Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Es batu bisa menciptakan berbagai persoalan, terutama es batu yang dijual tukang es. Karena kita tak tahu apakah es batu itu terbuat dari air yang sudah dimasak atau mentah, sementara ini sebaiknya jauhkan anak-anak dari jajanan pinggir jalan.
Meski endemi muntaber "hanya" berlaku di sebagian wilayah Tangerang, Anda harus tetap waspada jika anak Anda buang air besar setidaknya lebih dari empat kali sehari. Kotoran yang keluar encer. Dalam kondisi lanjut, tinja juga bisa mengandung lendir dan darah. Ada kemungkinan ia menderita diare atau muntah berak. Selain buang air besar yang tak normal, penderita juga mengalami muntah-muntah, demam, lesu-lemah, dan tak nafsu makan.
Kondisi fisik penderita juga berubah: mata cekung, bibir kering dan membiru. Anak-anak umumnya menunjukkan gejala menolak buang air kecil hingga enam jam atau lebih. Menderita demam tinggi, kadang-kadang hingga kejang. Bila penderita banyak sekali kehilangan cairan tubuh, dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima tahun.
Diare bisa disebabkan oleh banyak sebab, salah satunya adalah peradangan usus. Radang usus bisa disebabkan oleh kolera, disentri, infeksi bakteri atau virus, keracunan makanan, alergi terhadap jenis makanan tertentu, atau karena kekurangan gizi.
"Pada kasus wabah di Tangerang, kami sudah menemukan penyebabnya, yaitu bakteri E.coli yang berkembang biak di sumber air. Kami langsung melakukan kaporitasi di sumber-sumber air," kata Rosmini Day, Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Departemen Kesehatan.
Karena penyebab sudah ditemukan, seharusnya penanggulangan wabah muntaber di Tangerang bisa cepat dilakukan. Tapi, menurut Rosmini, masalahnya tidak semudah itu. Selain membersihkan sumber air, perilaku masyarakat juga mesti diubah.
"Masih banyak anggota masyarakat di sana yang buang air besar di semak-semak. Tak sedikit pula yang belum punya kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih setelah buang air besar," katanya. Sebaiknya mencuci tangan memang pakai sabun, tapi kalau tidak pun yang penting dengan air bersih.
Kebersihan lingkungan memang jadi kunci pencegahan dan memutus rantai wabah muntaber. Bakteri E. coli yang terkandung dalam tinja pengidap, jika tidak dibuang di kakus, bisa mencemari tanah, sungai, dan sumber air. Penularan bisa terjadi dari penggunaan air yang tercemar atau dari hewan seperti lalat yang hinggap ke kotoran dan berpindah ke makanan.
Kebiasaan minum air mentah juga bisa menjadi penyebab muntaber. "Meski kami belum meneliti lebih lanjut, mungkin ada baiknya mewaspadai minum es batu jika tidak jelas apakah dibuat dari air matang atau air mentah," kata Rosmini. Soalnya, E. coli ternyata tak mati walau air sudah dibekukan menjadi es. "Intinya," kata Rosmini, "jagalah kebersihan pribadi dan lingkungan."
Jika diare sudah telanjur menyerang, jangan tunggu lebih lama. Oralit dengan satu gelas air minum masak diakui masih menjadi pertolongan pertama yang paling mudah, murah, dan efektif. Larutan diminum sesering mungkin untuk mencegah dehidrasi, sambil mencari pertolongan medis untuk mengatasi infeksinya.
Jika tak ada oralit, larutan gula garam juga bisa digunakan. Campur segelas air teh dengan dua sendok teh gula pasir dan seperempat sendok teh garam. Untuk balita yang masih minum ASI, memberikan ASI sebanyak yang diinginkan anak akan sangat efektif untuk menjaga anak kehilangan cairan tubuh. Makanan juga sebaiknya tetap diberikan meski dipilih yang bertekstur lunak, mudah dicerna, dan tidak merangsang perut.
Utami Widowati
Takaran Pemberian Oralit:
- Anak di bawah satu tahun: pada 3 jam pertama 1,5 gelas. Selanjutnya setengah gelas setiap kali mencret.
- Anak di bawah 5 tahun (balita): 3 jam pertama 3 gelas. Selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret.
- Anak di atas 5 tahun: 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret.
- Anak di atas 12 tahun dan dewasa: 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo