Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemanfaatan media sosial dan penyampaian informasi secara informal serta mengikuti tren bisa menjadi strategi mengedukasi terkait risiko infeksi hepatitis agar masyarakat lebih memperhatikan pentingnya deteksi dini serta pemeriksaan rutin. Konsultan gastroenterologi dan hepatologi dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, SpPD-KGEH, mengatakan upaya penyebaran informasi dengan memanfaatkan media sosial dapat menjadi strategi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hepatitis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya kira dalam hal ini tentu kita harus melihat tren penyebaran informasi di masyarakat di mana saat ini yang digunakan adalah media sosial. Apabila diberikan informasi-informasi yang formal biasanya yang mengikuti hal tersebut sangat sedikit. Informasi tersebut seharusnya bisa informal, bisa mengikuti tren yang sudah ada sehingga dapat diserap oleh masyarakat," katanya dalam webinar, Kamis, 5 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rino juga mengusulkan momen hari bebas kendaraan bermotor dapat dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi agar informasi terkait hepatitis dapat menjangkau masyarakat lebih luas.
"Saya kira hal ini yang paling mendekati masyarakat karena dalam waktu singkat bisa didapatkan atau dilihat peserta yang cukup banyak," ujar pakar dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI itu.
Kasus turun
Ia menekankan strategi penyampaian informasi tersebut tidak cukup dilakukan 1-2 kali. Penyampaian secara rutin penting agar kesadaran publik terhadap hepatitis bisa ditingkatkan.
"Memang harus diakui upaya ini tidak bisa dilakukan satu dua kali karena kesadaran masyarakat ini harus diberikan penjelasan berkali-kali," jelasnya.
Ahli Madya Tim Kerja Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Kementerian Kesehatan, Bunga Mayung Datu Linggi, menyebutkan prevalensi kasus hepatitis B dan C di Indonesia menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi hepatitis B untuk semua umur pada 2013 di angka 7,1 persen. Pada 2023, angka tersebut turun jadi 2,4 persen.
Penurunan juga terjadi pada kasus hepatitis B di usia balita, dari 4,2 persen pada 2013 menjadi 0,1 persen pada 2023. Penurunan juga terjadi pada prevalensi hepatitis C. Berdasarkan data Riskesdas dan WHO, tingkat prevalensi hepatitis C di semua umur turun dari 1 persen pada 2013 menjadi 0,5 persen pada 2022.