Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tantangan Pasangan ODHA, Dikucilkan hingga Hubungan Seks Terbatas

Pasangan ODHA ini mengaku beratnya tantangan yang harus dihadapi sebagai pengidap HIV/AIDS, termasuk untuk urusan suami istri.

11 Maret 2020 | 13.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi seorang yang positif HIV/AIDS bukanlah suatu hal yang mudah. Terlebih di negara berkembang, banyak sekali tanggapan negatif dari masyarakat tentang status penyakit yang dikategorikan menular seksual itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak hanya individu, orang yang memiliki kekasih dengan masalah kesehatan serupa alias Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) ternyata mengalami perlakuan setara. Ini pun diungkapkan langsung oleh pasangan suami istri positif HIV, Antonio dan Chani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasutri ini dinyatakan ODHA pada 2012. Tantangan yang dihadapi dari luar tentunya berupa stigma masyarakat.

“Kita sendiri sudah dikucilkan, apalagi berdua dan jadi pasangan suami istri, makin dikucilkan lagi,” kata Antonio.

Meski demikian, keduanya tidak begitu mementingkan pendapat masyarakat. Menurut Chani, ia dan suami pun lebih memilih fokus pada kehidupan rumah tangga.

“Apabila ada tanggapan negatif, kami lebih tidak mendengar dan fokus pada keluarga kami saja. Mereka berlaku baik, kami juga baik dan sebaliknya,” ungkapnya.

Adapun, tantangan lain dari dalam berupa hubungan seks yang terbatas. Pasangan yang menikah Juli 2017 itu mengaku mereka tidak bisa melakukan penetrasi dengan bebas lantaran kondisi keduanya yang sama-sama ODHA.

“Kita kalau mau berhubungan selalu dibatasi dengan kondom,” jelasnya.

Dengan kata lain, pembuahan tidak bisa terjadi lantaran sel sperma terhalang oleh kondom. Untungnya, jalan keluar pun ditemukan. Antonio mengatakan bahwa jika seseorang rajin mengonsumsi obat secara teratur, virus pun tak bisa dideteksi.

“Kalau sudah undetectable artinya virus tidak bisa ditransfer ke anak sehingga menjalankan hubungan seksual kini lebih bebas dan dapat hamil,” ungkapnya.

Kini, Chani tengah mengandung anak pertama. Usia kandungan telah mencapai tujuh bulan.

“Kami bersyukur karena semuanya sudah melewati tahap konsultasi dengan dokter. Insya Allah terkontrol dan tidak berisiko turun ke anak,” tegasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus