Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua perlu memahami perkembangan sosial emosional anak, khususnya di masa transisi pasca pandemi COVID-19. Tujuannya agar anak-anak dapat beradaptasi kembali dengan normal, memiliki keterampilan sosial emosional yang memadai, serta memiliki kemampuan berpikir yang baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala," kata spesialis tumbuh kembang anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan perkembangan sosial dan emosi berkaitan erat dengan kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat. Ketiganya saling terkait dan berpengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang anak. Namun, di masa transisi, Bernie mengatakan anak-anak mungkin akan kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan melakukan interaksi sosial. Hal tersebut, dapat meningkatkan masalah sosial emosional yang dampaknya bisa berbeda, tergantung usia anak dan dukungan dari lingkungannya.
"Gangguan perkembangan emosi dan sosial dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan di masa dewasa seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular," ujar Bernie.
Untuk mengajarkan sosial emosional pada anak, Bernie mengatakan orang tua perlu memberikan contoh yang baik sebab anak suka meniru orang dewasa. Selain itu, penting juga melibatkan anak sejak dini dalam melakukan tugas-tugas sederhana. Kemudian, biarkan anak terlibat dalam keputusan keluarga, dorong empati terhadap teman sebaya, perluas wawasan anak, dan pelihara kepekaan.
"Kita juga menggunakan bed talk. Sebelum tidur, dibacakan cerita, ditanya bagaimana tadi siangnya. Ini akan terjadi pengembangan sosial emosional," ujar Bernie.
Selain memantau perkembangan sosial emosional, Bernie juga mengingatkan pentingnya orang tua untuk memberikan stimulasi nutrisi yang tepat untuk anak. Menurutnya, stimulasi harus dilakukan sesuai usia secara berulang kali dengan tujuan untuk merangsang semua fungsi dan kemampuan anak agar berkembang optimal. Caranya, dapat melalui suara, musik, getaran, perabaan, bicara, bernyanyi, bermain, hingga memecahkan masalah. Sedangkan pemberian nutrisi yang tepat tentunya melalui makanan-makanan dengan gizi seimbang.
"Selain makanan, juga pola hidup yang lain perlu diperhatikan seperti olahraga," ujarnya.