Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

24 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Obat Baru Penyakit Paru-Paru

GANGGUAN paru-paru merupakan salah satu ancaman kesehatan yang serius bagi siapa saja di seluruh dunia. Di Amerika saja, penyakit paru-paru menjangkiti 43 ribu penderita setiap tahun dan menewaskan separuh dari semua korban dalam waktu lima tahun. Salah satu gangguan paru-paru yang berbahaya adalah idiopathic pulmonary fibrosis atau rusaknya jaringan paru-paru. Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang manjur untuk penyakit ini. Terapi pengobatan menggunakan steroid, seperti yang selama ini dilakukan para dokter, terbukti kurang efektif.

Belakangan, para ilmuwan menemukan obat kombinasi interferon dan steroid yang mampu memperlambat meluasnya kerusakan jaringan paru-paru. Demikian hasil studi para ahli Austria yang dimuat dalam New England Journal of Medicine. Studi ini melibatkan 18 sukarelawan. Tim peneliti di bawah pimpinan Dr. Rolf Ziesche dari University of Vienna Medical School itu menggabungkan steroid prednisolone dengan interferon gamma-1b.

"Pasien yang hanya mendapatkan prednisolone mengalami penurunan kapasitas paru-paru sampai 4 persen, sedangkan pada mereka yang diberi interferon gamma-1b plus prednisolone, kapasitas paru-parunya justru meningkat 9 persen," ujar Ziesche dan rekannya, seperti dilaporkan The New York Times.

Setelah perawatan 12 bulan dengan interferon, hanya satu dari tiga sukarelawan yang pada awal studi membutuhkan tambahan oksigen tetap memerlukan zat asam. Sementara itu, dari sembilan sukarelawan yang menerima prednisolone, dua memerlukan tambahan oksigen dan—sampai akhir riset—jumlahnya yang membutuhkan zat asam itu malah meningkat dua kali lipat.


Mengatasi Gangguan Distonia

DISTONIA atau gangguan otot tengkuk dan bahu memang tidak mematikan, tapi gejalanya sangat menyakitkan. Menurut Dr. Mitchell F. Brin dari Mount Sinai School of Medicine di New York, yang terlibat dalam studi distonia yang hasilnya dimuat di jurnal ilmiah Neurology, distonia membuat otot leher atau punggung tiba-tiba berkontraksi dan bergetar hebat. Penderitanya dapat mengalami kelumpuhan sesaat.

Selama ini, para ahli saraf melakukan pelbagai jenis terapi untuk mengatasi distonia. Tapi hasilnya kurang efektif. Kini ada satu terapi baru, yakni suntik botulinum toxin (botox). Botox sebenarnya bakteri beracun yang secara temporer melumpuhkan otot. Namun, jika disuntikkan berkali-kali, ia mampu mengobati gejala distonia karena mengakibatkan resistensi terhadap botox itu sendiri. Obat ini juga membantu mereka yang sudah kebal terhadap pelbagai terapi lain. Efektivitas botox bertahan 12-16 pekan.

"Distonia merupakan kondisi yang sangat buruk," tutur Brin, seperti yang ditulis di situs Reuters Health, "Penemuan antitoksin tersebut merupakan langkah penting dalam manajemen kontraksi otot."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum