Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Antibiotik buat Kuman Bandel
Sejak penisilin ditemukan ilmuwan Inggris Alexander Fleming pada 1928, antibiotik dipuja-puja sebagai peluru ajaib untuk memberantas penyakit infeksi. Bila jenis antibiotik diberikan dalam jumlah yang cocok, dijamin kuman akan mati.
Sayang, pemberian antibiotik yang sembarangan membuat kuman menjadi kebal dan antibiotik tak lagi menjadi peluru yang ajaib.
Penemuan dari perusahaan obat Merck & Co baru-baru ini bisa membuat antibiotik moncer lagi. Zat kimia yang mereka temukan bisa digunakan untuk melawan kuman kebal antibiotik itu. Senyawa itu ditemukan dalam sekeduk tanah dari Afrika Selatan. Mereka menyebutnya platensimycin, karena senyawa itu dihasilkan bakteri tanah Streptomyces platensis. Bakteri menggunakan senyawa ini se-bagai senjata untuk melawan mikroba.
Dalam uji coba, platensimycin terbukti bisa menyembuhkan tikus yang terinfeksi- bakteri kebal antibiotik. Hasil ini menumbuhkan optimisme platensimycin bisa menjadi antibiotik kelas baru untuk beberapa dekade ke depan.
Memang, bahan kimia ini belum pernah diujicobakan pada manusia. Namun sejumlah ahli mengaku terkesan atas hasil penelitian itu, yang dilaporkan di jurnal Nature pekan ini. "Saya kira ini molekul yang sangat menjanjikan," kata Eric D. Brown, ahli biokimia dari Universitas -McMaster di Hamilton, Ontario, Kanada.
ASI Kurangi Risiko Obesitas Anak
Wanita yang selama masa kehamilan men-derita diabetes memiliki peluang melahirkan bayi besar. Kondisi ini mengakibatkan anak terkena risiko menderita obesitas (kegemuk-an) dini.
Diabetes yang terjadi selama kehamilan disebut ges-tational diabetes mellitus (GDM). "Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa obesitas pada orang tua dan pertumbuhan pesat dalam kandungan berpengaruh ter-hadap terjadinya obesitas pada masa kanak-kanak," kata Dr Ute M. Schaefer-Graf- dan koleganya dalam jurnal kesehatan Diabetes Care pekan lalu.
Namun, jangan khawatir, ris-iko itu dapat dikurangi jika bayi menerima asupan air susu ibu (ASI) paling sedikit tiga bulan. Masalahnya, ibu penderita diabetes sering enggan menyusui bayinya.
Temuan itu diperoleh pe-neliti dari Vivantes Medical Center and Charite University Medical Center di Berlin, Jerman, yang memeriksa hubungan antara air susu ibu dan kondisi kelebihan berat yang terjadi lebih awal pada anak. Laporan itu menyebutkan, 241 ibu (74 persen) memberikan ASI kepada bayinya. Dari jumlah itu, 77 bayi (24 persen) menerima ASI selama 3 bulan, dan 164 bayi (50 persen) menerima lebih dari 3 bulan.
Hasilnya, 92 anak (28 per-sen) yang menerima pemberian ASI lebih singkat ternyata mengalami kelebihan berat. Sedangkan bayi yang memperoleh ASI lebih dari 3 bulan bisa mengurangi risiko kelebihan berat sampai 50 persen.
Penelitian itu juga mene-mukan wanita yang mende-rita GDM kurang suka memberikan ASI kepada bayi. Kesimpulannya, wanita obe-sitas dengan GDM harus didorong untuk memberikan ASI tiga bulan atau lebih jika ingin mengurangi risiko anak mereka mengalami ke-gemukan.
Depresi dan Jabatan Rendah
Seorang wanita yang memiliki jabatan rendah di tempat kerja ternyata memiliki risiko mengalami depresi be-rat. Gejala ini akan mening-kat dua kali lipat jika terus-menerus dialami selama le-bih dari lima periode.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan Dr Reiner Ru-gulies dari Institut Nasional- Occupational Health, Kopen-hagen, Denmark. Hasil penelitian ini dipublikasikan da-lam jurnal Amerika Epidemiology, pekan lalu.
Dalam penetiannya, Rugulies dan timnya melakukan survei terhadap 4.133 laki-laki dan perempuan. Mereka- menggunakan teknik statistik untuk menganalisis faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap risiko depresi. "Saya yakin hasil ini menunjukkan hubungan sebab akibat," katanya.
Sebaliknya, Rugulies tidak menemukan kegelisah-an pada laki-laki jika mere-ka ditempatkan pada posisi yang rendah di tempat kerja. Lelaki baru menunjukkan tingkat depresi ketika me-reka "terancam" kehilangan pekerjaan. Saat memikirkan "ancaman" tadi, gejala depresi yang dialami lelaki akan lebih tinggi dibanding wanita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo