm, Diproform, dan Synalar C. Untuk mcncret, yang populer adalah Enterovioform. "Banyak obat meniru komposisi Camviocort kami," kata dr. Ishak Machdi. "Preparat obat kulit sekarang rata-rata diracik sekaligus untuk antijamur, antiinfeksi, antieksim, dan sebagainya. Kebanyakan dokter main tunjuk saja obat penyakit kulit luar itu, sehingga tak terelakkan kemungkinan mau mengobati satu penyakit, penyakit lain tambah parah," kata dr. A. Kosasih, spesialis kulit dan kelamin RSTM, Jakarta. "Kebanyakan dokter di negara berkembang, termasuk Indonesia, hanya mengandalkan pengetahuan obatnya dari para salesmen industri farmasi. Bahkan sebagian contoh obat gratis dari salesmen itu dijual kembali kepada pasien. Mereka membaikan obat yang toksik itu bagaikan jagung berondong (popcorn)," tulis Milton Silverman, farmakolog Universitas California, dalam buku' 172 halaman yang diumumkannya Juni 1982: Prescriptions for Death. Karena terlalu banyak obat sejenis diizinkan dibuat dengan persaingan kuat di Indonesia, maka banyak sample obat itu dibagikan industri farmasi kepada para dokter. Karena ketatnya persaingan obat kulit itu pula, pabriknya menghentikan produksi Camviocort sejak November 1982. "Jadi, penyetopan produk ini oleh Tanabe Abadi tak ada kaitannya dengan protes atau larangan di Jepang - semata-mata karena pertimbangan teknis dan ekonomis. Pasarannya menurun," tutur Soetoko. Lagi pula, katanya, "kami tidak pernah mengekspor obat itu ke Jepang." Namun, perusahaan Tanabe Seiyaku, menurut juru bicaranya, Yoshiyuki Adachi, telah mengantungi sekitar Rp 16 juta per tahun dari penjualan Camviocort.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus