MENTAWAI diserang penyakit menular lagi. Sampai tanggal 21
Januari yang lalu, tidak kurang dari 30 orang penduduk
meninggal. Dan malangnya kabar wabah yang menyerang daerah itu
selalu sarnpai di Padang setelah banyak korban berjatuhan Tahun
kemarin juga begitu.
Berita berjangkitnya wabah itu sebenarnya sudah diketahui sejak
awal tahun baru. Tapi entah kelalaian siapa, Camat Siberut
Selatan, daerah yang jadi korban baru memberikan laporan resmi
tanggal 9 Januari. Sampai di Padang tanggal 13 Januari.
Sebagaimana biasa, karena gugusan pulau itu adalah bagian dari
Kabupaten Padang Pariaman maka kabar itu tentu saja terlebih
dahulu harus diolah di Pariaman. Prosedur administrasi ini tentu
saja memakan waktu beberapa hari. Sementara jumlah korban makin
banyak berjatuhan di pulau-pulau kecil pantai barat Sumatera
Barat itu.
Camat Siberut Selatan Ali Hanafiah BA melaporkan bahwa penyakit
menular itu diketahui pertama kali berjangkit di kampung
Kolakabo. Setelah 9 Januari wabah makin meluas menyebar ke 8
kampung lainnya. Antara lain Katurai, Tarolagok, Tabelok,
Atotonan, Rokdog, Silahuinan dan Siberut Hulu. Menghadapi wabah
luas itu tentu saja beberapa petugas kesehatan yang juga dibantu
missi kesehatan pastoran yang bekerja di sana, tidak akan mampu
mengatasi keadaan. Tidak saja karena kurangnya tenaga medis,
tapi juga karena terbatasnya persediaan obat.
Bantuan pertama yang mengalir dari Padang memang baru berupa
obat yang dikirim pihak P3M Ikes Sum-Bar tanggal 15 Januari,
dengan menumpang kapa pastoran. Kesulitan lain rupanya tak
terelakkan pula." Kapal yang berangkat pulau, tidak ada," begitu
seorang stat IKES Sum-Bar menyatakan kepada wartawan TEMPO,
Muchlis Sulin.
Keadaan yang buruk itu tentu saja makin menindih penderitaan
penduduk Siberut. Baru pada hari Senin 16 Januari tim kesehatan
yang terdiri dari 2 orang tenaga dokter, dipimpin dokter Hasan
Basri, dan 10 perawat siap untuk diberangkatkan dari Pariaman.
Tapi malangnya lagi, datang serangan badai. Keberangkatan
tertunda pula. Walhasil tim kesehatan baru bisa mencapai Siberut
sehari kemudian. Tim kesehatan dari Dokabu Padang Pariaman dan
IKES Sum-Bar itu beroperasi sekitar Rokdog dan Silakwena.
Wabah apa yang menyerang Sibuda Selatan dan menyambar nyawa
penduduk demikian cepat? "Belum bisa pastikan. Kami menunggu
laporan tim begitu jawaban dr. Anwarsyah Kepala Bagian
Pemberantasan Penyakit Menular IKES Sum-Bar. Ditunggu sampai 2
minggu dinas kesehatan setempat belum berkenan menyiarkan wabah
yang sedang menyerang. Tapi dari sumber lain sudah diketahui
wabah itu mentah berak.
Wabah yang kini melanda Mentawai itu memang patut jadi perhatian
tidak saja oleh pihak IKES, tapi juga Pemda Pariaman dan
Gubernur Sumatera Barat. Beberapa kali kasus yang sama yang
terjadi di sana dan pertolongan selalu terlambat. Meskipun
arus dimaklumi komunikasi ke Mentawai memang suka. Paling
sedikit diperlukan waktu semalam pelayaran.
Tapi yang patut disesalkan adalah mengapa alat penghubung SSB
yang terdapat di Mentawai, baik milik perusahaan kayu maupun
pemerintah daerah, tidak dimanfaatkan secara efektif. Padahal
begitu penyakit menggejala, SOS sudah pantas dikirim lewat SSB.
Dengan begitu pengiriman regu-regu kesehatan bisa lebih cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini