YANG banyak dibicarakan akhir-akhir ini, baik di Jenewa maupun
Cibadak, ialah gejala overkill. Mungkin pembaca yang kurang
budiman tidak tahu apa overkill. Istilah itu berasal dari
teknologi nuklir yang dimanfaatkan orang militer untuk kemajuan
kebudayaan. Lebih baik ambil contoh dari conventional warfare
seribu tahun lalu. Kalau si Didi dimatikan dengan satu pukulan
tapi si Minah masih memberi empat pukulan lagi, itu disebut
empat kali overkill. Menurut pusat untuk strategical studies,
dalam dunia modern, berkat usaha baik Bapak Reagan dan Oom
Andropov, manusia menikmati sepuluh kali overkill untuk seluruh
dunia.
Itu berarti, para prajurit modern tidak hanya bisa menghancurkan
seluruh dunia tapi sepuluh planet lain lagi andai kata cukup
dekat. Pendek kata, ABRI tidak hanya masuk desa tapi juga semua
pelosok lain, baik inner maupun outerspace.
Tidak berarti dunia betul-betul akan hancur. Karena telah ada
perjanjian rahasia di Jenewa bahwa orang hanya akan memakai
setengah overkill sehingga masih ada beberapa orang yang akan
hidup terus. Memang orang yang paling kuat, sesuai dengan
pedoman Darwin dari the survival of thefittest. Jumlah mereka
tidak besar mungkin hanya di Swiss di mana ada banyak gunung
(natural protection against nuclear fallout) dan yang makan
banyak cokelat.
Tidak berarti kebudayaan hilang. Hanya akan muncul suatu
kebudayaan baru. Ruang dan waktu tidak dihancurkan bom atom,
tapi karena menurut Kant (Immanuel) ruang dan waktu ialah buatan
apriori, jelas sesudah the Big Bang tetap ada ruang dan waktu
tapi sifatnya lain. Para ahli belum sepakat tentang bentuk ruang
dan waktu itu. Kalau berhubungan dengan panasnya yang besar
semua gunung es dicairkan, muka air di seluruh bumi akan naik
empat meter sehingga hanya manusia yang bisa berenang
terus-menerus bisa survive.
Ruang dan waktu dari binatang (manusia) yang berenang memang
lain dari time and space makhluk yang seperti kita berdiri
tegak. Tidak ada kanan kiri atas bawah, hanya ada muka dan
belakang. Menurut ahli lain, muka air tidak akan naik, karena
ada banyak kota, seperti Bandung? di mana ada banyak lubang
dalam di jalan sehingga sesudah lubang dipenuhi air masih ada
tanah cukup untuk jumlah kecil orang yang hidup terus. Dan
justru orang itu menjadi pelopor kebudayaan baru yang sudah
dipelajari dalam pusat untuk strategic studies yang selalu
melihat lebih jauh sesuai dengan pedoman dari direkturnya, Pak
Daoed Joesoef.
Dalam kebudayaan baru, agama akan hilang. Mala petaka besar dari
ledakan bom dianggap bukti bagi generasi post-nuclear bahwa
Tuhan tidak ada. Dengan itu juga kementerian agama hilang
sehingga dalam dunia baru korupsi sangat dikurangi. Tidak
berarti korupsi hilang. Menurut Toynbi (cucu Toynbee), sejarah
manusia ialah sejarah pajak dan korupsi, sehingga tukang pajak
dan pak koruptor akan hidup terus. Hanya (dan itu memang hal
baru dalam sejarah post nuclear) mereka alian dihukum.
Karena alat fisik untuk hukuman tidak ada lagi (juga Petrus
hilang, karena bagi penembak misterius tidak ada pistol), orang
akan memakai the natural forces untuk punishment - orang dihukum
secara natural seperti masih berlaku di Magribia. Koruptor dalam
kcadaan telanjang diikat pada pohon, alat kelamin dilumuri madu
sehingga waktu malam para kambing mulai menetek tetek yang aneh
itu. Mula-mula sang koruptor akan ketawa, tapi het lachen zal
hem snel vergaan, karena lain dari bayi sang kambing juga ada
gigi. Yang juga hilang ialah kementerian penerangan, karena
tidak ada televisi atau radio lagi.
Tidak berarti sensor akan hilang. Juga sensor masuk sejarah
manusia sebagai unsur esensiai Hanya nama akan berubah. Dalam
dunia baru, kesensoran akan disebut pers yang bertanggung jawab,
yang memang gampang karena dengan hilangnya kertas, semua berita
harus dipahat pada batu sehingga sang penulis sangat hati-hati
(bertanggung jawab), karena mengubah tulisan semacam itu sangat
susah.
Usaha utama, menurut Knarief Budiman, ialah usaha seksual. Tidak
ada homo faber atau homo politikus, hanya ada homo seksualis
yang bukan homoseksual tapi tetap heteroseksual - kecuali kalau
tidak ada wanita yang survive. Aktivitas seksual akan naik
sesudah ledakan bom, karena aktivitas memang enak dan karena
tidak ada pakaian lagi. Pada zaman batu orang membuat pakaian
dari kulit harimau dan singa, tapi binatang hanya tinggal dalam
muscum dalam keadan mati, juga bahan tidak sedia lagi. Keluarga
berencana juga hilang, karena justru prokreasi menjadi usaha
penting. Orang yang paling berarti dalam sejarah post-nuclear
ialan goblok yang bikin roda lagi atau mulai menanam tumbuhan
untuk makanan.
Tidak jelas apakah manusia masih sanggup bicara. Berhubung
nuclear fallout, centrum Broca (pusat omong dari otak) bisa kena
sehinga manusia masih ingat bahasa tapi tidak bisa memakainya.
Apakah bahasa yang diingat bahasa Indonesia atau bahasa Inggris
memang tidak nyata. Ada kekhawatiran besar antara para futurolog
(Khan, Sudjatmoko), apakah benda pertama yang akan dibuat ialah
suatu roda, panci, atau kursi. Pendek kata, suatu alat berguna,
atau suatu senjata yaitu alat yang lebih berguna lagi.
Karena apa yang hilang, yang tidak hilang iaah perselisihan.
Kain dan Abil tetap akan mencoba membunuh satu yang lain
sehingga militerisme tidak sirna. Samanta bilang Andropov paman
yang baik, tapi dalam zaman post-nuclear tetap ada anak yang
waktu tidur sekonyong-konyong bangun dan mulai berteriak De
Debbil, De Debbil, artinya sang anak melihat setan (Devil)
dengan muka serupa Andropov, yang bukan paman baik melainkan
semacam hal yang dulu disebut Beelzebub. Mungkin ada impian
jelek lagi yaitu impian anak yang melihat Reagan.
Dalam semua penderitaan dan mala petaka, ada satu titik cerah:
tidak ada sekolah. Juga dunia kemahasiswaan hilang. Karena orang
ingat semua susah mulai di ITB, orang tetap berusaha supaya
tidak ada advanced technology. Tapi sekali lagi yang tetap ada
ialah korupsi dan pajak. Karena tanpa pajak dunia tidak
berputar. Kecuali memang kalau sesudah Ledakan Raksasa dunia
tidak berputar lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini