Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

19 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Khasiat Sirip Ikan Hiu

Ikan hiu belum terbukti berkhasiat melawan kanker. Ini kesimpulan yang bertentangan dengan klaim yang beredar dan banyak dipercaya orang. Selama ini tulang rawan hiu gencar diiklankan ampuh melawan berbagai jenis kanker. Akibatnya, perburuan ikan hiu jadi marak—sebagian hanya diambil siripnya, yang kemudian diramu menjadi pil yang ekstramahal.

Adalah John Harshbarger, ilmuwan dari Universitas George Washington, Amerika Serikat, yang sudah lama meragukan klaim khasiat ikan hiu. Kesimpulan ini muncul dari riset yang disponsori Registry of Tumors in Lower Animal. Hasil riset yang disampaikan pada pertemuan Asosiasi Riset Kanker Amerika di San Fransisco, pekan lalu, mendeteksi 40 jenis kanker—termasuk kanker ginjal dan kelenjar limpa—pada beberapa spesies ikan hiu. Nah, kalau hiu sendiri tidak kebal kanker, bagaimana hewan ini bisa digunakan sebagai senjata melawan kanker? Padahal, selama ini ikan hiu diyakini tidak bisa terserang kanker karena memiliki hormon yang bernama squalamine. Ternyata keyakinan tentang zat aktif squalamine itu tak cukup kuat. Setidaknya, itulah yang dibuktikan oleh Harshbarger.

Sebenarnya, hiu yang terkena kanker sudah lama terdeteksi. Ilmuwan William Lane, misalnya, sudah merilis topik ini pada 1992. Hanya, fakta kanker pada hiu cenderung disembunyikan. Lane menuturkan, dia memberi judul bukunya Almost No Shark Get Cancer (''Hampir Tak Ada Hiu Terserang Kanker"). Namun, untuk kepentingan pasar, penerbit menggantinya dengan Sharks Don't Get Cancer (''Hiu Tidak Terserang Kanker").

Temuan Harshbarger ini, menurut John Coffey, biolog dari Universitas John Hopkins, adalah kabar bagus yang harus diteliti lebih lanjut. Sejauh ini memang belum pernah ada penelitian komplet yang membuktikan cara kerja tulang rawan ikan hiu. Mungkin saja, zat dalam tulang ini menghambat pembentukan pembuluh darah baru dan memacetkan penyebaran sel kanker. Nah, teori ini rupanya masih perlu dukungan bukti yang kuat.

Demam Berdarah Mulai Tiba

Tak ada salahnya jika Anda waspada terhadap demam berdarah. ''Jadwal" serangan penyakit yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini rupanya datang lebih awal dari biasanya. Tiga bulan pertama tahun ini tercatat sudah ada 3.660 penderita terserang demam berdarah, 17 di antaranya tak tertolong. Ini berarti ada peningkatan hampir lima kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Itu sebabnya demam berdarah di beberapa daerah, antara lain di Jakarta, Sumatra Selatan, dan Sulawesi Utara, sudah tergolong kejadian luar biasa (KLB).

Padahal, musim hujan belum lagi tiba. Mei nanti, volume curah hujan meningkat sehingga akan banyak tercipta genangan yang nyaman bagi Aedes aegypti untuk berbiak. Karena itu, Rita Kusriatuti, Kepala Seksi Pengobatan Sub-Direktorat Arboyirosis Departemen Kesehatan, menyarankan agar program pemberantasan sarang nyamuk mulai dilaksanakan sejak sekarang. Resepnya sudah cukup populer, yakni 3 M—menutup tempat penampungan air, menguras genangan air, dan mengubur sampah rapat-rapat. Untuk genangan yang airnya tak mungkin dikuras, Rita menganjurkan agar di situ dipelihara ikan atau ditaburkan bubuk abate setiap dua atau tiga bulan sekali.

Selain itu, sebaiknya warga cukup waspada mengenali gejala demam berdarah agar segera bisa ditangani. Gejala yang umumnya gampang dikenali adalah panas tinggi mendadak selama 2-7 hari, badan lesu, sering terasa nyeri di ulu hati, tampak bintik-bintik merah, merasa gelisah, dan kaki dingin berkeringat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus