Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengajari Anak Menunggu dan Bersabar

Anak bisa dilatih untuk menunggu dan bersabar sejak dini melalui pengalaman sehari-hari.

29 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Orang tua bisa melatih anak untuk menunggu dan bersabar.

  • Anak bisa diberi contoh konsep menunggu dan bersabar melalui pengalaman sehari-hari.

  • Jika hingga usia lebih dari 7 tahun anak tidak tenang dan tidak sabar, orang tua perlu berkonsultasi dengan psikolog atau dokter tumbuh kembang.

Jika sudah ada es krim, Ikhsan, 4 tahun, menjadi tidak sabar. Dia langsung merengek meminta ke mamanya. Namun sang ibu, Dita, 29 tahun, biasanya tak langsung memberikan es krim kesukaan putra sulungnya ini. Apalagi jika Ikhsan belum makan. "Biasanya aku bilang, 'Makan nasi dulu, ya. Baru boleh makan es krim'," ujar Dita kepada Tempo, Kamis, 26 Agustus 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Warga Cilodong, Depok, ini berupaya membiasakan putranya bersabar dan menunggu untuk sesuatu yang dimintanya. Biasanya dia akan mengulang kata sabar sambil menepuk-nepuk lembut dada putranya. Ia juga mencoba mengajari anaknya menunggu dengan konteks waktu. "Misalnya, 'Nanti, ya, tunggu mama mandi dulu'."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selesai mandi, Dita menepati janjinya sekalipun Ikhsan sering kali sudah lupa akan hal yang diminta. Dita akan memberikan hal yang diminta anaknya sambil mengatakan, "Tadi Ikhsan minta ini. Mama sudah mandi. Udah diambilin, ya." Dengan demikian, kata Dita, putranya menjadi tahu bahwa ia harus menunggu atau bersabar dan tidak memaksa meminta sesuatu saat itu juga. Hal ini berlaku untuk hal lainnya.

"Intinya, menepati janji. Kalau anak disuruh menunggu dan sabar sampai lupa dan tidak diberi, besok dia enggak mau nunggu lagi," ujar Dita. Kemampuan menunggu dan bersabar memang harus dilatih sejak kecil. Dengan penjelasan yang cukup, anak menjadi paham mengapa ia harus menunggu dan tidak semua keinginannya bisa terpenuhi saat diminta.

Hal serupa dilakukan Helzi, 33 tahun. Ia mengajari putrinya, Prajna, 7 tahun, menerapkan konsep menunggu dan bersabar sejak usia 2 tahun. Helzi sudah sering mengajak Prajna berbicara dan memberi pemahaman dengan contoh nyata ketika sedang berada di tempat umum. "Melihat ada antrean dan membeli sesuatu atau saat membayar di kasir," ujar pengajar di sebuah sekolah menengah kejuruan di Depok ini.

Buku bacaan membantu orang tua mengajarkan sabar kepada anak-anak. Shutterstock

Selain mengajarkan kesabaran dengan kenyataan di lapangan, Ezi—demikian Helzi biasa dipanggil—memberikan contoh dari buku-buku bacaan yang disukai putrinya. Biasanya, dari buku bacaan itu, ia pun dengan mudah bisa menjelaskannya kepada putrinya. Semua itu berdampak baik bagi kemampuan mengontrol diri putrinya, sehingga menjadi cukup sabar. Putrinya bahkan sering mengingatkan orang tuanya. "Sampai sekarang kadang-kadang kami yang diingetin," ujarnya.

Psikolog anak dari lembaga psikologi Tiga Generasi, Yasmine Nur Edwina, menjelaskan bahwa kemampuan menunggu erat kaitannya dengan kontrol diri dan hal itu terus berkembang. Pada umumnya, anak usia dini (0-5 tahun) atau anak dengan perkembangan tertentu masih sering kesulitan menunggu. "Hal itu wajar karena pada usia dan anak dengan perkembangan tertentu, kemampuan berpikirnya abstrak serta perencanaan dan kontrol dirinya masih terbatas," ujarnya.

Biasanya, pada usia dan perkembangan tertentu, anak lebih mudah memahami suatu hal yang bisa dilihat, dipegang, dan didengar. Jadi, sangat wajar jika mereka kesulitan menunggu. Meski demikian, bukan berarti anak tidak bisa diajari untuk menunggu.

Orang tua bisa mengajari anak menunggu dalam kegiatan sehari-hari. Caranya adalah mengajak mereka terlibat dalam sebuah situasi. Yasmine mencontohkan, jika seorang anak ingin segera menonton televisi, orang tua bisa membuat daftar kegiatan harian. Aktivitas lainnya, jika berada dalam antrean drive thru, misalnya, orang tua bisa mengajak anak menghitung mobil-mobil yang antre di depannya.

Kegiatan lain yang bisa dilakukan untuk mengajarkan bersabar adalah menunggu makanan selesai dimasak. Ibu atau ayah bisa membantu mereka lebih memahami perihal menunggu dengan memasang alat pengatur waktu atau timer. Dengan demikian, konsep menunggu waktu yang abstrak menjadi lebih konkret bagi anak. Mereka bisa tahu melalui gambar, pengalaman, angka, atau bunyi timer.

Yasmine mengingatkan, jika anak sudah berusia lebih dari tujuh tahun dan menunjukkan tanda-tanda tidak sabar, orang tua bisa berkonsultasi dengan psikolog atau dokter tumbuh kembang. Tanda-tanda itu di antaranya mereka selalu ingin bergerak dan melakukan suatu hal, sulit bermain atau melakukan sesuatu dengan tenang, susah antre dan suka menyerobot, serta melukai anak lain atau temannya.

DIAN YULIASTUTI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus