Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Benarkah orang yang sedang lapar cenderung mudah marah dan frustasi? Laporan ini berdasarkan hasil penelitian pada 64 orang dewasa di Eropa tengah dengan melacak tingkat kelaparan dan keadaan emosional lima kali sehari selama kurang lebih satu bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Banyak orang yang sadar rasa lapar dapat mempengaruhi emosi tetapi yang mengejutkan hanya sedikit penelitian ilmiah yang berfokus pada rasa lapar,” kata penulis utama Viren Swami, profesor psikologi sosial di ARU dalam rilis media dilansir dari Geo News.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah dianalisis, para ilmuwan menemukan ketika lapar, orang cenderung mudah marah dan lebih mudah tersinggung. Hasilnya menunjukkan merasa lapar adalah pengalaman manusia yang umum tanpa memandang usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, pola makan, dan sifat kepribadian.
“Penelitian kami adalah studi pertama yang meneliti keadaan lapar di luar laboratorium. Dengan mengikuti orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, kami menemukan rasa lapar berhubungan dengan tingkat kemarahan, lekas marah, dan kesenangan,” kata Swami.
Para peneliti yang memberi label pada suatu emosi dapat membantu mengaturnya sehingga mengkonfirmasi keadaan emosi yang lapar dapat mengurangi kemungkinan munculnya emosi negatif sebagai akibat dari rasa lapar. Dilansir dari Healthline, ini bukan pertama kali para peneliti mengeksplorasi efek kelaparan secara psikologis.
Penelitian yang diterbitkan pada 2013 menganalisis perilaku orang lapar di 10 studi. Temuan menunjukkan orang yang lapar membuat lebih banyak kesalahan dalam mengerjakan tugas dan cenderung memiliki kontrol diri yang lebih rendah.
Para peneliti juga menganalisis data dari zona perang dan melaporkan kelaparan masyarakat dapat memprediksi pembunuhan perang, yang mereka kaitkan dengan berkurangnya kontrol diri dengan agresi. Penulis penelitian juga melaporkan kelaparan membuat orang lebih cenderung berpikir negatif tentang ras minoritas serta meningkatkan pemikiran tentang kematian.