OBAT kulit Camviocort produksi pabrik Tanabe Abadi di Bandung
sempat menggegerkan parlemen Jepang. Wakil partai Komei, Shozo
Kusakawa, 55 tahun, mengangkat obat berbentuk krim dalam kemasan
tube itu dalam pembicaraan Majelis Rendah, 26 September lalu.
"Sudah 12 tahun Kanbiokoto (camviocort) ini diproduksikan di
Indonesia oleh perusahaan Tanabe Seiyaku dengan campuran 1%
kliokinol. Bukankah kliokinol ini terlarang dibuat dan dijual
perusahaan Jepang sejak 1970?" kata Kusakawa di hadapan Majelis.
Kliokinol memang peka sekali di Jepang. Ribuan warganya telah
jadi lumpuh dan buta gara-gara menelan kliokinol yang
terkandung di dalam obat mencret selama dua dekade lalu. Zat itu
terbukti membawa efek samping berupa kelumpuhan anggota tubuh
dan kebutaan (subacte myelo optical neoropathy - SMON). Tahun
1979 pemerintah (departemen kesehatan) Jepang dan tiga pabrik
pembuat obat kliokinol, Tanabe Seiyaku, Takeda Yakuhin Kogyo,
dan Nihon Ciba Geigy, harus membayar ganti rugi sekitar Rp 500
milyar kepada hampir 5.000 korban. Beberapa di antara korban itu
pernah diboyong ke Indonesia. Mereka menceritakan derita
masing-masing - sambil memperingatkan konsumen obat di sini agar
berhati-hati.
"Rupanya setelah obat itu terlarang, Tanabe membuatnya secara
misterius di Indonesia," komentar orang Jepang. Kusakawa
mendengar bahwa obat berkadar kliokinol diekspor dari Indonesia
ke Bangladesh dan India, antara lain. "Bukan mustahil ke Jepang
juga," kata Kusakawa kepada Seichi Okawa dari TEMPO. Sewaktu
menjawab pertanyaan Kusakawa, menteri kesehatan Jepang mengakui
masih tercatat lebih dari 1.000 penderita SMON di negerinya.
"Saya sangka Tanabe tak bisa melepaskan diri dari tanggung jawab
moril," jawab Menteri Kesehatan Yoshiro Hayashi, 55 tahun
seperti dikutip Kusakawa. Dalam laporan kepada bagian obat
departemen kesehatan Jepang, ternyata camviocort sudah sejak
1967 diproduksikan perusahaan Indonesia Farmasi Indonesia, yang
kemudian berpatungan dengan Tanabe Seiyaku tahun 1970 dcegan
nama usaha PT Tanabe Abadi.
"Kami mempunyai izin produksi dari pemerintah Indonesia. Tak ada
kaitannya untuk dilarang oleh parlemen Jepang," jawab direktur
Tanabc Abadi, Soctoko, kepada wartaan TEMPO, Adyan Soeseno.
Selain kliokinol, obat itu juga berkadar kamfer 1% dan
hidrokortison 1%. "Jadi, tak benar kalau media massa di sini
menyebutnya sebagai kosmetik cleansing cream (krim pemutih
kulit: Red.)," ujar dr. Ishak Machdi yang mendampingi Soetoko
di Tanabe Abadi.
Tak dijelaskan manfaat kliokinol dalam obat ini. "Mungkin hanya
supaya mirip warna kulit. Saya melihat manfaatnya sangat minim,
baik dalam obat mencret maupun dalam obat kulit," kata dr. Iwan
Darmansjah, kepala Bagian Farmakologi FK-UI dan anggota tim
penilai obat-jadi Departemen Kesehatan RI yang sangat sering
memperinatkan bahaya kriokinol itu.
Walaupun tak jelas manfaatnya, 67 nama obat (baik obat mencret
maupun untuk perawatan kulit) yang menggunakan kliokinol
tercatat dalam buku Informasi Spesialite Obat Indonesia keluaran
tahun 1982. Untuk obat kulit misalnya Benoson V (yang dikatakan
untuk obat eksim bayi), Camviocorthon, Cavicorta, Ccndoderm,
Diproform, dan Synalar C. Untuk mcncret, yang populer adalah
Enterovioform. "Banyak obat meniru komposisi Camviocort kami,"
kata dr. Ishak Machdi.
"Preparat obat kulit sekarang rata-rata diracik sekaligus untuk
antijamur, antiinfeksi, antieksim, dan sebagainya. Kebanyakan
dokter main tunjuk saja obat penyakit kulit luar itu, sehingga
tak terelakkan kemungkinan mau mengobati satu penyakit, penyakit
lain tambah parah," kata dr. A. Kosasih, spesialis kulit dan
kelamin RSTM, Jakarta.
"Kebanyakan dokter di negara berkembang, termasuk Indonesia,
hanya mengandalkan pengetahuan obatnya dari para salesmen
industri farmasi. Bahkan sebagian contoh obat gratis dari
salesmen itu dijual kembali kepada pasien. Mereka membaikan
obat yang toksik itu bagaikan jagung berondong (popcorn)," tulis
Milton Silverman, farmakolog Universitas California, dalam buku'
172 halaman yang diumumkannya Juni 1982: Prescriptions for
Death.
Karena terlalu banyak obat sejenis diizinkan dibuat dengan
persaingan kuat di Indonesia, maka banyak sample obat itu
dibagikan industri farmasi kepada para dokter. Karena ketatnya
persaingan obat kulit itu pula, pabriknya menghentikan produksi
Camviocort sejak November 1982. "Jadi, penyetopan produk ini
oleh Tanabe Abadi tak ada kaitannya dengan protes atau
larangan di Jepang - semata-mata karena pertimbangan teknis
dan ekonomis. Pasarannya menurun," tutur Soetoko. Lagi pula,
katanya, "kami tidak pernah mengekspor obat itu ke Jepang."
Namun, perusahaan Tanabe Seiyaku, menurut juru bicaranya,
Yoshiyuki Adachi, telah mengantungi sekitar Rp 16 juta per tahun
dari penjualan Camviocort.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini