Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Post Holiday Syndrome: Penyebab dan Kiat Mengatasi Malas Beraktivitas Setelah Masa Liburan

Kondisi post holiday syndrome membuat orang berusaha kembali membiasakan diri dalam rutinitas seperti biasa setelah liburan

3 Januari 2025 | 09.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi liburan. Freepik.com/Master1305

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah masa liburan Natal dan tahun baru orang-orang akan kembali dalam rutinitas sehari-hari. Suasana liburan yang masih terbawa saat memulai aktivitas sehari-hari menimbulkan perasaan seperti gangguan emosi. Kondisi gejala ini disebut sindrom pascaliburan atau post holiday syndrome.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa Itu Post Holiday Syndrome?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi post holiday syndrome membuat orang berusaha kembali membiasakan diri dalam rutinitas seperti biasa setelah liburan. Dikutip dari Healthline, psikoterapis Angela Ficken menjelaskan, post holiday syndrome kondisi depresi setelah berakhirnya liburan.

Adapun psikoterapis Mike Dow menjelaskan kecenderungan orang mengalami post holiday syndrome, termasuk kesepian, memencilkan diri, masalah keluarga. Efek dari post holiday syndrome mengakibatkan insomnia, mudah marah, sulit berkonsentrasi, dan cemas, dikutip dari Verywell Mind.

Saat kembali memulai rutinitas setelah lama berlibur membutuhkan upaya ekstra terhadap fisik dan mental. Psikolog klinis Kasandra Putranto menyebutkan sejumlah penyebab seseorang mengalami post holiday syndrome setelah mengikuti musim libur panjang seperti libur Nataru.

Penyebab Post Holiday Syndrome

Kasandra menjelaskan selama mengalami proses transisi tersebut, tidak mudah bagi seseorang untuk beradaptasi kembali terhadap kehidupan yang biasanya, misalnya bekerja atau sekolah. Kondisi tersebut disebabkan oleh malas bergerak akan membuat ritme aktivitas menjadi lambat. 

Kasandra mengatakan tekanan post holiday syndrome juga berpotensi bertambah karena masalah-masalah teknis lain. “Misalnya jika support system di rumah belum kembali seperti semula, ada langganan sayur belum kembali dari kampung, langganan ojek juga masih libur atau asisten di rumah belum kembali, atau sarana prasarana macet karena rusak, seperti mobil, motor, mesin cuci dan lain lain,” katanya, dikutip dari Antara.

Mencegah post holiday syndrome

Menurut Kasandra untuk mencegah  kondisi berlanjut post holiday syndrom ia menyarankan agar memulai aktivitas rutin seperti biasanya sebelum masa liburan berakhir, Misalnya, bangun lebih pagi melakukan persiapan untuk kegiatan sehari-hari dan menyelesaikan tugas yang sempat tertunda selama liburan.

Sebaiknya menghindari keinginan malas bergerak seperti bermain media sosial terlalu lama atau banyak menghabiskan waktu untuk tidur di rumah. Sebab, kata dia, orang yang memiliki stamina mental prima dan terbiasa untuk tetap aktif selama liburan akan mudah mengatasi perubahan dan mendapat manfaat maksimal dari liburan sejenak rutinitas dan beban tugas yang biasa dihadapi.

“Sebaliknya mereka yang memiliki masalah dalam stamina mental dan tidak terbiasa aktif selama liburan tentu memerlukan pecutan usaha diri yang lebih keras. Ini untuk mengatasi perubahan mood mereka,” ucap Kasandra.

Khumar Mahendra turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus