Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhammad Said terlihat tergolek lemah di ranjang Rumah Sakit Dr Doris Sylvanus, Palangkaraya. Bocah delapan tahun itu sudah mondok di sana sejak Senin sebelumnya. "Saat dibawa ke sini, kondisinya payah," kata Citra, tenaga medis rumah sakit, Rabu pekan lalu.
Said terpaksa dirawat karena menderita infeksi saluran pernapasan akut parah. Penyebabnya adalah asap kebakaran hutan yang mengepung kawasan itu dalam beberapa pekan terakhir. Saking parahnya, Said tak bisa berbicara, makan, dan minum. Amandelnya membesar dan kotor, gendang telinganya buram karena peradangan akut, dan badannya panas.Agar Said tetap mendapatkan nutrisi, Citra memasangkan slang infus ke tubuh bocah itu.
Keluarga Said tinggal di pedalaman Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Ketika kebakaran hutan menggila, asap tebal langsung menyergap tempat tinggal mereka. "Anak saya kalau main tak pernah mau di dalam rumah. Dia juga tak pernah pakai masker. Jadi beginilah," kata Misriah, ibu Said.
Said adalah korban kesekian sejak kabut asap menyerang Kalimantan Tengah pada Agustus lalu. Pasien anak silih berganti masuk rumah sakit dengan berbagai keluhan. Terutama pasien diare dan infeksi saluran pernapasan, jumlahnya meningkat. "Per 5 Oktober, jumlah pasien diare yang dirawat inap 11 anak, berusia 8 bulan hingga 6 tahun," kata Kepala Bidang Humas RSUD Dr Doris Sylvanus, Palangkaraya, Theodorus Sapta Atmaja.
Tingkat pencemaran udara di sana memang sudah gawat. Per awal Oktober, indeks standar pencemaran udara (ISPU) di Kalimantan Tengah sudah menembus angka 790. Ini masuk ke kategori sangat berbahaya. Indeks itu menunjukkan kandungan karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ozon permukaan, dan partikel debu.
Di daerah lain yang terselimuti asap kebakaran hutan, kondisi tak jauh berbeda. ISPU di Riau sudah mencapai 593 (bahaya), Sumatera Selatan 429 (bahaya), Jambi 625 (bahaya), dan Kalimantan Barat mencapai 310 (sangat tidak sehat).
Dokter spesialis anak Tjatur Kuat Sagoro mengatakan anak-anak lebih gampang terserang penyakit akibat paparan asap karena daya tahan tubuh mereka belum terbentuk penuh. Dalam kasus paparan asap, penyakit yang paling pertama muncul biasanya pada saluran pernapasan. "Saluran napas mereka belum sempurna," katanya.
Menurut Tjatur, asap kebakaran hutan dapat merusak saluran pernapasan bagian atas sampai bawah. Ini bisa mengakibatkan batuk-pilek sampai radang paru. Penyakit lain adalah iritasi mata dan kulit.
Untuk menekan dampak ini, Tjatur menyarankan anak tak ke luar rumah. Jikapun keluar, sebaiknya menggunakan masker N95. Meski pengap, masker ini mampu menyaring partikel di udara lebih banyak karena bahannya lebih tebal dan rapat dibandingkan dengan masker biasa. "Kalau tak ada, masker biasa juga tak apa-apa daripada tidak sama sekali," ujar dokter Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta, ini.
Untuk orang tua, jika mempunyai dana, disarankan memasang penyejuk udara (AC) yang mampu memfilter partikel udara. Selain itu, usahakan meminimalkan udara dari luar. Kalaupun tak ada, bisa memakai kipas ventilasi, yang bisa menyedot udara ke luar ruangan. Yang tak kalah penting, perhatikan asupan gizi anak agar daya tahan tubuh terjaga.
Nur Alfiyah, Karana W.W. (Palangkaraya)
Kandungan asap kebakaran hutan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo