BERTAMBAH banyak saja orang latihan Yoga di sini. Mungkin mereka
tertarik pada manfaatnya yang begitu banyak. Sakit pernafasan
sampai pun darah tinggi bisa diobatinya. Malahan kabarnya,
rematik, penyakit yang belum bisa ditangani kedokteran modern,
bisa disembuhkan.
Untuk menemui para peserta Yoga di sini sejak pertengahan
September yang lalu selama hampir dua bulan telah datang seorang
guru Yoga dari India, Shree Swami Yoganand Puri. Guru yang tetap
membujang itu datang atas undangan Yayasan Yoga Indonesia dan
The Gandhi Memorial School di Jakarta. Selama sebulan dia
memberikan pelajaran untuk latihan Yoga bagi penyembuhan
penyakit sakit pernafasan, tekanan darah tinggi, insomnia, asma
dan rematik. Karena kedatangannya disiarkan secara luas melalui
plakat, semua orang boleh ikut serta asal membayar ongkos Rp
5000, untuk serangkaian latihan yang berlangsung seminggu penuh.
Dua jam tiap hari.
Sebelum sampai pada gerakan untuk menyembuhkan sesuatu penyakit
tertentu Swami mengajarkan latihan dasar. Tetapi di samping itu
ia tekankan pula perlunya hidup teratur supaya badan selalu
sehat. "Ada 4 kunci menuju hidup sehat," kata guru yang
berkepala culah dan mengenakan jubah kuning oranye.
Makanan yang baik, tidur dan latihan yang teratur, serta menjaga
badan supaya bersih selalu, itulah kunci kesehatan, kata sang
guru. "Sebaiknya peserta Yoga vegetarian. Tidak merokok dan
pantang alkohol. Janganlah khawatir tubuh menjadi lemah karena
tidak memakan daging. Harus diingat banteng dan gajah yang tidak
makan daging 'kan tetap kuat katanya pula membujuk.
Lalu Shree Swami menuju sebuah panggung yang rendah dan duduk
bersila di depan 60 muridnya di sebuah ruangan gedung The Gandhi
Memorial School. Ia berbicara dalam bahasa Inggeris sedang
seorang laki-laki yang duduk dekatnya menterjemahkan ajaran sang
guru. "Tutup mata anda, lemaskan badan, tangan dan kaki,"
katanya memejamkan mata.
Para murid yang duduk di lantai berkarpet hijau, atau yang hanya
kebagian lantai beralas kain sarung dan selimut, mengikuti
pelajaran latihan menenangkan pikiran.
Swami yang duduk bersila dalam sikap Mudra dengan kedua telapak
tangannya terlentang di pangkuan melanjutkan petunjuknya. "Tutup
mata anda, rileks, hilangkan pikiran yang susah. Berpikirlah
sehat dan bahagia." Suaranya kalem dan dalam.
Ini adalah dasar latihan untuk memerangi penyakit insomnia atau
sulit-tidur. Menurut guru, ada tiga aturan yang harus
diperhatikan supaya gampang melelapkan mata. "Pertama keadaan
tanpa badan, tanpa aku dan keadaan tanpa waktu," katanya.
3 Bulan
Menurut Swami orang jadi sulit tidur karena dia memikirkan
badannya. Dengan santai tanpa merasakan adanya tubuh, katanya,
orang akan gampang tidur. Orang sulit tidur katanya karena
selalu memikirkan dirinya. Baik dia kaya ataupun miskin.
Setelah kira-kira setengah jam sang guru memberikan pelajaran
untuk mudah tidur, kemudian masuk bab latihan pernafasan.
Berlari-lari di tempat seraya melepas dan menghirup udara
dalam-dalam. Menyusul berbagai gerakan bersenam yang diikuti
dengan pernafasan yang teratur. Tiap satu gerakan selesai, para
peserta diharuskan berbaring seraya mengikuti perintah guru:
"Tenangkan nafas pejamkan mata!"
Bagi para penderita rematik, pelajaran mengenai latihan untuk
menyembuhkan penyakit tersebut nampaknya memang ditunggu-tunggu.
Dan nampaknya gerakan untuk penyakit yang satu ini hanya
meliputi gerakan yang berulang-ulang sampai berpuluh kali pada
bagian tubuh yang terasa pegal linu.
"Biasanya dalam tiga bulan, bila suryana maskar yang meliputi 12
gerakan senam Yoga secara teratur dilakukan, berpantang makan
melinjo, es, nasi goreng dan mandi malam, biasanya rematik
sembuh," kata Nyonya Suyono, seorang pelatih Yoga dari YYI.
Tetapi bagaimana Yoga menyembuhkan? "Tergantung ketekunan,"
jawab A. Suryono, ketua YYI. Ia menyebutkan dalam dua minggu
saja kita sudah akan bisa merasakan pengaruh positif.
Namun kursus yang hanya berlangsung seminggu -- meskipun
dipimpin oleh seorang guru langsung dari tanah air Yoga --
tentu belum cukup. "Kursus itu hanya untuk mengetahui
petunjuk-petunjuk dasar Yoga. Kalau ada yang mau melanjutkan,
bisa menghubungi kursus-kursus yang berada di bawah lindungan
Yayasan Yoga Indonesia," katanya.
Seorang penuntun dalam latihan nampaknya memang diperlukan.
"Sebaiknya para peserta Yoga sekali-sekali dipimpin oleh seorang
guru yang berpengalaman," kata Thio Tjoen Tek, 60 tahun, yang
telah berlatih sejak umur 20. Sebab, katanya, tanpa seorang guru
bisa saja seseorang berlebihan dalam berlatih. Berlebih dalam
latihan pernafasan bisa saja mengakibatkan gangguan pernafasan
dan sakit jantung, katanya.
Berlebihan dalam segala hal juga menunjukkan ada sesuatu yang
tak beres dalam "aku"-nya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini