Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Serangan di Awal Tahun

22 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahun 2007 belum beranjak jauh. Kejutan flu burung datang. Empat nyawa melayang, di Jakarta dan Tangerang, dalam tempo kurang dari sepekan. Perkembangan ini menggenapi 79 pasien flu burung di Indonesia sejak tahun 2005, 61 di antaranya telah meninggal dunia. Maka, negeri ini pun menempati peringkat teratas dalam soal kegawatan flu burung di dunia.

Rumah Tinggal yang Cocok Sebetulnya wajar sekali bila virus flu burung tak kunjung reda di negeri ini. Semua persyaratan hunian ideal untuk virus ada di sini. Lingkungan yang lembap, permukiman yang jauh dari sanitasi dan ventilasi ideal, kandang unggas yang rapat dengan perumahan adalah suasana yang digemari virus.

Semua itu diperparah dengan perilaku masyarakat yang masih abai terhadap pentingnya kesehatan pribadi. Sudah begitu, koordinasi penanggulangan flu burung antarinstansi masih centang-perenang.

Jadi, komplet sudah. Kita punya semua faktor yang membuat penanganan flu burung makin ruwet.

Permukiman Kebanyakan permukiman tidak memenuhi syarat kesehatan. Ventilasi, sanitasi lingkungan, ketersediaan air bersih masih jauh dari cukup. Ini membikin virus nyaman berada di udara dan siap hinggap ke tubuh makhluk hidup.

Udara Lembap Kelembapan udara di Indonesia amat cocok bagi tumbuh-kembang virus.

Kandang Unggas Ada di sela-sela permukiman. Kerap kali tidak terurus kebersihannya. Kotoran unggas menumpuk di tanah, menjadi tempat ideal bagi koloni virus untuk istirahat.

Virus H5N1 Virus berstatus dormant, tidak aktif, jika berada pada benda mati. Tapi dia segera hidup begitu berada di dalam tubuh makhluk hidup, termasuk unggas dan mamalia.

Unggas Bebas Berkeliaran Siap menebarkan virus ke udara, virus akhirnya terhirup oleh unggas lain, kucing, babi, juga mamalia

Manusia Belum ada laporan telah terjadi penularan antarmanusia, tapi ini bukan hal yang mustahil.

Kucing, Babi Telah dilaporkan ada kucing dan babi yang terinfeksi flu burung. Ini semakin memperluas kemungkinan mutasi virus. Namun, sampai kini belum dilaporkan ada kasus penularan dari kucing ke manusia.

Higiene Pribadi Sikap abai terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan—meludah di sembarang tempat, sembrono membuang sampah, dan malas cuci tangan—memperparah risiko tertular virus.

Taring Flu Burung di Indonesia

2003 29 Agustus. Flu burung untuk pertama kalinya dilaporkan menyerang unggas peternakan ayam di Pekalongan, Jawa Tengah. Sampai kini hampir 12 juta ayam mati mendadak di berbagai wilayah. Dan sedikitnya 30 juta unggas di 22 provinsi telah dimusnahkan.

2005 Pertama kali kasus infeksi H5N1 pada manusia dilaporkan. Kasus ini terus berlanjut, nyaris tanpa jeda berarti. Berikut ini perjalanannya:

21 Juli : 3 kasus meninggal Iwan Siswara dan dua putrinya, warga Tangerang, meninggal. Mereka diduga terinfeksi virus dari burung piaraan tetangga.

Agustus : nol

September : 2 kasus Rini Dina, 37 tahun, dan keponakannya, Firdaus, warga Petukangan, Jakarta Selatan, terinfeksi virus dari kompos. Rini Dina meninggal.

Oktober : dua kasus Ina Sholati, 19, dan keponakannya, Ilham, 9, warga Tangerang. Ilham dapat disembuhkan, sedangkan Ina meninggal dunia.

November : 6 kasus

Desember : 3 kasus

2006

Januari : 7 kasus Nurrohmah, 13, dan adiknya, Endrawan, warga Indramayu, meninggal. Keduanya diduga tertular virus dari ayam peliharaan yang mati mendadak.

Februari : 4 kasus

Maret : 3 kasus

April : 2 kasus

Mei : 15 kasus Ini kluster--menimpa beberapa orang yang punya hubungan kerabat--flu burung terbesar. Terjadi di Kubu Simbelang, Karo, Sumatera Utara. Delapan dari 15 pasien meninggal dunia. Dunia geger. WHO mengirim tim investigasi khusus.

Juni : 3 kasus

Juli : 2 kasus

Agustus : 4 kasus Lembah Cikelet, Garut. Empat orang kena flu burung, dua di antaranya meninggal.

September : 2 kasus

Oktober : 4 kasus

November : 0

Jika Pagebluk Datang

Hari-hari gelap itu terjadi pada 1918. Dunia mengalami pandemi influenza yang terkenal dengan sebutan Spanish influenza. Ditaksir 40-50 juta orang tewas.

Lantas, apa yang terjadi jika pandemi flu burung benar terjadi? Seperti dilaporkan jurnal The Lancet, pandemi flu burung bisa menewaskan 62 juta penduduk bumi. Sebanyak 96 persen korban berasal dari negara berkembang.

Ini perkiraan rinci dampak pagebluk flu burung di Amerika Serikat: 1,9 juta warga Amerika yang meninggal 90 juta orang yang sakit 45 juta orang yang akan berobat jalan ke rumah sakit 9,9 juta penduduk yang dirawat inap di rumah sakit 1,5 juta pasien yang masuk ruang perawatan intensif 745.000 pasien ICU yang akan perlu mesin pernapasan (ventilator).

Ini perhitungan konversi dampak di Indonesia: 1,3 juta orang Indonesia yang meninggal 63 juta orang yang terinfeksi 31,5 juta orang yang berobat jalan 65,9 juta pasien yang dirawat inap di rumah sakit 1,04 juta pasien yang akan masuk ruang perawatan intensif 521.500 pasien ICU yang membutuhkan ventilator

Cegah Sebelum Terlambat

  • Langsung pergi ke dokter jika mengalami panas tinggi hingga 38°C atau lebih, demam, sakit tenggorokan, batuk, dan pilek. Terutama bila ada kontak dengan unggas. ”Jangan tunggu sampai ada sesak napas,” kata dr Tjandra Yoga Aditama.
  • Jaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan istirahat yang cukup.
  • Jangan menyentuh unggas yang sakit atau mati mendadak. Jika telanjur, cepat cuci tangan menggunakan sabun. Laporkan unggas yang mati ke instansi terkait setempat.
  • Olah unggas dengan cara yang benar. Pilih unggas yang sehat, tidak ada gejala penyakit, dan masak dengan suhu ± 80°C selama 1 menit, dan pada telur sampai dengan suhu ± 64°C selama 4,5 menit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus