Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sehat karena perang ?

Dengan kekuatan sendiri, vietnam meningkatkan kesehatan rakyatnya pada saat dan setelah perang dengan hasil memuaskan. di situ obat tradisional dipadukan dengan kedokteran barat.(ksh)

4 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK menolong masyarakat dari kungkungan berbagai macam penyakit, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melontarkan konsep primary health care yang di Indonesia dikenal sebagai pelayanan kesehatan desa. Organisasi kesehatan sedunia itu, paling tidak United Nations Environment Programme, memandang Vietnam sebagai contoh cemerlang. Farthscan, berkala yang diterbitkan lembaga lingkungan dari PBB, baru-baru ini memuat tulisan redaktur Anil Agarwal mengenai kemajuan kesehatan yang dicapai negara yang baru keluar dari peperangan tersebut. Vietnam merupakan negara satu-satunya yang bisa mengalahkan Amerika Serikat, sebagaimana diakui Presiden Carter. Semua orang sudah tahu belaka mengenai itu. Tapi belum banyak yang tahu tentang bagaimana negara itu mengalahkan musuh dalam selimut berupa macam ragam penyakit yang juga menyerang negara-negara sedang berkembang lainnya. Bertrand Russell Peace Foundation baru-baru ini menerbitkan serangkaian tulisan mengenai sistim pelayanan kesehatan di sana. Karangan itu ditulis oleh orang-orang Vietnam Utara tentang bagaimana negara mereka memenuhi kebutuhan pengobatan dalam masa peperangan yang lampau. Karangan itu sesungguhnya amat menarik buat negara lain, terutama negara sedang berkembang. Masyarakat ikut serta dalam sistim pelayanan yang dijalankan. Di situ obat-obatan tradisionil dipadukan dengan kedokteran barat. Dengan metode ini para pejabat kesehatan Vietnam yang menulis karangan itu menyebutkan pula tentang penemuan mereka. Yaitu sebuah vaksin TBC yang baru, yang tidak memerlukan lemari pendingin, seperti yang dikenal oleh bagian terbesar penduduk dunia. 2 Minggu Ketika Ho Chi Minh memproklamirkan kemerdekaan Vietnam dari Perancis pada tahun 1945, jutaan orang Vietnam menderita malaria, TBC, lepra, tipus dan kolera. Trakoma yang bisa mengakibatkan kebutaan meluas. Sedang cacing tambang boleh dikatakan berada di hampir setiap perut orang di sana. Sekarang kesengsaraan itu dikabarkan sudah berobah. Dalam tiga puluh tahun mereka sudah dapat membasmi malaria, polio, tipus, batuk menahun, dipteri dan kolera. Angka kematian anak-anak tinggal 3,3%. Dalam melancarkan program perbaikan kesehatan, Vietnam menghadapi dua pilihan: mengandalkan kemampuan sendiri atau minta bantuan negara maju. "Kami telah memilih jalan pertama, mengandalkan kekuatan sendiri," kata Dr Pham Ngoc Thach, menteri kesehatan Vietnam Utara. "Itu merupakan pilihan politis dan bukan berdasarkan pandangan medis," sambungnya pula. Agak berbau slogan memang, tapi pengalaman membenarkan dr Pham. Dalam sistim pelayanan kesehatan barat misalnya, untuk mengatasi trakoma, seorang harus belajar bertahun di universitas. Dalam sistem Vietnam, orang awam pun bisa mengobatinya. "Setelah mengikuti kursus singkat, mereka bisa menjadi perawat yang terampil dan dapat memberikan pelayanan untuk penderita malaria, trakoma, TBC," kata pejabat kesehatan Vietnam itu. Ribuan operasi untuk penyakit entropion (trakoma dengan pelupuk mata membalik ke dalam) - telah dilaksanakan oleh para petugas kesehatan yang hanya menjalani latihan 2 atau 3 minggu. Rumahsakit sebagai model pelayanan kesehatan di barat, menurut orang Vietnam tidak akan menyembuhkan penyakit sampai ke akarnya. Tak ada jaminan orang yang sudah sembuh tak akan terserang sakit lagi. Karena itu pribahasa "pencegahan lebih baik dari penyembuhan" jadi dasar kebijaksanaan kesehatan di sana. Dan itu berarti pengerahan rakyat untuk mengawasi tingkah-laku yang jorok. Melalui penelitian yang melelahkan orang-orang Vietnam berhasil merombak total kebiasaan buang hajat rakyatnya, dan memperkenalkan jamban sehat. Di jamban inilah berdiri pelayanan kesehatan mereka. Kaki Gajah Peperangan yang merobek-robek negara itu ternyata membawa kearifan lain, berupa kemungkinan terlaksananya desentralisasi pelayanan kesehatan. Perang terhadap Jepang dan Perancis dilancarkan dari hutan. Keadaan yang memaksa ini membuat mereka terlatih dalam menggunakan obat tradisionil yang memang sudah ada. Pemboman berat yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun enam puluh dan tujuhpuluhan membuat pelayanan kesehatan jadi menyebar ke mana-mana. Tumbuhlah satuan-satuan tenaga kesehatan yang melibatkan hampir semua orang. Peperangan itu ula yang menciptakan keahlian bedah. Tiap petugas kesehatan termasuk ahli TBC, ahli penyakit dalam, ahli penyakit anak-anak dan mata, adalah juga seorang ahli bedah. Sampai tahun 1964, hampir semua operasi dilaksanakan di kota-kota propinsi. Tapi sejak 1966, 90% dari desa-desa di sana membangun pusat kesehatan mereka, di mana operasi terkadang dilaksanakan di kamar bawah tanah. Atau kalau memang aman, dilaksanakan di gubuk-gubuk dengan beratapkan payung parasut. Yang menarik nampaknya adalah pengalaman mereka dengan TBC. Orangorang Vietnam menemukan bahwa vaksin BCG kuman hidup sangat sulit dipakai untuk menjangkau penduduk yang luas. Karena membutuhkan alat pendingin. Meskipun pada tahun 1955, WHO meninggalkan usaha untuk membuat vaksin BCG kuman mati, pejabat Vietnam tetap meneruskan penelitian mereka. Akhirnya tahun 1960 mereka tahu, bahwa jika vaksin BCG itu disimpan dalam suhu 43ø C, ia tetap memberikan kekebalan sama seperti vaksin hidup. Sampai 1977, sekitar 20 juta orang mendapat manfaat dari vaksin mati ini. Tentang penyembuhan TBC, lain lagi cerita Vietnam. Kombinasi INH, PAS dan streptomycin memang mujarab. Tapi mahal. Dan harus diawasi oleh seorang dokter tingkat desa, karena streptomycin bisa mengakibatkan tuli. Maka mereka meninggalkan streptomycin dan PAS. Mereka mengkombinasikan INH dengan injeksi yang terbuat dari sari ariari. Obat ini ternyata manjur untuk rupa-rupa infeksi selama perang melawan Perancis dulu. Tapi kombinasi ala Vietnam ini tidak berguna untuk TBC. Sampai pada suatu ketika seqrang dukun menganjurkan penyuntikan dengan sari ari-ari persis pada titik akupuntur dalam pengobatan penyakit paru-paru. Metode ini menunjukkan hasil dan dokter-dokter desa sejak saat itu memakainya secara massal. Mobilisasi kemampuan masyarakat dan cambuk peperangan merupakan dasar dari kemajuan pelayanan kesehatan di Vietnam. Tapi apakah mendapatkan metode yang sama, negara Asia, Afrika dan Amerika Latin yang menderita 200 juta demam keong schistosomiasis, 200 juta malariaan, 500 juta trakoma, 300 juta kaki gajah, 20 juta lepra dan 50 juta TBC-an harus lebih dulu menderita di bawah kekejaman perang?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus