DI pagi buta hari Minggu itu, pukul 04.30, Yosep sudah berdiri
di depan pintu katedral Malang. Dan beberapa saat kemudian,
separuh kota pun terbangun oleh suara lonceng gereja,
memanggil-manggil para jemaat untuk melakukan misa pagi.
Tapi sebelum para umat datang, Yo sep Paen, 49 tahun, sibuk.
Sebagai koster, penjaga katedral, ia harus membersihkan seluruh
ruang sembahyang mengepel lantai, menyapu bangku-bangku jemaat,
membersihkan altar. Setelah menyalakan lilin, ia pun harus
menyediakan pakaian misa bagi pastor.
Walaupun misa hanya berlangsung tiap Sabtu (sore) dan Minggu,
atau harihari besar tertentu, Yosep tetap harus bekerja setiap
hari. Tugasnya, jika tidak membersihkan bagian dalam katedral
tentulah mengurus halaman atau membetulkan bagian-bagian rumah
Tuhan itu jika ada yang rusak.
Bahkan setiap Sabtu dan Minggu, yaitu sesudah misa sore,
laki-laki kelahiran Larantuka, Flores, itu meninggal kan
katedral di Jalan Ijen Malang itu, rata-rata pukul 21.00.
"Sehabis misa ruang katedral selalu sangat kotor, lebih-lebih
jika banyak anak-anak," ungkap Yosep.
Paus
Puncak kesibukan koster itu tentu saja pada hari-hari menjelang
perayaan Natal dan Tahun Baru--seperti sekarang. Dengan ditemani
seorang pembantu, ia harus membersihkan seluruh tubuh katedral,
luar dalam. Bahkan kalau perlu mengecat. Adalah tugasnya pula
menghias seluruh ruangan katedral, termasuk memasang lampu-lampu
baru. "Tapi saya senang, malahan bangga," ungkap Yosep yang
telah 27 tahun menjadi koster.
Ayah dari enam orang anak ini bekerja sebagai koster dengan
kisah sendiri. Suatu hari, ketika ia berusia 22 tahun ibunya
menghendaki Yosep menikah dengan gadis yang tak ia senangi. Ia
menolak karena telah mempunyai pacar. Ketika ibunya tetap
mendesak, Yosep pun naik darah. Tak sadar ia mengambil gelas dan
melemparkannya ke arah sang ibu. Lengan wanita itu luka.
Didorong oleh rasa sesal yang amat dalam, tanpa minta pamit
kepada siapa pun, Yosep diam-diam menaiki kapal Watodampo
sebaai penumpang gelap menuju P. Jawa. Ia memilih menetap di
Kota Malang. Tapi rasa sesal tetap menghantuinya. Karena itu
suatu sore ia melakukan sakramen pengakuan dosa di hadapan
pastor di katedral Malang.
Rupanya pastor Saveth di gereja itu terkesan pada laki-laki dari
Larantuka tadi. Seminggu kemudian Yosep telah mulai bekerja
sebagai koster di sana. "Seperti terpanggil oleh Tuhan, saya
menyediakan diri mengabdi pada gereja," ungkap Yosep mengenang
saat ia mulai bekerja 27 tahun lalu.
Sebagai penjaga katedral, tiap bulan ia menerima gaji Rp 57.000.
Yosep merasa penghasilan itu cukup memadai. Lebih-lebih lagi
karena sejak 11 tahun lalu ia mendapat penghasilan tambahan.
Yaitu membuat 3000 batang lilin untuk keperluan gereja tiap
bulan. Untuk itu ia memperoleh Rp 25.000 per bulan. "Kan kalau
ditambah dengan gaji, jadi lumayan," kata Yosep pula.
Di katedral Jalan Lapangan Banteng Utara, Jakarta, Mohamad Yosep
Marcelus, 40 tahun, sering bersedih hati. "Karena para jemaat
tidak turut menjaga kebersihan ereja," katanya. Menurutnya
mengandalkan kebersihan gereja kepada koster. "Tapi hendaknya
mereka tak sewenang-wenang membuang sampah di rumah Tuhan," kata
Mohamad lagi.
Mohamad yang telah 20 tahun menjadi koster tinggal di dalam
kompleks gereja. Dengan dibantu 10 orang anak buah, ia
bertanggungjawab akan kerapian dan keamanan katedral yang
dibangun pada awal abad ke-20 itu. Ia juga mengatur meja altar,
termasuk semua perabot seperti: tempat lilin, jambangan bunga,
salib, perlengkapan pengeras suara.
Menjelang Natal dan Tahun Baru, Mohamad dkk. sudah bersiap-siap
dari jauh hari. Selain menghias katedral, mereka harus
menyiapkan latihan paduan suara, tablo dan misdnar (pengiring
pastor dalam beribadat). Berbagai latihan itu kadang sampai jauh
malam.
Pengalaman Mohamad yang tak mungkin ia lupakan adalah ketika ia
sempat bersalaman dan mencium tangan Paus Paulus VI yang
berkunjung ke Jakarta pada tahun 1970. Juga ia pernah melihat
dari dekat Presiden Filipina, Ferdinand Marcos dan Nyonya ketika
tamu dari luar negeri itu beribadat di katedral.
Sebagai koster, Mohamad juga menjadi tukang pangkas rambut
beberapa pastor. "Saya juga mencukur Uskup Agung Mgr. Leo
Sukoto," katanya bangga.
Sebagai penjaga gereja, sebulan Mohamad bergaji Rp 100.000.
Dengan uang ini ia juga harus membayar sewa rumah yang ditempati
keluarganya sebesar 10% dari gaji. Laki-laki yang lahir dari
keluarga muslim ini menuturkan pengalaman-pengalaman pahitnya.
Misalnya, ia tak pernah sempat bersantai bersama laki-laki
kelahiran Muntilan (Jawa Tengah) ia, semestinya para jemaat tak
hanya keluarga di hari Minggu. Tapi juga katanya, ia harus
sering menahan hati menghadapi beberapa pastor yang cerewet.
"Sebab mereka juga manusia biasa," katanya kalem. Cita-cita
Mohamad, kalau bisa di kemudian hari salah seorang dari empat
anaknya ada yang jadi pastor.
Bagi Albert, 42 tahun, koster di Gereja Katedral Jalan Pemuda
Medan, menjelang perayaan Natal merupakan sesuatu yang
menggembirakan. Karena seperti tabun-tahun yang lalu, ia akan
mendapatkan hadiah berupa uang dan pakaian. Albert tidak mau
menyebutkan jumlahnya. "Di hari mulia itu lonceng gereja akan
saya pukul berulang-ulang," kata ayah dari seorang anak itu
dengan wajah berseri-seri.
Dengan pengalaman bekerja 14 tahun, sekarang Albert sebulan
menerima gaji Rp 40.000. Tiap bulan penghasilan itu dipotong
gereja Rp 2.000, sebagai simpanan hari tua. Dengan pendapatan
itu, ia selalu merasa gembira. "Karena saya tak punya rencana
yang muluk-muluk," tutur laki-laki kelahiran Semarang itu.
Sebagai koster Alexander Matius Basuki, 54 tahun, tidak hanya
mengurus Gereja Santo Petrus Bandung. Dia juga mengurus para
gelandangan dan narapidana yang baru bebas dari tembok lembaga
pemasyarakatan: mengurus hidup mereka dan mencarikan pekerjaan
bagi mereka. "Pekerjaan kami seperti jawatan sosial saja,"
tambah Basuki yang pernah menjadi anggota DPRGR-RI.
Bagi Basuki menjadi karyawan gereja berarti harus senang bekerja
secara campur aduk. Mulai dari mengepel lantai sampai jadi lawan
diskusi bagi para pastor. "Saya senang, sebab pekerjaan itu
merupakan panggilan rohani," jawab ayah dari delapan orang anak
ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini