Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam era digital ini, semakin banyak orang yang merasa terjebak dalam perilaku perundungan daring atau siber atau cyberbullying, yang bisa terjadi di media sosial, platform pesan instan, hingga forum online. Kasus tragis kematian aktris Kim Sae Ron pada 16 Februari 2025 kembali menyoroti bahaya dari perundungan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti banyak selebriti lainnya, Sae Ron mengalami perundungan daring yang luar biasa setelah insiden mengemudi dalam keadaan mabuk yang menyebabkan kariernya terpuruk. Perundungan ini semakin parah seiring dengan komentar negatif yang terus bermunculan di dunia maya, bahkan setelah kepergiannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah kita juga pernah menjadi korban perundungan online tanpa sadar? Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami untuk mengenali perundungan daring dan dampaknya.
Dampak Cyberbullying
Cyberbullying atau perundungan siber dapat memberi dampak psikologis yang sangat merusak pada korban. Sebagai contoh, dalam kasus Kim Sae Ron, perundungan daring yang ia alami membuatnya semakin terisolasi dan merasa tidak dihargai, meskipun ia sudah meminta maaf dan berusaha untuk bangkit kembali dalam kariernya.
Efek dari perundungan ini bisa terasa sepanjang waktu, dan bagi sebagian orang, seperti yang dialami Kim dan selebritas lainnya, bisa berujung pada keputusan tragis. Korban cyberbullying dapat merasa takut, cemas, terasing, dan bahkan mengalami perasaan terhina atau malu.
Terkadang, perundungan ini datang dengan pesan ancaman atau kata-kata kasar yang menghancurkan harga diri korban. Dampak jangka panjangnya termasuk perasaan tertekan yang membuatnya merasa tidak aman, bahkan di rumah mereka sendiri. Dalam beberapa kasus, seperti yang terlihat pada Sulli dan Goo Hara, dampak psikologis dari perundungan ini berujung pada tragedi.
Perbedaan Bullying dan Candaan
Tidak semua interaksi daring yang menyakitkan adalah bentuk bullying. Terkadang, apa yang dianggap sebagai lelucon bisa berbahaya jika disalahpahami. Jadi, bagaimana kita bisa membedakan antara candaan dan bullying?
Menurut UNICEF, perbedaan utama terletak pada bagaimana perasaan kita terhadap lelucon tersebut. Jika seseorang merasa terluka atau dibiarkan merasa tersinggung oleh candaan tersebut, itu bisa jadi indikasi bahwa batasnya sudah dilampaui.
Candaan yang tidak menyakiti adalah yang disepakati bersama dan tidak menyebabkan rasa sakit emosional pada orang yang disasarkannya. Namun, jika candaan berlanjut meski sudah diminta untuk dihentikan dan tetap membuat korban merasa buruk, itu sudah bisa disebut perundungan.
Di dunia maya, hal ini semakin sulit karena komentar atau gambar yang diposting bisa menyebar luas dengan cepat dan mencapai audiens yang lebih besar, bahkan hingga membuat korban merasa malu dan terisolasi dari komunitas mereka.
Apa yang Korban Bully Rasakan?
Dikutip dari Better Health, korban cyberbullying sering merasakan dampak emosional yang berat. Rasa cemas, takut, atau merasa malu adalah perasaan umum yang dialami mereka.
Mereka bisa merasa seperti dunia maya adalah tempat yang penuh ancaman, bukan tempat yang aman untuk bersosialisasi. Selain itu, mereka bisa merasa sendiri dan terisolasi, bahkan ketika berada di tengah teman-teman atau keluarga.
Selain perasaan terisolasi, perundungan daring dapat mengarah pada gangguan kesehatan mental seperti depresi dan stres. Perasaan cemas yang terus-menerus membuat banyak korban merasa tidak aman dan takut akan interaksi mereka di dunia maya.
Tidak jarang, perasaan ini menyebabkan korban menghindari interaksi sosial, merasa tidak dapat berkomunikasi secara terbuka, atau bahkan berfikir untuk mengakhiri hidup mereka, seperti yang terjadi pada Kim Sae Ron, Sulli, dan Goo Hara.
Jika Anda merasa tertekan akibat perlakuan di dunia maya, penting untuk menyadari bahwa perasaan itu valid. Tidak ada yang layak mendapatkan perundungan, dan semua orang berhak merasa aman di dunia digital.
Cyberbullying bukan hanya soal komentar jahat di media sosial, tapi juga tentang dampak emosional yang ditinggalkan oleh perilaku tersebut. Apabila Anda merasa merasa tidak nyaman atau merasa dihina oleh perilaku daring, ingatlah untuk mencari bantuan dan berbicara kepada orang yang dipercaya. Semua orang berhak dihormati, baik di dunia nyata maupun online.
Adinda Jasmine turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Kematian Kim Sae Ron Bukt Nyata Dampak Perundungan Siber