Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anak muda adalah generasi yang paling melek teknologi. Tak heran jika dibekali gadget yang terhubung ke Internet, maka mereka bisa mengeksplorasi berbagai hal dan melakukan apa saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perusahaan keamanan digital, Kaspersky menunjukkan dua hal yang mengganggu generasi milenial ketika sedang asyik dengan gadget mereka. Dua hal itu adalah ditelepon dan dimintai tolong untuk tutorial segala sesuatu yang berkaitan dengan teknologi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak empat dari sepuluh orang tua atau 41 persen terpaksa menelepon anak mereka atau anggota keluarga lebih muda untuk mendapatkan bantuan seputar teknologi dari jarak jauh. Faktanya, 25 persen generasi milenial mengaku menghindari anggota keluarga yang biasanya lebih tua, yang meminta bantuan mereka tentang penggunaan teknologi.
"Kondisi ini tidak mengejutkan karena generasi Baby Boomer lahir antara 1945 sampai 1965 dan sering disebut imigran digital karena mereka tumbuh dengan teknologi pra-ponsel," demikian keterangan tertulis Kaspersky, Selasa 26 Januari 2021. Teknologi pra-ponsel antara lain radio, televisi, dan telepon rumah.
Ilustrasi anak muda menggunakan ponsel. bbc.com
Mengetahui fakta ini, generasi yang lebih tua memang antusias menggunakan teknologi baru, tapi mereka butuh pemandu. Jadi, generasi milenial sebaiknya tetap membantu agar generasi senior tidak membahayakan diri dengan menggunakan layanan yang tidak aman.
Masih terkait dengan generasi Baby Boomer yang terbiasa melakukan panggilan telepon, anak muda tak suka itu. Generasi Y yang kini berusia 25 sampai 40 mungkin bisa disebut juga dengan 'generasi pendiam'. Sebab 75 persen dari mereka menghindari panggilan telepon karena dianggap membuang waktu.
Menurut riset BankMyCell, generasi Y merupakan generasi pertama yang mencoba 'lahir dengan keyboard di tangan mereka'. Generasi ini juga cepat beradaptasi dengan kebangkitan media sosial. Salah satu dampak dari 'tidak suka percakapan telepon' ini adalah mereka menjadi lebih tertutup atau amat memilih lingkaran pertemanannya. Bagi Generasi Y dan setelahnya, panggilan telepon bisa begitu mengganggu karena menuntut respons instan.
Territory Channel Manager Kaspersky untuk Indonesia, Dony Koesmandarin mengatakan pilihan memilih berbincang lewat pesan teks dan enggan membantu orang yang gagap teknologi alias gaptek merupakan contoh kesenjangan generasi -antara anak muda dan orang tua, dalam dunia digital. "Tetaplah membangun komunikasi digital yang sehat antar-generasi supaya hubungan keluarga lebih kuat, terlepas dari perbedaan usia atau jarak fisik," katanya.