Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar gembira buat Anda penyuka cabai. Studi membuktikan bahwa cabai tak cuma menambah nafsu makan, tapi juga memperpanjang usia. Tidak percaya?
Penelitian di Cina yang dirilis pada awal Agustus lalu ini menjelenterehkan secara ilmiah bagaimana hal itu bisa terjadi. Adalah riset pada China Kadoorie Biobank yang mengungkap bahwa makanan pedas, terutama yang mengandung cabai, bisa menurunkan risiko terkena berbagai macam penyakit, seperti jantung, kanker, dan penyakit pada sistem pernapasan. Studi ini meneliti data kuesioner sekitar setengah juta orang berusia 30-79 tahun pada 2004-2008.
Setiap orang yang ikut studi tersebut melaporkan status kesehatan mereka, termasuk seberapa sering mengkonsumsi makanan pedas. Rekam kesehatan mereka kemudian diikuti sekitar tujuh tahun. Dalam masa itu, 20.224 orang yang berpartisipasi meninggal.
Setelah mengamati banyak variabel, peneliti menemukan hubungan antara memakan cabai dan kesehatan mereka. Hasil studi menunjukkan bahwa mengunyah makanan pedas satu-dua kali dalam sepekan mengurangi risiko meninggal sekitar 10 persen dibanding yang memakan kurang dari sekali sepekan. Penurunan risiko kematian ini kian besar seiring dengan semakin seringnya mengkonsumsi cabai. Mereka yang memakan tiga-tujuh hari per pekan risiko kematiannya lebih kecil 14 persen dibanding kelompok yang enggan menelan makanan pedas.
Manfaat cabai memang sudah diakui sejak dulu. Ari Fahrial Syam, dokter spesialis gastroenterologi (pencernaan) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan makanan yang tergolong dalam buah dan sayuran ini mengandung serat cukup tinggi, komponen air, kaya vitamin C, antioksidan, dan capsaicin—senyawa kimia yang membuat rasa cabai jadi pedas. "Cabai memang bermanfaat untuk kesehatan," katanya. "Penelitian itu mempertegas hal tersebut."
Antioksidan yang terkandung di dalamnya, menurut Ari, mampu menetralkan radikal bebas yang dapat menimbulkan kanker. Sedangkan capsaicin dapat mengurangi peradangan, termasuk pada jantung. Inilah yang membuat risiko kematian akibat penyakit tersebut menurun.
Capsaicin, kata Ari, juga berperan mendongkrak nafsu makan. Basniarty Syam, contohnya, merasa mulutnya sulit mengunyah nasi jika tak dibarengi dengan sambal. Tiap kali makan, dua sendok sambal tak luput dari piringnya. "Kalauenggakada sambal,enggaksreg," kata perempuan 65 tahun ini.
Bahkan, menurut Ari, orang yang berpenyakit maag bisa tertolong oleh racikan cabai. Untuk kelompok tertentu, cabai yang semula menyebabkan ogah makan karena mengakibatkan perut kembung berbalik menjadi membuat lahap karena digelitik rasa pedas. Tapi tentu ini tak bisa dilakukan semua orang. Bagi mereka yang sudah mengalami luka pada lambung, makanan pedas bisa semakin menyiksa perut. Juga untuk orang yang sensitif dengan cabai, si pedas itu bisa memicu diare.
Ari mewanti-wanti bahwa cabailah yang berperan dalam kesehatan, bukan rasa pedasnya. Soalnya, banyak orang Indonesia mengkonsumsi makanan pedas yang sudah bercampur dengan bahan lain. Padahal hal ini belum tentu aman. Misalnya pada produk makanan yang rasa pedasnya berasal dari campuran zat kimia atau saus yang dicampuri zat pewarna dan perasa buatan. "Jadi perhatikanlah komposisi makanan yang dikonsumsi," kata Ari.
Nah, siap berpedas-ria?
Nur Alfiyah
10%
Berkurangnya risiko meninggal jika mengunyah makanan pedas 1-2 kali dalam sepekan.
14%
Berkurangnya risiko meninggal jika mengunyah makanan pedas 3-7 hari dalam sepekan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo