Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pasien Kanker Jadi Turis

National Cancer Institut (Lembaga Kanker Nasional) AS. Mengadakan penelitian obat anti kanker. Di luar NCI memperkenalkan laetrile (obat anti kanker dari saripati biji aprikot). (ksh)

3 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIAP tahun National Cancer Institute (Lembaga Kanker Nasional) di Amerika Serikat menghabiskan $ 800 juta. Apa hasilnya? Cara penelitiannya sedang menjadi bulan-bulanan kritik. Kaum politisi di Washington juga penasaran karenanya, apalagi NCI sudah membelanjakan $ 4 milyar sejak Presiden Nixon tahun 1971 melancarkan "perang" melawan kanker. Di luar NCI, timbul gerakan yang makin memperkenalkan Laetrile (obat anti kanker yang dibuat dari saripati biji aprikot). Walaupun diabaikan dan dipandang rendah oleh NCI, obat ini mendapat kehormatan untuk diteliti secara klinis. Dimulai awal tahun ini, penelitian itu melibatkan 300 pasien kanker gawat dengan dana $ 250.000. Para ahli di NCI tetap yakin Laetrile samasekali tak berguna. Malahan bisa membunuh, karena cyanide yang dikandungnya. Benar, 3 Desember lalu seorang wanita berusia 42 tahun di California meninggal. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan racun cyanide dari obat tersebut menjadi penyebab kematiannya. Laetrile ditemukan sejak 1960-an. Namun NCI belum pernah melaksanahan percobaan klinis terhadap obat itu. Percobaannya terhadap tikus memang pernah. Dan tikus percobaan bermatian, karena racunnya. Tentu saja, kelompok dokter yang memperjuangkan digunakannya obat tersebut mengeritik cara penelitian. Mereka menganggap dosis yang digunakan terlalu banyak. Di AS sendiri obat itu dilarang, sekalipun Laetrile ditemukan oleh warga AS, ahli biokimia bernama Krebs yang tinggal di negara bagian Kalifornia. Tapi di negara tetangganya, Mexico, obat itu dipergunakan dengan bebas. Ada beberapa pabrik pembuat Laetrile di Mexico yang dibiayai para pendukungnya yang berdiam di AS. Di kota kecil Tijuana, kira-kira 10 km dari perbatasan AS-Mexico, malahan berdiri klinik kanker. Obat utamanya Laetrile. Puluhan penderita kanker saban hari berkunjung kemari dari berbagai penjuru dunia. Juga banyak dari AS. Mereka biasanya mengaku sebagai turis. Tapi begitu melintasi perbatasan, mereka masuk ke klinik yang dipimpin oleh Ernesto Contreras. Ada pula orang Amerika mencapai Tijuana dengan surat izin dari pengadilan. Di pengadilan mereka mengatakan sinar atau obat kimia tak ada hasilnya, dan sekarang mau mencoba dengan Laetrile. Dengan surat izin itu mereka boleh pula pulang dari Mexico dengan membawa Laetlile. Menurut Contreras, sari pati biji aprikot yang disebutkan juga vitamin B 17 nampak berfaedah untuk beberapa jenis tumor dan kanker. Ia sendiri tidak menyebutkan Laetrile sebagai obat penyembuh, melainkan sebagai "obat pengontrol kanker." Karena, katanya, penyakit tersebut disebabkan oleh cara hidup terutama kebiasaan mkan yang salah. Untuk menyembuhkan secara tuntas, katanya, tak mungkin, tapi diusahakan jangan sampai jadi tambah mengganas. Karena makanan "Misteri kanker ini terletak dalam bidang diit. Pencegahan maupun penyembuhannya bisa ditemukan dalam vitamin, mineral dan en2yme, "ulas Dr Richardson. Kurangnya makan segar dan terlalu banyak makan daging dan zat pengawet, salah satu penyebab penyakit, katanya. Richardson adalah penyokong Laetrile yang gigih dari Albany, California. Karena menggunakan Laetrile, izin praktek dokternya dicabut. Kemudian dia dituduh pula berkomplot menyelundupkan obat itu ke AS. Dia dijatuhi hukuman denda $20.000. Namun sejak dua tahun lalu 23 negara-bagian di AS mengizinkan penggunaan obat tersebut. Laetrile tidak hanya dari Mexico. Obat dengan kandungan zat yang sama juga dibuat di Monaco dan Jerman Barat. Ke Indonesia sendiri sudah tiga kali datang orang Amerika yang berniat membuat obat semacam itu dari sari pati singkong beracun. Singkong beracun, katanya, serumpun dengan aprikot. Mereka lantas menemui dr Goellawan di Cisarua yang menggunakan singkong untuk kanker. Pengusaha Amerika ini sebelumnya sudah menjajagi kemungkinan pembangunan pabrik semacam itu di Pilipina. Tapi ternyata linamarin sebagai zat aktif anti kanker yang terdapat dalam singkong beracun di Indonesia lebih tinggi. Mereka yang menempuh cara pengobatan alamiah seperti Laetrile mengembangkan sayapnya ke mana-mana, di samping para ahli yang yakin dengan zat kimia mencatat kemajuan. Di Swedia ditemukan interferon. Dalam oeberapa percobaan zat tersebut bisa menyembuhkan tumor. American Cancer Societ ingin pula mengembangkannya. Ahli dari AS sendiri menemukan zat kimia yang bernama lornustine untuk melawan kanker, khusus yang menyerang paru-paru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus