Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kornea Baru bagi Orok |
Transplantasi kornea mata bayi kini tak lagi jadi masalah besar dunia kedokteran. Tak perlu menunggu besar, bayi merah pun sudah bisa dideteksi adanya kelainan kornea mata dan menjalani operasi ransplantasi. Pertengahan Agustus lalu, Ken Nischal, spesialis mata dari Great Ormond Street Hospital, mengenalkan penggunaan ultrasuara (USG) untuk mendeteksi kornea cacad pada bayi baru lahir, dan kemudian menggantinya dengan kornea yang sempurna.
Transplantasi kornea sudah 10 tahun diterapkan tapi terbatas pada pasien dewasa. Namun, para dokter tidak pernah melakukan transplantasi kornea mata pada jabang bayi. Alasannya? Mereka tak dapat mengeker mata bayi merah yang masih tertutup rapat. Padahal, jika urusan keker-mengeker tidak beres dan operasi tetap dipaksakantanpa ada diagnosis tepatmata si bayi justru akan kian rusak.
Problem ini diatasi Nischal dengan ultrasuara frekuensi tinggi. "Ini temuan baru," ujarnya kepada BBC News Online. Menurut Nischal, ultrasuara akan menghasilkan gambar kornea si bayi. Dan, gelombang suara membuat dokter leluasa melihat hingga 5 milimeter ke dalam mata orok. Dengan cara ini, dokter dapat memastikan ketebalan kornea, menentukan lokasi lensa mata, serta memilih cara operasi paling sesuai.
Alhasil, 14 orok di Inggris telah sukses mendapatkan kornea baru. Tapi mengapa bayi yang masih merah itu harus buru-buru dioperasi? Ternyata, otak bayi mampu "belajar melihat" selama enam pekan pertama setelah kelahiran hanya jika ada rangsangan visual. Lebih dari itu, betapapun sempurnanya kornea yang ditransplantasikan, si bayi akan tumbuh dengan mata nan buram sepanjang hidup.
Berbaring seusai Inseminasi |
Sepuluh menit tidur bisa menyukseskan program kehamilan? Tak persis begitu. Namun, penelitian Dr. Togas Tulandi dan sejumlah koleganya dari McGill University di Montreal, Kanada, membuktikan berbaring santai selama 10 menit selepas inseminasi bisa meningkatkan kemungkinan wanita hamil. "Maka, tidur singkat selepas inseminasi sebaiknya dibakukan sebagai aturan standar," Togas menganjurkanseperti dikutip Reuters Health, Selasa pekan lalu.
Anjuran tim dokter dari Montreal ini berdasarkan analisis mereka terhadap 95 pasangan tidak subur yang mengikuti sebuah program inseminasi. Pasangan wanita diberi pilihan: boleh jalan-jalan setelah penanaman benih atau tidur santai selama 10 menit. Hasilnya? Sebanyak 29 persen wanita yang memilih berbaring itu hamil dalam inseminasi tahap tiga (inseminasi jarang yang langsung berhasil pada percobaan pertama). Mereka yang menolak tidur cuma berhasil 10 persen dalam tahap yang sama.
Tulandi dan rekan-rekannya baru dapat memberikan alasan sementara untuk keberhasilan ini: istirahat singkat membuat sperma lebih leluasa mencapai saluran telur ke kandungan rahim. Sedangkan gerakan berjalan membuat sperma bisa lolos dari peranakan. Itu sebabnya, Tulandi dan rekan-rekannya menganjurkan agar sehabis berhubungan seorang perempuan yang sedang mengupayakan bayi jangan langsung bangkit dari tempat tidur. Santai saja, sembari memberi kesempatan sperma dan indung telur bertemu.
Glukoma dan Bahaya Kebutaan |
Anda kerap tersandung saat berjalan? Boleh jadi ini cuma gara-gara Anda gemar melamun. Tapi bisa juga karena glukoma yang bisa menyempitkan lapang pandangan hingga membutakansudah menyerang. Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. Tjahjono Gondhowiardjo, mengungkapkan hal itu kepada wartawan TEMPO Rommy Fibri di sela-sela seminar tumor kelopak mata di Fakultas Kedokteran UI, pekan lalu.
Kenyataan lapangan menunjukkan penyakit ini perlu perhatian serius. Tjahjono mencontohkan angka survei Departemen Kesehatan RI 1993-1996. Glukoma (dengan jumlah pasien 0,2 persen dari 200 juta penduduk) adalah penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak (0,8 persen dari 200 juta penduduk) di Indonesia.
Penyebab utama glukoma adalah faktor keturunan. Untuk itu, ia menganjurkan pemeriksaan dini dan teratur bagi mereka yang punya riwayat glukoma dalam keluarga. Kecelakaan menjadi penyebab sekunder. Glukoma muncul bila tekanan pada bola mata lebih tinggi dari normal, ada kerusakan pada lapang pandangan serta kerusakan pupil nervus opticus (pangkal saraf mata).
Glukoma yang muncul karena sebab sekunder lebih bisa disembuhkan. Sedangkan faktor keturunan membuat pasien harus berobat seumur hidup. Tersedia bermacam obat tetes dari golongan beta-bloker serta carbonic anhydrite inhibitor (yang menghambat enzim yang memproduksi cairan air mata). Golongan obat glukoma terbaru adalah antiradang nonsteroid. Harganya mencapai Rp 350 ribu per tetes.
Maka, menurut Tjahjono, cara terbaik melawan glukoma adalah dengan jurus pencegahan. Caranya? Memeriksakan mata sejak dini dan berobat secara teratur. Ahli mata ini juga menekankan, setiap orang yang berusia di atas 40 tahun harus memeriksakan tekanan pada bola mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo