Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vitamin Memperparah Kanker? |
VITAMIN selama ini dianggap sebagai senjata ampuh untuk mencegah penyakit. Namun, menurut tim peneliti di bawah pimpinan Rudolph Salganik, Ph.D. dari University of North Carolina, bila diberikan kepada penderita kanker, vitamin justru kontraproduktif. Vitamin tak bisa dijadikan senjata melawan kanker karena justru bisa mempercepat penyebaran kanker ke sekujur tubuh. Temuan ini dipresentasikan di depan pertemuan tahunan American Society for Cell Biology di Washington, DC, pertengahan Desember silam.
Salganik dan koleganya menyimpulkan hal itu setelah melakukan percobaan dengan tikus-tikus yang otaknya sengaja diberi tumor. Berdasarkan riset itu, terlihat bahwa vitamin A dan E terbukti menambah parah tumor otak tikus. Pada eksperimen Salganik, sebagian tikus diberi vitamin A dan E secara berlebihan, dan sebagian lagi sama sekali tak diberi vitamin. Hasilnya menunjukkan, pada tikus yang diberi vitamin, ternyata sel tumornya tetap hidup. Sebaliknya, pada tikus-tikus yang tidak diberi vitamin, ukuran sel tumornya berkurang secara signifikan.
"Jujur saja, awalnya kami tidak percaya pada hasil percobaan itu," kata Salganik kepada Web MD, yang kemudian mengulang penelitiannya dan mendapatkan hasil yang sama. Temuan ini memang mengejutkan. Meski begitu, ujar Salganik, hal itu bisa diterangkan dengan logis melalui pendekatan sel. Seperti diketahui, proses oksidasi dalam tubuh bisa menghasilkan radikal bebassubstansi tak stabil yang membuat sel-sel mati. Vitamin A dan E adalah antioksidan yang bisa mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas. Jadi, vitamin itu memang berguna bagi orang sehat. Namun, pada penderita kanker yang selnya sudah tumbuh tak terkontrol, berkurangnya radikal bebas bisa berarti makin berkurang pula kontrol terhadap pertumbuhan sel yang tak terkendali.
Bila riset itu benar, apakah berarti kini saatnya para penderita kanker berhenti minum vitamin? Rasanya belum. Charles Fuchs, M.D., peneliti dan onkologis khusus terapi kanker usus besar di Harvard University, mengatakan bahwa studi pada hewan dan manusia sering menunjukkan hasil yang berlainan. Jadi, hasil riset Salganik belum tentu berlaku pada manusia.
Mutasi Gen Kanker Pankreas |
JANGAN main-main dengan zat kimia. Sebuah penelitian terbaru sekali lagi membuktikan bahwa zat kimia yang terdapat pada pestisida, makanan, dan pelbagai jenis produk industri kemungkinan berhubungan dengan adanya mutasi genetis yang kerap kali terlihat pada penderita kanker pankreas. Demikian menurut hasil studi tim peneliti Spanyol yang diketuai Miquel Porta, seperti dikutip situs kesehatan Web MD, pertengahan Desember.
Studi itu mengukur tingkat tiga jenis bahan yang dikenal sebagai organoklorin pada tubuh 51 penderita kanker pankreas, yakni pestisida DDT (dikloro difenil trikloretan) dan salah satu produk turunannya; zat yang dikenal sebagai polychlorinated biphenyls (PCBs), yang lazim dipakai dalam pembuatan cat, peralatan listrik, dan pelbagai proses industri lainnya.
Pada studi tersebut, peneliti memisahkan pasien dalam dua kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari 34 orang, memiliki mutasi genetis yang disebut sebagai K-ras. Kelompok kedua, terdiri dari 17 pasien yang berusia dan berjenis kelamin sama, punya gen normal.
Untuk menentukan hubungan antara kanker pankreas, mutasi K-ras, dan organoklorin, para peneliti menganalisis setiap serum untuk DDT, DDE, dan tiga jenis PCBs. Hasil analisis menunjukkan, konsentrasi serum DDT dan DDE ternyata lebih tinggi pada 51 penderita kanker pankreas. Dan pasien kanker dengan mutasi K-ras memiliki konsentrasi yang lebih tinggi ketimbang penderita kanker tanpa mutasi. Pasien dengan tingkat DDT paling tinggi berisiko delapan kali lebih banyak mengalami mutasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo