Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Pakar Sebut Cara Jaga Kesehatan Jantung saat Olahraga Lari

Berikut tips menjaga kesehatan jantung saat melakukan olahraga lari dari spesialis jantung. Sadari kemampuan diri.

1 November 2024 | 22.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Gusti Rifansyah, membagi tips untuk menjaga kesehatan jantung saat melakukan olahraga lari. Lulusan Universitas Airlangga Surabaya itu meminta masyarakat mampu mendeteksi kemampuan fisik dan batasan saat berlari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Yang paling utama, jangan melakukan aktivitas lari saat cuaca panas ekstrem, terlebih di wilayah garis khatulistiwa seperti di Kalimantan Selatan, khususnya yang tidak berlatar belakang atlet. Dokter hanya memeriksa kebugaran namun saat berlari semua ditentukan oleh diri masing-masing. Jika merasa lelah maka jangan paksakan tubuh, lebih baik berhenti dan mengambil langkah pelan,” kata Gusti saat konferensi pers Arutmin Borneo Run 2024 di Kota Banjarbaru, Jumat, 1 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengkhawatirkan kasus paling fatal yang dialami pelari adalah henti jantung ketika memaksakan diri berlari padahal tubuh sudah memberi isyarat agar berhenti karena sudah pada batas kemampuan fisik. Gusti menyarankan sekecil apapun kelelahan yang dialami tubuh saat berlari harus diperhatikan dengan cermat.

Ia pun memberikan contoh kasus yang menimpa pesepakbola Christian Eriksen dari Denmark yang mengalami masalah jantung saat bermain dan sempat dilarikan ke rumah sakit. Padahal, tim medis yang sudah level Eropa telah melakukan skrining sebelum pertandingan dan hasil medis mengizinkan Eriksen bermain namun ternyata justru bisa kecolongan dan nasib sial dialami saat bermain di lapangan.

Dari kasus itu Gusti menuturkan masalah jantung berpotensi besar mengancam seluruh kalangan, mulai dari atlet dan profesi lain. Terlebih masyarakat biasa yang hanya sekadar gemar berlari serta tidak menekuni olahraga ini dalam waktu lama.

Perhatikan kemampuan tubuh
Dia pun menyarankan agar sebelum berlari masyarakat dapat melakukan beberapa hal, seperti memeriksa warna urine terlebih dulu dan jika terlihat sangat keruh atau kuning, bahkan sangat pekat tanpa ada sebab yang pasti, maka sebaiknya tidak melakukan aktivitas lari. Kemudian jika sehari sebelum lari mengalami dehidrasi tidak direkomendasikan berlari keesokan harinya karena ini juga akan membahayakan kondisi jantung.

Menurutnya, di antara beberapa kasus henti jantung saat berlari yang dialami pemula biasanya karena kurang memperhatikan kemampuan tubuh. Beberapa jarak ditempuh dan tidak merasa terjadi apa-apa lalu tancap gas dan kemudian beberapa saat pingsan dan jatuh.

Ia mengakui memang pelari biasanya memiliki kondisi jantung yang lebih baik dibanding yang tidak berolahraga lari. Namun, di sinilah letak kehati-hatian diuji karena akan berbahaya bagi kesehatan jantung jika tidak memahami pola lari yang baik dan benar sesuai anjuran kesehatan. Lalu, saat sedang lari namun cuaca terasa panas dan ingin berhenti, tidak boleh langsung meneguk air minum. Ambil jeda beberapa saat dan minum sedikit karena jika terlalu banyak akan membahayakan jantung yang belum stabil karena masih lelah.

“Event lari yang sering dilaksanakan di berbagai daerah memang cukup membantu pemerintah dalam menciptakan kesehatan masyarakat, utamanya pada jantung. Namun, masyarakat juga harus memahami kondisi tubuh, semua ada batasan,” ujar Gusti.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus