Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

19 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perlambat Kebutaan pada Diabetesi

Ancaman kebutaan di kalangan pengidap diabetes melitus (diabetesi) bakal dikurangi. Obat baru yang mengandung ruboxistaurin adalah kunci penting di balik kabar menggembirakan itu. Zat khusus tersebut mampu menghalangi enzim yang merusak retina mata diabetesi.

Itulah temuan terbaru yang diungkap tim peneliti dari Eli, Lilly and Co, produsen obat asal Amerika Serikat. Hasil dua kali uji klinis yang mereka lakukan diungkapkan dalam pertemuan tahunan American Diabetes Association’s, di Washington, DC, pekan lalu.

Setelah mendapat ruboxistaurin, risiko kehilangan penglihatan pasien bisa ditekan menjadi lebih moderat dibanding penerima plasebo (senyawa tak aktif). Angkanya mencapai 41 persen. Penelitian berlangsung selama tiga tahun dan melibatkan 813 pasien. Di antara pasien penerima obat baru, memang tetap ada yang mengalami penurunan kualitas penglihatan, sebesar 6,1 persen. Tapi angka itu masih lebih kecil dibanding di antara penerima plasebo, yang mencapai 10,2 persen.

Dr Louis Vignati, Direktur Medis Eli Lily, berharap Food and Drug Administration (FDA) bisa memberi persetujuan terhadap obat baru itu pada Agustus mendatang. ”Ini obat oral pertama bagi pengidap diabetik retinopati, gangguan yang bisa menyebabkan kebutaan,” katanya.

Diabetik retinopati mengancam sedikitnya sepertiga dari total diabetesi di dunia yang mencapai 230 juta orang. Jika ancaman itu bisa dihambat, harapan diabetesi agar tetap bebas beraktivitas bakal terwujud.

Vaksin Alzheimer Diujicobakan

Para peneliti dari Tokyo Metropolitan Institute for Neuroscience, Jepang, memberi harapan bagi para pengidap alzheimer. Pekan lalu, mereka mengumumkan keberhasilan uji coba vaksin untuk penyakit gangguan fungsi otak yang secara progresif berpotensi mengikis kemampuan otak itu.

Meski uji coba vaksin berbasis DNA (asam deoksiribonukleat) itu baru pada hewan percobaan, hasilnya sangat menjanjikan. Vaksin itu mampu mengurangi sedimen otak yang rusak akibat alzheimer. Pada tikus, kerusakan bisa ditekan sebesar 15,5 - 38,5 persen, tanpa efek samping.

Uji coba vaksin pada monyet kini tengah berlangsung. Ini ditulis dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, pekan lalu. ”Jika uji coba ini berhasil, uji coba pada manusia bisa segera dimulai. Setidaknya dalam tiga tahun mendatang,” kata Yoh Matsumoto, ketua tim peneliti. Jika semuanya mulus, vaksin untuk manusia bisa disiapkan dalam enam atau tujuh tahun mendatang.

Alzheimer merupakan jenis penyakit kepikunan yang paling sering ditemukan pada kalangan usia 40-60 tahun. Di Amerika, pengidap penyakit ini diperkirakan mencapai 4,5 juta orang. Penderita alzheimer biasanya mengalami gangguan fungsi otak yang mengontrol daya pikir, memori, dan berbahasa.

Hingga kini, penyebab pasti alzheimer belum diketahui. Walhasil, obat yang jitu untuk mengerem laju kerusakan otak pasien juga belum ada. Penyakit ini pertama kali diteliti secara intensif oleh ahli saraf Jerman, Dr Alois Alzheimer, pada 1906.

Kopi Kurangi Risiko Sirosis

Ini kabar gembira bagi penenggak alkohol. Ada obat penawar untuk penyakit hati yang muncul karena kebanyakan minum alkohol: cukup minum secangkir kopi. Secangkir kopi bisa mengurangi risiko sirosis alias pengerasan hati hingga 20 persen. Jika sehari minum empat cangkir, risiko bisa dicegah hingga 80 persen. Efek mujarab kopi ini berlaku bagi pria maupun wanita dari berbagai kelompok etnis berbeda.

Khasiat kopi itu merupakan hasil penelitian terbaru yang dilakukan Kaiser Permanente Division of Research, di Oakland, California, Amerika Serikat. Penelitian yang melibatkan 125 ribu responden itu dilansir dalam Monday’s Archives of Internal Medicine, pekan lalu. Selain menekan terjadinya sirosis, kopi juga berpotensi mengurangi risiko terkena kanker hati.

Peneliti Dr Arthur Klatsky menyebut tingginya kandungan kafein dalam kopi diduga berada di balik khasiat positif kopi. Soalnya, manfaat serupa tak didapat para peminum teh, yang kadar kafeinnya lebih rendah.

Namun, meski kopi bisa jadi obat penawar, ia tak menganjurkan penggemar alkohol ramai-ramai banyak minum kopi. ”Cara terbaik menghindari sirosis dan kanker hati, ya, berhenti minum alkohol,” kata Klatsky.

Sirosis merupakan penyumbang kematian lebih dari 27 ribu orang Amerika setiap tahun. Penyakit ini juga membuat sekitar 400 ribu pengidapnya mesti berobat ke rumah sakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus