Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama memperkecil kesenjangan akses dukungan menyusui. “Kami melihat ada peningkatan yang berarti dalam upaya perlindungan, promosi dan dukungan menyusui yang positif dari berbagai pihak. AIMI ingin mengajak semua pihak untuk bisa berperan lebih dalam upaya meningkatkan cakupan angka menyusui di Indonesia," kata Ketua Umum AIMI Nia Umar dalam konferensi pers daring 'Pekan Menyusui Dunia 2024' yang dipantau di Jakarta, Rabu 31 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nia mengatakan, AIMI menekankan pentingnya memberikan kesempatan yang sama bagi setiap ibu untuk menyusui bayinya dan berfokus pada edukasi masyarakat tentang kesenjangan yang terjadi dalam praktik dukungan menyusui, terutama yang masih dialami kelompok rentan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam rangka memperingati Pekan Menyusui Dunia (PMD) 2024 sekaligus merayakan ulang tahun ke-17 AIMI, pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung menyusui di Indonesia melalui berbagai program di antaranya edukasi dan pendampingan kepada ibu menyusui, hingga advokasi kebijakan.
Ia menyampaikan, terdapat beberapa tantangan dalam meningkatkan kesadaran terhadap kegiatan menyusui seperti masifnya promosi dari produk pengganti Air Susu Ibu (ASI) yang tidak berimbang dengan promosi praktik baik dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
Selain itu, kebijakan yang berlaku saat ini di Indonesia belum cukup komprehensif untuk melindungi hak ibu dan anak untuk menyusui dan menyusu. Menurut dia, masih banyak celah di aspek kebijakan terkait perlindungan praktik PMBA yang tepat.
Lebih lanjut, bentuk dukungan nyata dalam keberhasilan menyusui adalah memastikan semua pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan pelayanan yang mumpuni terkait manajemen laktasi.
Namun demikian, dukungan ini belum merata ada di semua wilayah dan belum mencakup ke masyarakat rentan. "Melibatkan semua pihak juga perlu memetakan pihak mana saja yang memiliki integritas, kompetensi dan bebas konflik kepentingan dalam memberikan dukungan. Ini agar ibu dan anak juga tidak menjadi target komersialisasi," katanya.
Nia menegaskan pentingnya untuk memastikan momen 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) anak dan ibunya sebagai momen penting untuk anak bisa mendapatkan hak dasar atas kehidupan dan kesehatannya.
Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan perlu memetakan celah yang ada yang saat ini dengan mempersiapkan langkah-langkah strategis bagaimana memperkecil masifnya promosi produk pengganti ASI agar bisa melindungi hak ibu dan anak.
Kemudian, meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan agar bisa membantu ibu dan anak mendapatkan haknya untuk menyusui dan menyusu serta memastikan dukungan ada di semua tempat. "Terus menyuarakan pentingnya dukungan menyusui serta praktik baik dalam PMBA agar makin banyak pihak yang mendukung, termasuk menyuarakan isu terkait promosi produk pengganti ASI yang tidak etis dan konflik kepentingan," katanya.
Pilihan Editor: Aksi Pekan Menyusui Sedunia di Berbagai Daerah