DI tengah ribuan orok yang lahir di India 3 Oktober yang lalu,
kelahiran seorang bayi perempuan seberat 3,35 kilogram mungkin
dianggap tidak istimewa. Kecuali bahwa ia "jadi" dalam tabung
kaca di sebuah laboratorium Calcutta Medical College, sebelum
ditanamkan oleh para dokter dan kemudian dilahirkan dari
kandungan ibunya. Durga, demikian nama anak itu, menjadi "bayi
tabung" yang kedua di dunia, setelah "bayi tabung" Inggeris
Louise Brown di Oldham bulan Juli yang lalu.
Mungkinkah ini? "Pembuatan" bayi tabung menuntut kemajuan
teknologi kedokteran. Padahal India terkenal sebagai negeri
miskin yang kurang-lebih sepertiga rakyatnya buta huruf dan 40%
hidup di bawah garis kemiskinan. Bagaimana mungkin?
Tim dokter India yang dipimpin oleh Dr. Saroj Kanti Bhattacharya
dan dibantu oleh Prof. Sunit Mukherjee dan Dr. Subash Mukherjee
hanya mengatakan bahwa bayi ini dilahirkan melalui proses yang
"serupa" dengan teknik yang dipakai oleh rekan-rekan mereka di
Inggeris.
Dalam proses ini, sebuah sel telu yang sudah matang diambil dari
ovarium ibu pada saat yang tepat dan dibuahi oleh sel sperma
ayah di dalam sebuah tabung kaca dalam kondisi yang secara
cermat meniru kondisi rahim ibu. Setelah terjadi proses
pembagian sel dalam stadium awal dalam tabung tersebut, sel
telur kemudian dipindahkan ke dalam rahim ibu. Selama beberapa
hari di dalam tabung kaca itu, perkembangan sel dapat diawasi
dan kelainan-kelainan - kalau ada -- bisa diketahui. Karena
proses awal inilah, maka bayi tersebut disebut "bayi tabung".
Tetapi hari-hari kejadian Durga sesungguhnya tidaklah sedemikian
mudah. Sel telur yang sudah dibuahi harus dijaga, dengan
pemberian hormon kepada calon ibu, agar sel telur calon ibu bisa
menjadi dewasa menurut jadwal yang bisa diperhitungkan. Untuk
mengambil sel telur yang sudah matang dari badan calon ibu,
dilakukanlah pembedahan ringan. Peniruan kondisi badan ibu
meliputi pengaturan suhu badan, kondisi kimiawi rahim, nutrisi
dan lain sebagainya.
Setelah kira-kira 12 jam di dalam tabung lantas sel ayah
diberikan. Perkembangan sel diarnati dengan mikroskop, terutama
untuk mengetahui apakah terjadi kelainan atau tidak dalam
perkembangannya sebab sel-sel itu amat peka terhadap perubahan
lingkungan. Setelah beberapa hari dalam tabung, barulah sel
tersebut dipindahkan kembali ke dalam rahim ibu. Dan tibalah
saat yang paling sulit, yakni menjaga agar embryo yang besarnya
kira-kira 1/40 milimeter itu tidak ditolak oleh badan itu. Untuk
itu perubahan-perubahan yang secara alamiah terjadi pada waktu
kehamilan ditiru terlebih dulu melalui proses pemberian hormon.
Komputer India
Di Inggeris, dengan peralatan yang serba lengkap dan kemajuan
teknologi yang mendukung, Dr. Steptoe dan Dr. ldward toh
memerlukan waktu 12 tahun untuk mencapai sukses. Maka yang
dicapai oleh para dokter India beberapa bulan setelah itu memang
cukup menarik. Dan orang pun pada mengintip perkembangan ilmu
pengetahuan di India.
Sebenarnya, berkat dukungan kuat pemerintah, sejak masa Perdana
Menteri Jawaharlal Nehru, India sudah melangkah jauh maju sejak
keadaan tahun empatpuluhan. Pada saat itu peniti pun masih harus
diimpor. Kini lebih dari 300 pusat penelitian telah berdiri di
mana-mana, dengan mempekerjakan kira-kira 120.000 orang tenaga
ahli di berbagai bidang, mulai dari gas alam sampai komputer dan
desain pesawat terbang. Tahun ini pemerintah India menyediakan
anggaran sebesar 4000 juta rupee (Rs 1 = Rp 50) untuk keperluan
penelitian, duapuluh kali lipat anggaran tahun 1958.
Demikianlah pada tahun 1960, India belum mengenal komputer.
Sekarang terdapat lebih dari selusin perusahaan yang membuat
komputer di India -- dan malahan sudah mengekspor
komponen-komponen komputer ke luar negeri, antara lain ke Uni
Soviet.
Departemen Angkasa Luar India mempekerjakan 6000 orang tenaga
ahli pribumi. Tahun 1975, India meluncurkan satelitnya yang
pertama di Baikonur, Uni Soviet, sebelum satelit Indonesia yang
dibeli dari AS dan ditembakkan di AS pula. Sebuah lagi akan
diorbitkan tahun ini. Pada tahun 1976, sekitar 300 lembaga
pendidikan teknik meluluskan 18.700 orang ahli teknik dan 105
buah lembaga pendidikan kedokteran menghasilkan 11.500 tenaga
medis.
Sementara itu, India kini yang masih dikenal sebagai negeri
gerobag, sedang meneliti untuk memodernisir kendaraan kuno ini
sehingga menjadi alat angkut barang yang murah, tinggi daya
gunanya dan hemat tenaga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini