Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penyebab dan Cara Mengatasi Serangan Panik

Setiap tahunnya, hingga 11 persen orang Amerika mengalami serangan panik.

13 Januari 2023 | 16.17 WIB

Ilustrasi panik. envato.com
Perbesar
Ilustrasi panik. envato.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta -Serangan panik adalah perasaan takut dan cemas yang tiba-tiba dan tidak masuk akal yang menyebabkan gejala fisik berlebih terhadap situasi biasa yang tidak mengancam.

Mengutip Cleveland Clinic, serangan panik dapat terjadi ketika seseorang terlalu khawatir akan mengalami serangan panik lagi atau mengubah perilaku untuk menghindari serangan panik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca : Meghan Trainor Cerita Serangan Panik yang Dialaminya dari Migrain hingga Punggung Panas

Setiap tahunnya, hingga 11 persen orang Amerika mengalami serangan panik. Sekitar 2% hingga 3% dari mereka terus berkembang menjadi panic disorder atau gangguan panik. Mengutip John Hopkins Medicine, gangguan panik adalah masalah kesehatan mental yang umum. Ini sering dimulai pada masa remaja atau dewasa awal, tetapi juga dapat dimulai pada masa kanak-kanak. Wanita dua kali lebih mungkin mengalami kondisi ini dibandingkan pria. Terdapat kemungkinan adanya keterkaitan dengan hubungan genetik.

Gangguan panik mungkin merupakan reaksi berlebihan dari naluri dan perilaku bertahan hidup normal tubuh. Pada penderita gangguan panik, tubuh mungkin lebih sensitif terhadap hormon yang memicu perasaan bersemangat di dalam tubuh.

Gejala Memuncak Serangan Panik

Serangan panik terjadi secara tiba-tiba dan tanpa tanda-tanda sebelumnya. Tidak ada cara untuk menghentikan serangan panik setelah dimulai. Gejala biasanya memuncak dalam 10 menit setelah dimulai lalu menghilang dengan segera. Tanda-tanda serangan panik meliputi:

  • Nyeri dada.
  • Panas dingin.
  • Sensasi tersedak atau mencekik.
  • Sulit bernafas.
  • Takut kehilangan kendali.
  • Merasa seperti akan mati.
  • Perasaan teror yang intens.
  • Mual.
  • Jantung bedegup kencang.
  • Berkeringat.
  • Kesemutan atau mati rasa di jari tangan atau kaki.
  • Gemetar

Psikoterapi, obat-obatan atau kombinasi keduanya sangat efektif untuk menghentikan serangan panik. Terkaiy berapa lama pengobatan diperlukan tergantung pada tingkat keparahan masalah dan seberapa baik seseorang merespons pengobatan tersebut. Pilihan pengobatan meliputi:

  • Psikoterapi: Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah jenis psikoterapi, atau terapi bicara. Ini dilakukan dengan mendiskusikan pikiran dan emosi kepada profesional kesehatan mental, seperti konselor berlisensi atau psikolog. Spesialis ini membantu mengidentifikasi pemicu serangan panik sehingga dapat mengubah pemikiran, perilaku, dan reaksi penderitanya. Saat penderita mulai merespons pemicu secara berbeda, serangan berkurang dan akhirnya berhenti.
  • Antidepresan: Obat antidepresan tertentu dapat membuat serangan panik menjadi lebih jarang atau tidak terlalu parah. Ahli kesehatan dapat meresepkan inhibitor reuptake selektif serotonin (SSRI), inhibitor reuptake serotonin-norepinefrin (SNRI) atau antidepresan trisiklik (TCA). 
  • Obat anti-kecemasan: Benzodiazepin adalah obat anti-kecemasan yang paling sering diresepkan untuk mengobati dan mencegah serangan panik. Mereka membantu dengan kecemasan tetapi memiliki risiko kecanduan atau ketergantungan. Obat-obatan ini termasuk alprazolam dan lorazepam.

HATTA MUARABAGJA
Baca juga : Tragedi Kanjuruhan Telan Ratusan Korban, Menguak Psikologi Kepanikan di Stadion

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus