Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pakar Sebut Kaitan Vaksinasi dan Gangguan Saraf, Simak Penjelasannya

Adakah kaitan antara vaksinasi, termasuk vaksinasi Covid-19, dengan gangguan saraf dan apa sebabnya? Pakar patologi memberi jawaban.

16 Juli 2022 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Vaksinasi Covid-19. TEMPO/Hilman Fathurrahman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang mengeluhkan efek samping setelah vaksinasi. Bagaimana faktanya? Gangguan saraf wajah dapat terjadi karena sisa infeksi virus varicella zooster. Gejala sisa yang terjadi biasanya ditandai dengan rasa nyeri yang hilang timbul atau gerakan-gerakan tertentu yang tak terkendali. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bila rasa nyeri ini ringan dan gerakan itu tidak menganggu biasanya tidak dipermasalahkan oleh penderita. Jadi, ini sifatnya kronis dan jangka panjang, bukan yang sifatnya mendadak atau efek jangka pendek. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pakar patologi Tonang Dwi Ardyanto melalui akun Facebooknya menjelaskan proses gangguan saraf wajah bisa terjadi. Bagi yang merasakan hal tersebut, artinya saat dulu pernah terinfeksi virus varicella zooster kemudian sembuh tapi masih ada sisa gangguan saraf di wajah. Hal ini terjadi karena virusnya masih ada yang bersembunyi di pangkal saraf wajah tersebut. 

Suatu ketika, virus itu kembali aktif bila mampu menembus pertahanan imun seseorang. Terkait vaksinasi Covid-19 yang pernah dilaporkan adalah data dari FDA Amerika tentang timbulnya Sindrom Guillain-Barre (GBS). GBS merupakan penyakit autoimun, yang artinya kerusakan selubung tersebut disebabkan oleh komponen sistem imun tubuh pengidap. Hal ini sering kali dipicu oleh infeksi oleh bakteri atau virus. 

Risiko terjadinya GBS pascavaksinasi tidak hanya terjadi setelah adanya vaksin Covid-19. Pada dasarnya, stimulasi terhadap sistem imun bisa memicu terjadinya GBS bagi sebagian orang. Rangsangan imun itu termasuk pemberian vaksin. Hubungan antara vaksin dan terjadinya GBS adalah temporer, yaitu hanya selama stimulasi imunologis saja. 

Belum didapatkan bukti hubungan sebab akibat. Sayangnya, tidak mudah menyeleksi atau mengidentifikasi siapa yang termasuk berisiko mengalami GBS akibat stimulasi imunologis tersebut. Maka, yang dikedepankan adalah kewaspadaan. Misalnya, pada skrining sebelum vaksinasi, bila ada riwayat alergi, mudah timbul gatal-gatal, kemerahan di kulit, apalagi sampai sesak napas setelah mendapat suntikan, baik obat atau vaksin, maka harus disampaikan kepada petugas. 

Bedakan antara alergi makanan dengan intoleransi makanan. Jika makan kemudian muntah-muntah atau diare, ini biasanya karena intolentasi. Tapi bila sampai timbul gejala-gejala seperti penjelasan sebelumnya maka mengarah ke alergi makanan. 

Orang yang sensitif dan mudah terpicu GBS, berisiko lebih tinggi jika sampai terinfeksi Covid-19. Hal ini karena imunologis akibat terinfeksi Covid-19 lebih kuat daripada vaksinasi. Maka, secara rasional vaksinasi harus secara hati-hati, apalagi jika memiliki riwayat alergi spesifik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus