Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pandemi Covid-19 Bikin Pasien Kanker Payudara Enggan Periksa ke RS

Banyak pasien kanker payudara yang terganggu pengobatannya karena enggan periksa ke rumah sakit selama pandemi Covid-19 dan itu jelas tak baik.

31 Juli 2021 | 22.08 WIB

Ilustrasi kanker payudara (pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi kanker payudara (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah forum global para tenaga medis profesional di bidang kanker payudara, Annual Southeast Asia Breast Cancer Symposium (SEABCS) atau simposium tahunan se-Asia Tenggara digelar pada Sabtu 31 Juli 2021. Kegiatan diikuti oleh lembaga swadaya masyarakat, pejabat pemerintah, penyintas kanker payudara, relawan, profesional perawatan kesehatan, dan pekerja sosial

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Simposium dilakukan dalam bentuk virtual. dengan tema "Pembentukan Kebijakan yang Efektif, Meningkatkan Kehidupan di Masa Pandemi". Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) sebagai tuan rumah sangat serius dan fokus dalam menyiapkan program ini. Linda Agum Gumelar, ketua umum YKPI, pun berterima kasih kepada para peserta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diskusi panel diikuti perwakilan dari Kamboja, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam, Singapore,Filipina, Laos, dan Indonesia. Para pembicara antara lain Ning Anhar (Wakil Ketua YKPI), Carolyn Taylor (pendiri Global Focus on Cancer), Dr. Emi Nurjasmi M.Kes. (Ketua Ikatan Bidan Indonesia), dan Ranjit Kaur (Ketua Breast Cancer Welfare Association).

Mereka mendiskusikan banyaknya pasien kanker payudara yang terganggu pengobatannya karena enggan mendatangi penyedia jasa kesehatan seperti rumah sakit. Hal ini karena kekhawatiran akan penularan virus corona karena kanker salah satu komorbid kematian akibat Covid-19.

Sebagian pasien kanker payudara mengharapkan telemedicine bisa didorong untuk meminimalisir penundaan konsultasi dengan dokter. Adapun, telemedicine tidak dapat sepenuhnya menjadi jawaban karena masih memiliki tantangan akses terhadap fasilitas pendukung, seperti sambungan internet atau tidak memiliki ponsel yang memadai. Tantangan ini secara khusus dialami oleh pasien kanker payudara dengan status sosial ekonomi terbatas.

SEABCS juga menjadikan pandemi Covid-19 ini sebagai pembelajaran utama untuk memperkuat kolaborasi dan transformasi pengendalian kanker payudara antarnegara.

Menjelang berakhirnya sesi terakhir hari ini ada juga tema tentang “Berkomunikasi dengan Dokter Anda”. Diskusi ini memiliki tujuan mengeksplorasi kesenjangan dalam komunikasi dan bagaimana hal ini mempengaruhi pasien dengan fokus khusus pada pengobatan lanjut, khususnya kanker payudara. Menutup diskusi panel SEABCS 2021 hari pertama ini setidaknya dapat disimpulkan pandemi Covid-19 ini telah mengakibatkan keterlambatan penanganan kanker payudara, mulai dari skrining, diagnosis, dan terapi. Untuk itu perlu dilakukan berbagai usaha di semua negara untuk mengatasi hal tersebut, dimulai dari vaksinasi tenaga kesehatan, pasien kanker payudara, keluarga, dan masyarakat.

Di beberapa negara, termasuk Indonesia, perlu dibuat panduan vaksinasi untuk penderita kanker, khususnya kanker payudara. Selain itu, SEABCS 2021 berharap penggunaan media sosial, termasuk telemedicine, juga dimaksimalkan dan yang tak kalah penting perlu upaya bersama dari semua pihak mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, LSM, swasta, dan seluruh masyarakat untuk menangani kanker payudara di era pandemi Covid-19 ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus