Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kanker, seperti penyakit kronis lain di dunia, tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan dengan penanganan dan pengobatan yang tepat. Penanganan kanker sering menjadi hal yang menakutkan bagi pasien. Informasi yang tidak sesuai biasanya membuat mereka ragu untuk mengambil langkah medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mitos mengenai penanganan kanker juga masih menyebar luas di kalangan masyarakat. Untuk itu, perlu adanya edukasi yang menekankan pada pengobatan kanker yang terstandar dan berdasarkan hasil uji klinis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dr. dr Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, hematolog onkologi medik RSCM, mengatakan hingga saat ini saja sebagian besar pasien enggan melakukan pemeriksaan karena kekhawatiran pada efek samping yang mungkin muncul.
"Masih banyak pasien kanker yang lebih memilih pengobatan yang tidak berstandar. Kekhawatiran pada prosedur berbagai tindakan mulai dari biopsi, operasi, radioterapi, dan kemoterapi membuat pasien mencari jalan alternatif pengobatan kanker," ujar Ikhwan.
Sebagai contoh paling umum, banyak pasien khawatir prosedur biopsi akan menyebabkan penyebaran sel kanker menjadi lebih luas. Padahal, biopsi wajib untuk memastikan kecurigaan pada sel kanker dan memastikan jenis kanker.
Dia menambahkan, tata laksana kanker meliputi menentukan kepastian kanker (diagnosis) dan penyebarannya (penentuan stadium), serta tata laksana untuk mengobati kanker. Tata laksana ini secara medis dipandu oleh standar prosedur tertentu yang berlaku secara internasional.
Indonesia biasanya berkiblat pada panduan dari Amerika Serikat (National Comprehensive Cancer Network atau NCCN) atau Eropa (European Society Medical Oncology) atau Panduan Nasional Penanggulangan Kanker dari Kementrian Kesehatan.
“Tata laksana pasien kini berkembang semakin maju. Kita sebagai dokter sekaligus user dari perkembangan teknologi kedokteran perlu belajar terus-menerus dan menambah pengalaman. Kita tentu ingin memberikan pengobatan terbaik sehingga pasien dapat mengalami kesembuhan,” tuturnya.
Menurut Ikhwan, penting sekali untuk mengedepankan komunikasi kepada pasien dan keluarga sehingga keberhasilan penanganan kanker sesuai tata laksana pengobatan pun semakin tinggi. Komunikasi yang kuat harus dibangun antara dokter, pasien, dan keluarga pasien agar tercipta kepercayaan satu sama lain.
"Hal ini menjadi strategi pula agar pasien dan keluarga mau mengikuti prosedur tata laksana dan tidak mudah terpengaruh omongan mulut ke mulut tentang pengobatan kanker nonmedis yang tak terbukti secara ilmiah, mengingat dampak berbahaya yang berpotensi akan timbul,” tambah Ikhwan.