Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cangkok Penis Pertama
Sejak transplantasi organ manusia dirintis 70 tahun silam dalam dunia kedokteran, operasi transplantasi telah dilakukan untuk berbagai jenis organ, dari ginjal, paru, hati, sampaijantung. Baru-baruinitim dokter diRumahSakitGuang Zhou,Cina, menggelaroperasi menggegerkan: transplantasi penis.
Operasi dilakukan terhadap seorang laki-laki berusia44 tahun-kita sebut Mr X-yang kehilangan penisnya menyusul sebuah kecelakaan mengerikan. Organ yang dicangkokkan berasal dari seorang pasien, 22 tahun, koma dan berstatus mati batang otak yang telah setuju mendonorkansemua organ tubuhnya.
Ini jelas bukan operasi sepele.Seperti dilaporkan Journal of European Urology, pekan lalu, pencangkokan ini melibatkan berbagai prosedur rumit. Jejaring pembuluh darah halus, saraf, saluran limfatik, saluran sperma, juga saluranair seni, mesti diperhatikandengan superseksamaagarorgan bisa berfungsi nantinya.
Operasi yang dipimpin Dr WeilieHu itu dilaporkan sukses.Tapi, "Apa yang terjadi nantinya masih di luar imajinasi kami karena ini pertama kali transplantasipenis dilakukan," kata Dr WeilieHu.
Pekan lalu, Slate, majalah yang terbit di Washington, AS, melaporkan perkembangan 10 hari pascaoperasi. Pasien tidak menunjukkan gejala penolakan organ, saluran air seni pundilaporkan berfungsi. Namun, apa daya, penis cangkokan kembali diambil kembali karena istri Mr X keberatan dengan adanya organ yang bukan asli milik suaminya.
Jangan Cuma Suplemen
Jangan mudah percaya pada iklan. Kalau dalam reklame digambarkan kehebatan produk suplemen kalsium yang amat manjur mengatasi tulang keropos atau osteoporosis, riset membuktikan manfaat suplemen kalsium tidak sedahsyat yang dijanjikan iklan. Penelitian digelar oleh tim ilmuwan Menzies Research Institute, Australia, yang dimuat dalam British Medical Journal edisi dua pekan lalu.
Kesadaran masyarakat untuk mencegah osteoporosissebenarnya sudah cukup tinggi karena osteoporosis bisa mengenai siapa saja, terutama wanita yang memasuki masa menopause. Rendahnya mineral dalam kepadatan tulang menjadi faktor risiko penting bagi penderita osteoporosis.
Namun, langkah pencegahan masih banyak yang bergantung pada suplemen kalsium. "Padahal, suplemen takmungkin mengurangi risiko tulang keropos, baik di masa kecil ataupun kelak di hari tua," kata Emma Dickinson, anggota tim peneliti.
Menzies Research Institutemeneliti 19 riset berbeda yang melibatkan 2.859 anak berusia 3 sampai 18 tahun. Secara umum responden diberi suplemen kalsium selama tiga bulan. Kepadatan tulang responden terus dipantau sampai enam bulan setelah pemberian suplemen.
Memang, peneliti menemukan dampak positif pada responden penerima suplemen. Kepadatan tulang naik sekitar 1,7 persen. Tetapi kepadatan itu menghilang setelah pemberian suplemen dihentikan. Yang masihbertahan hanya kepadatan tulang tangan bagian atas (upper limb). Padahal, untuk penderita osteoporosis, bagian yang paling penting adalah tulang pinggul dan tulang belakang.
Karena itu, Dickson menyarankan, "Lebih baik genjot pasokan nutrisi, banyak makan buah dan sayuran." n
Bahaya Rokok Mentol
Kecanduan rokok mentol ternyata lebih berat ketimbang kecanduan rokok biasa. Begitu hasil penelitian yang diterbitkan oleh Archives of Internal Medicine, pekan lalu.
Penelitian dipimpin oleh Dr Mark Pletcher dari Universitas California San Francisco, AS. Tim peneliti mengamati 1.535 perokok (808 wanita dan 727 pria) yang sudah kecanduan rokok selama lebih dari 15 tahun.
Hasilnya menarik. Responden yang tercatat mengisap rokok mentol sejak tahun 1985 dan masih mencandu hingga tahun 2000 mencapai69 persen. Bandingkan dengan pecandu rokok biasa dalam periode sama, yang hanya tercatat 54 persen.
Menurut Pletcher, riset membuktikan bahwa mentol menghalangi metabolisme nikotin sebagai zat adiktif. Akibatnya, nikotin bertahan lebih lama dalam paru-paru. "Anda mungkin mendapat kenikmatan yang lebih besar saat mengisap rokok mentol," katanya.
Penelitian ini memang tidak menemukan bukti bahwa minyak mint, bahan baku mentol, telah membuat rokok lebih berbahaya. Namun, dengan masa kecanduan yang lebih panjang, mau tidak mau paparan nikotin di dalam tubuh pun semakin tinggi. Intinya lagi, kata Pletcher, "Rokok mentol dan non-mentolsebenarnya sama-sama berbahaya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo