Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pionir prostaglandin

Wawancara Tempo dengan P Ganesan Adaikan,48, tentang penggunaan prostaglandin e1 sebagai obat penangkal impotensi.

27 November 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM pertemuan ahli impotensi se-Asia Pasifik di Bali pekan lalu, Dokter P. Ganesan Adaikan, 48 tahun, menjadi pusat perhatian para peserta. Ahli impotensi dari Singapura ini untuk prestasinya ia mendapat hadiah penghargaan dari Ceko Slovakia dan gelar doktor kehormatan dari Inggris dikenal sebagai pionir penggunaan prostaglandin E1, yang hingga kini masih diakui sebagai obat andalan penangkal impotensi. Di sela kesibukannya di Bali, Ganesan Adaikan meluangkan waktu untuk wawancara dengan Gatot Triyanto dari TEMPO. Petikannya: Kapan Anda pertama kali menggunakan prostaglandin sebagai pengobatan impotensi? Penelitian pertama kali tahun 1975. Ketika itu masih dengan binatang. Sepuluh tahun kemudian baru diterapkan pada manusia. Dan sampai kini obat itu masih menjadi harapan bagi penderita impotensi di dunia. Memang, dalam perkembangannya, banyak dokter yang melakukan kombinasi dengan obat lain seperti papaverin maupun dengan sistem vakum. Toh prostaglandin masih menjadi obat utamanya. Apa sebenarnya penyebab utama impotensi? Penyebab impotensi di Asia pada awalnya berbeda dengan di Eropa maupun Amerika Serikat. Dulu, di Asia, akibat psikogenik lebih dominan, sedangkan pada masyarakat Barat, penyebab utamanya faktor organik, seperti diabetes, kolesterol, dan hipertensi. Namun, penyebab ini tampaknya sudah pula menerjang masyarakat Asia, mungkin akibat kehidupan pola Barat yang banyak ditiru. Pengobatan yang sudah ada selama ini? Cara mengatasi impotensi tak boleh langsung menggunakan obat maupun peralatan. Sebaiknya, gunakan dulu metode konseling. Suami-istri diajak konsultasi pada dokter. Jika cara ini gagal, baru digunakan alat vakum dan obat-obatan. Apakah kelak pasien akan bergantung pada obat? Tidak. Sebab, ada sebagian pasien yang mampu sembuh dari impotensinya setelah penggunaan obat, karena pasien telah pulih kepercayaan dirinya. Kalau toh masih perlu pengobatan, dosisnya lama-lama bisa dikurangi. Bagaimana dengan obat impotensi olesan? Pernah saya dengar. Obat itu menggunakan bahan utama vasoactive intestinal peptide (VIP). Namun, yang saya ketahui, VIP adalah obat yang kurang mampu membuat penis ereksi. Yang terjadi adalah penis mengembang tapi lembek sehingga tidak mampu melakukan penetrasi. Bagaimana dengan penggunaan jamu kuat maupun obat olesan dan semprotan untuk mengatasi ejakulasi dini? Obat tradisional maupun berbagai makanan yang disebutkan mampu menambah keperkasaan, sebenarnya, hanya pengaruh psikologi saja, seperti obat plasebo. Jadi, boleh digunakan kalau memang mereka yakin. Makanya ada 50 persen yang berhasil, sedangkan obat oles dan semprot keberhasilannya hanya sekitar lima persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus