Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengelola Duit Generasi Terimpit

Sebagian orang di usia 30-40 tahun punya tanggungan ganda, dari keluarga sendiri hingga orang tua. Mereka digolongkan sebagai sandwich generation atau generasi sandwich karena harus menganggung kebutuhan generasi di bawah sekaligus di atasnya.

17 Juli 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi perencanaan keuangan. Dok Tempo/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Banyak pekerja 30-40 tahun memiliki tanggungan ganda, yaitu anak dan orang tua.

  • Karena posisinya yang terhimpit, mereka disebut generasi sandwich.

  • Generasi sandwich perlu memiliki tabungan dan asuransi.

Tiara Haninda, 34 tahun, dan Rindi Angraeni, 37 tahun (bukan nama sebenarnya), bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka yang sama-sama masih lajang sebagai pekerja swasta. Namun kakak-adik warga Depok ini juga punya tanggungan membiayai hidup orang tua mereka di kota lain. Usaha warung kecil-kecilan orang tua mereka belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun mereka juga punya kebutuhan rutin, seperti paket data Internet, tagihan listrik, susu, serta vitamin. Tak lupa mereka harus membayar sewa kontrakan. Keduanya masih mengontrak rumah karena belum mampu membeli akibat harganya tak terjangkau penghasilan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kisah Asriati, 41 tahun, tak berbeda. Ibu dua anak ini bekerja sebagai penulis lepas. Adapun suaminya pekerja swasta dan mempunyai gaji yang mencukupi. Namun Asriati juga harus memikirkan kebutuhan orang tuanya di kampung di Jawa Tengah, terutama jika mereka menghubungi karena membutuhkan bantuan. Misalnya untuk berobat, menambal uang gagal panen, dan kebutuhan mendadak lainnya.

Karena itu, kendati pendapatan keluarganya mencukupi, Asriati harus mengelola dengan cermat biaya hidup mereka, dari kebutuhan sehari-hari, cicilan rumah, hingga pendidikan kedua putrinya yang masih SD. Termasuk membantu orang tua.

Ketiga perempuan tersebut adalah orang-orang muda yang sudah mandiri tapi masih menanggung hidup orang tuanya. Mereka disebut sebagai generasi sandwich karena mempunyai tanggungan hidup sendiri sekaligus generasi di bawah dan di atasnya.

Itulah sebabnya, menurut perencana keuangan dari Daya Uang, Metta Anggriani, saat Instagram Live pada Kamis malam, 14 Juli 2022, penting sekali bagi sandwich generation atau generasi sandwich untuk mengatur keuangan mereka secara ketat. Mereka harus memperhitungkan biaya kebutuhan saat ini dan masa mendatang.

Generasi sandwich umumnya berada pada usia 30-40-an tahun. Dalam pandangan sebagian orang, kehidupan generasi ini enak. Padahal mereka dalam posisi terjepit karena harus membiayai hidup generasi di bawah ataupun di atasnya.

Ilustrasi seorang perempuan (kanan) yang merawat orang tua dan seorang anak. Shutterstock

Idealnya, kata Metta, sebuah keluarga—dalam hal ini orang tua—memang punya uang pensiun. Tapi, karena berbagai faktor, seperti kurangnya literasi keuangan, tidak ada tabungan sejak muda, kenaikan biaya hidup, dan inflasi, kebutuhan orang tua menjadi tanggungan anak.

Menurut Metta, saat ini harga hampir semua kebutuhan naik, termasuk biaya pendidikan anak dan kesehatan. Biaya kesehatan bahkan akan terus naik melebihi inflasi. “Mereka harus memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Apakah akan membeli rumah atau menyewa? Jika berniat menyewa, harus dipikirkan uang sewanya secara berkelanjutan.”

Selain memenuhi kebutuhan wajib, mereka perlu melihat risiko kehidupan, seperti sakit. “Risiko ini harus dikelola, termasuk ketika ada riwayat sakit dari generasi sebelumnya.”

Metta mengingatkan, prinsipnya, terdapat rumus piramida untuk kesejahteraan atau penghasilan. Hal paling mendasar adalah wealth protection atau mengamankan kesejahteraan dan aset. “Bagaimana penghasilan itu terus ada, ada dana darurat, atau asuransi,” kata dia.

Kedua, kata Metta, wealth accumulation alias mengembangkan kekayaan dengan investasi untuk dana pendidikan anak atau pensiun. Adapun hal ketiga adalah wealth distribution. Metta mengatakan, jika sudah mapan, mereka bisa memakai uang yang sudah dikumpulkan dan mendistribusikan ataupun mewariskannya. “Yang paling penting, pastikan dasar keuangannya kuat (untuk dana darurat dan asuransi).”

Ia melanjutkan, hal terpenting dalam pengelolaan keuangan adalah pencatatan keuangan untuk memantau pola pengeluaran. Dengan pencatatan, setidaknya dalam tiga bulan akan terlihat pengeluaran wajib, pengeluaran “butuh” (misalnya biaya perawatan kecantikan), dan pengeluaran “ingin” (jalan-jalan atau rekreasi).

Selanjutnya, mereka juga perlu mengalokasikan dana darurat dan menabung. Idealnya, dana darurat sebesar enam kali penghasilan bagi pekerja berpenghasilan tetap. Jika ia seorang freelancer, jumlah dana daruratnya harus lebih banyak lagi. Metta menyarankan agar persentase menabung setidaknya 10 persen dari penghasilan, sedangkan pembayaran kewajiban (utang) maksimal 30 persen. Lebih bagus apabila bisa mengecilkan pengeluaran atau menambah penghasilan.

Menurut Metta, beberapa kesalahan yang sering dilakukan sebagian orang adalah kurangnya persiapan dana pensiun dan kurang memperhitungkan gaya hidup setelah pensiun. Kesalahan kedua adalah kurang memperhatikan biaya atau asuransi kesehatan.

Karena itu, Metta menyarankan agar tiap orang mempunyai portofolio keuangan. “Jika punya aset atau tabungan, jangan di satu tempat. Tapi bisa dengan metode konservatif atau paper investment,” ujarnya. Selain itu, semakin tua usia seseorang, akan lebih baik jika ia mempunyai aset yang lebih likuid.

 

Tip mengelola keuangan:

- Ketahui dan pahami literasi keuangan

- Pahami kebutuhan pribadi dan tanggungan (anak dan orang tua)

- Identifikasi kebutuhan saat ini dan masa mendatang

- Catat pola pengeluaran

- Alokasikan dana darurat, asuransi, tabungan—semakin banyak orang yang ditanggung, semakin besar alokasinya

- Perhatikan alokasi untuk dana pendidikan dan kesehatan, termasuk risiko kesehatan diri, orang tua, dan turunan dari orang tua

- Kelola portofolio dengan bijak dan hati-hati

- Jangan malu atau gengsi mendapatkan tambahan penghasilan

DIAN YULIASTUTI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus