Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

22 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Folat dan Anemia

Akhir 1990-an, Badan Pengawas Obat dan Makanan, AS, memutuskan untuk memperkaya berbagai jenis makanan dengan folat. Terigu, susu, pasta, makaroni, dan roti dilapisi folat, salah satu jenis vitamin B yang larut dalam air. Tujuannya untuk menekan angka kelainan tulang belakang (spina bifida) yang saban tahun mencapai 4.000 kasus di Amerika. Seperti diharapkan, kasus spina bifida kemudian menurun drastis.

Tapi, ternyata muncul efek samping yang diduga terkait dengan kelewat tingginya konsumsi folat yang disertakan pada berbagai jenis makanan dan suplemen. Tim peneliti dari Universitas Tufts, Boston, menyebutkan bahwa asupan folat dosis tinggi terkait dengan anemia dan gangguan kognitif.

"Ini sesuatu yang di luar dugaan," kata David A. Smith, profesor farmakologi yang turut serta dalam penelitian yang dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition edisi terbaru. Sejauh ini belum terlalu gamblang diketahui bagaimana folat dosis tinggi mengganggu metabolisme tubuh.

Saran untuk para konsumen: lebih baik mengkonsumsi folat dari sumber alami. Sayuran berdaun hijau seperti bayam dan lobak, juga pada berbagai buah semisal jeruk, alpukat, dan tomat, amat kaya akan folat. Konsumsi bahan alami-sebanyak apa pun-tetap aman karena kandungan folat di dalam makanan tidak akan melampaui batas maksimal asupan harian.

Lain soal jika Anda mengkonsumsi suplemen yang kadar folatnya memang dibuat tinggi. Simaklah label kemasan suplemen, teliti komposisi bahan, dan pastikan Anda tidak minum suplemen yang melampaui standar diet harian folat, yakni 400 mikrogram bagi orang dewasa, 600 mikrogram untuk ibu hamil, dan 500 mikrogram bagi ibu menyusui.

Pilah-pilih Suplemen

Suplemen multivitamin di zaman modern ini seperti menu wajib. Fungsinya disebutkan pelbagai macam, mulai dari menggenjot daya tahan tubuh, membikin awet muda, juga untuk mengikis risiko aneka penyakit. Tapi, sungguhkah suplemen memang punya khasiat jitu?

Riset terbaru yang dilaporkan American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan, sebetulnya suplemen tak sakti-sakti amat. Menurut para ahli, tak cukup bukti untuk menyatakan bahwa suplemen memang sangat dibutuhkan untuk mendongkrak derajat kesehatan, meski para ahli juga tidak merekomendasikan larangan apa pun.

"Jika Anda mengonsumsi multivitamin, tak ada alasan untuk menghentikannya. Tapi, jika Anda belum mengonsumsi, tak ada alasan pula untuk memulainya," kata Paul Coates, Direktur Suplemen Makanan, Institut Nasional Kesehatan, Amerika Serikat.

Dalam laporan tersebut, Paul Coates menyeru konsumen agar berlaku bijak. Pilihlah suplemen dengan komposisi kandungan vitamin dan mineral di bawah patokan standar harian. Misalnya, standar asupan vitamin A adalah 700 mikrogram (untuk perempuan) dan 1.000 mikrogram (untuk laki-laki) saban hari. Nah, jadilah konsumen pintar dengan tidak mengonsumsi suplemen dengan kandungan vitamin A jauh melampaui standar diet harian.

Konsumsi suplemen dengan vitamin A dosis supertinggi berisiko buruk. Bukannya membawa sehat, tumpukan vitamin A dosis tinggi malah meracuni tubuh (avitaminosis) Akibatnya, antara lain, risiko osteoporosis meningkat.

Vitamin B12 untuk Senior

Vitamin B12 lazim disebut juga dengan kobalamin karena mengandung zat besi kobalt. Vitamin ini berperan penting dalam menjaga sel-sel saraf dan sel darah merah agar tetap oke. Juga, dibutuhkan oleh DNA, material genetik tubuh, untuk menjaga kelangsungan metabolisme tubuh.

Para senior yang berusia di atas 50 tahun dianjurkan mengkonsumsi suplemen vitamin jenis ini. Soalnya, "Dengan bertambahnya umur, kemampuan lambung menyerap vitamin B12 dari sumber alami terus berkurang," kata Paul Coates dalam American Journal of Clinical Nutrition. Suplemen vitamin B12, menurut Coates, membuat kita terlindung dari kemungkinan gangguan kognitif dan gangguan metabolisme yang lain.

Kobalamin terdapat dalam berbagai nutrisi hewani seperti ikan, daging, ayam, telur, dan susu. Jika tubuh kekurangan vitamin B12 akan terjadi anemia, lelah, lesu, kehilangan nafsu makan, dan berat badan merosot. Defisiensi vitamin ini juga bisa memicu terjadinya kerusakan sel saraf, depresi, gampang lupa, mudah bingung, dan sakit di mulut atau lidah.

Pesan untuk para peminum vitamin ini, lagi-lagi, perhatikan label kemasan suplemen. Jangan konsumsi yang kandungan B12-nya jauh di atas batas yang dianjurkan. Asupan vitamin B12 yang dianjurkan saban hari adalah 2,4 mikrogram bagi orang dewasa, 2,6 mikrogram bagi ibu hamil, dan 2,8 mikrogram bagi ibu menyusui.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus