Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Suatu Yayasan Beri Harapan

Dewi Abidin telah kehilangan puterinya jasmine yang meninggal karena leukemia. Kemudian mendirikan Yayasan Haematologi Jasmine Abidin, untuk penderita yang miskin. (ksh)

21 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEWI Abidin telah kehilangan puterinya, Jasmine, tapi belum melupakannya. Gadis cilik itu telah meninggal karena leukemia, kemudian sang ibu mendirikan Yayasan Haematologi Jasmine Abidin. Sejak yayasan itu berdiri 18 September. 1978, para penderita leukemia yang miskin tampaknya boleh menaruh harapan. Leukemia atau kanker darah menduduki tempat ke-10 dalam urutan penyakit yang ada di Indonesia. Statistik mengenai korbannya masih meraba-raba. Tapi cuma sekitar 50 penderita leukemia dalam setahun di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Mengingat sedikitnya 1000 pasien setiap hari mengunjungi RSCM itu, rumahsakit terbesar di Indonesia, jumlah penderita leukemia masih sedikit sekali. Bila terserang leukemia, seseorang meminta biaya pengobatan yang besar sekali. Penderita yang miskin biasanya pasrah saja, sedang penyakit ini bukan menyerang orang kaya saja. "Untuk penyakit kekurangan darah, seperti anemia karena kekurangan gizi pemerintah sudah menyediakan budget. Lantas dari mana penderita leukemia mendapat pertolongan? " tanya dr. H. Moeslichan Mz, yang menangani masalah medis dari YHJA. Dengan berkata begitu dokter ahli penyakit anak tersebut memberikan alasan mengapa yayasan tersebut perlu berdiri. Dalam 2 bulan terakhir ada sekitar 200 penderita yang meminta pertolongan langsung ke kantor yayasan itu di Jalan Cimandiri 16, Jakarta. Dari berbagai daerah bukan sedikit pula yang meminta bantuan. Para dermawan juga tergugah. Sekitar Rp 3 juta berhasil dikumpulkan. Tentu saja, jumlah yang terkumpul itu masih terlalu sedikit dibandingkan dengan kebutuhan. "Sejumlah orang kaya dan berkedudukan yang kami hubungi menyatakan simpati dengan adanya yayasan ini. Tapi bantuan materiil mereka masih ditunggu," ujar Dewi Abidin, Ketua YHJA. Karena seretnya dana yang masuk, pengurus yayasan melaksanakan pertunjukan kesenian untuk mencari dana di Hotel Indonesia Sheraton 8 April yang lalu. Dari malam dana itu terkumpul juga Rp 500.000. Sampai saat ini baru 15 penderita leukemia yang langsung mendapat bantuannya. Itu pun tidak semua penderita memperoleh pertolongan sepanjang tahun, karena dana yang ada harus diirit. Minggu pertama April, yayasan ini menyerahkan sumbangan obat-obatan anti leukemia kepada RSCM seharga Rp 500.000. "Saya menitikkan air mata ketika menyerahkan bantuan itu. Teringat pada anak saya yang berpesan supaya saya menolong mereka yang terkena penyakit seperti yang ia derita," tutur Ny. Abidin. Dengan dana yang terbatas sekali, yayasan itu menyalurkan sebagian bantuannya lewat pimpinan rumah sakit RS CM. Para penderita leukemia di luar Jakarta harus mendapat surat keterangan dari dokter setempat untuk meminta bantuannya. Biasanya Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia yang ada di daerah menyampaikan surat permohonan bantuan tadi ke YHJA. Gotong Royong Sebelum yayasan tersebut berdiri, para penderita leukemia di RSCM sering juga mendapat pertolongan langsung dari para dokter. "Bantuan obat-obatan itu secara bergotong-royong dikumpulkan oleh para dokter yang tilak tega melihat penderitaan pasien," cerita dr. H Moeslichan Mz. "Tak ada penderita leukemia (di RSCM) yang meninggal karena tak mendapat obat." Bagian terbesar dari penderita leukemia di RSCM adalah anak-anak. Belum bisa dibuktikan apa yang menjadi penyebab penyakit leukemia ini. Ada yang mengatakan karena virus. Para ahli melihat pada binatang penyakit ini memang disebabkan oleh virus dan bisa menular pula. Radio-aktif dan zat-zat kimia dianggap bisa juga menyebabkan leukemia. Penyakit ini menyerang sel darah putih yang mengakibatkan pertahanan tubuh lemah dan gampang kena infeksi. Tubuh yang sering terserang panas menjadi tanda awal dari penyakit ini. "Sebagian besar penderita leukemia tak bisa ditolong. Hanya sekitar 10% dari mereka yang bisa ditolong," kata dr. H. Iskandar Wahidayat, ahli penyakit anak yang juga duduk sebagai penasehat medis YHJA. Dari anak-anak yang terserang ada yang bisa bertahan hidup sampai 3 tahun. Malahan ada yang bisa mencapai umur 6 tahun. Apabila seorang anak bisa mencapai usia 5 tahun (setelah menjalani pengobatan 3 tahun) boleh dikatakan ia sudah sembuh. "Jadi meskipun leukemia berakhir dengan kematian masih ada juga titik terang, tambah dr Wahidayat. Jasmine sendiri telah bergulat selama 5 tahun dengan penyakitnya sampai meninggal di Melbourne, Australia, dalamusia 10 tahun pada bulan Juli 197 Abidin, ayahnya yang kini bekerja pad Departemen Pekerjaan Umum ketika it masih belajar perencanaan kota di sana. "Bakatnya besar dalam melukis," kata Ibu Dewi tentang Jasmine, anak tertua dari empat bersaudara. Sesudah ia meninggal, lukisan-lukisannya dipamerkan di Melbourne untuk mencari dana bagi para penderita yang ditampung oleh Leukaemia Auxiliary of the Royal Children's Hospital. Keluarga Abidin tidak kaya. Di rumah mereka berkantor yayasan yang memberi harapan pada para penderita leukemia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus