Tak sedikit ibu hamil yang tiba-tiba terkena hipertensi. Fenomena ini sudah lama menjadi teka-teki bagi kalangan ilmuwan kedokteran. Penyebabnya sampai kini belum jelas. Yang pasti, hipertensi berisiko fatal, seperti perdarahan, kerusakan hati, dan putusnya tali plasenta yang menghubungkan ibu dan bayi.
Risiko yang begitu berat telah mendorong sekelompok ilmuwan dari Yale University School of Medicine, Connecticut, Amerika Serikat, untuk meneliti hipertensi pada ibu hamil. Hasilnya, seperti dimuat dalam majalah Science edisi pekan lalu, ada protein yang bermutasi sehingga mengubah keseimbangan garam dalam tubuh.
Menurut Richard Lifton, ahli genetika yang memimpin riset, protein yang bermutasi adalah reseptor mineralokortikoid. Protein yang terdapat dalam ginjal ini bertugas menanggapi pesan berdasarkan kondisi kimia darah. Secara normal, mineralokortikoid berikatan dengan progesteron—hormon yang kadarnya meningkat 100 kali lipat selama kehamilan. Tetapi, "Pada kasus hipertensi, mineralokortikoid juga berikatan dengan hormon lain, yakni aldosteron," kata Lifton, seperti dikutip ABC News, pekan lalu. Ikatan dengan hormon secara tidak normal inilah yang membuat kadar garam dalam darah melonjak, dan otomatis meningkatkan tekanan darah.
Lifton berharap penemuannya bisa menjadi awal riset pengobatan yang tepat bagi ibu hamil yang mengidap hipertensi. "Pengobatan bisa difokuskan pada protein yang bermutasi," katanya. Namun, Helayne Silver, dari North American Society for the Study of Hypertension in Pregnancy, kurang sepakat dengan kesimpulan Lifton. Menurut Silver, hipertensi tidak hanya dipicu satu protein tunggal. "Sebabnya bermacam-macam dan sampai kini masih dalam penelitian," tuturnya. Silver menyarankan, ibu hamil yang berisiko hipertensi sebaiknya segera menghubungi dokter untuk merundingkan diet rendah garam tapi tetap bergizi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini