Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menggelar festival dalam rangka peringatan peristiwa penting atau bersejarah, tentu bukanlah hal yang mudah. Dituntut banyak persiapan dan kematangan konsep. Terlebih jika skalanya nasional dan internasional.
Baca: Java Jazz Segera Digelar, Intip Deretan Musisi yang Akan Tampil
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Pariwisata Arief Yahya membagikan pengalaman dan beberapa tipsnya bagi mereka yang akan menggelar festival. Menurutnya, hal pertama yang harus diperhatikan adalah penempatan dokumentasi saat acara berlangsung. “Kamera seharusnya berada di tengah dan berdiri tegak simetris. Karena saya pernah hadir ke satu acara di daerah Timur Indonesia di mana hasil dokumentasinya miring,” katanya pada 26 Februari 2019 di Balairung Soesilo Soedarman, Jakarta.
Arief menyayangkan proses dokumentasi yang kurang pas itu. Padahal acara tersebut hanya berlaku sekali saja. “Kan ini momen sekali seumur hidup. Jadi diusahakan dapat hasil akhir, foto dan video dengan baik agar bisa jadi kenang-kenangan,” katanya.
Selain itu, ia juga menyarankan agar para vendor memanfaatkan arah mata angin dengan benar. Menurut pengalamannya, ada beberapa acara yang tidak memanfaatkan arah mata angin. Ini menyebabkan para penampil terhalang dan melakukan aktivitas di luar kewajibannya. “Contohnya, angin dari Barat tapi penari membelakangi angin tersebut. Ini menyebabkan mereka tidak fokus dengan tugasnya, namun membenarkan aksesoris yang mereka kenakan,” katanya.
Baca: NTT Gelar Festival Sarung Tenun, Jangan Pakai Batik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal terakhir yang juga tak kalah penting adalah memanfaatkan lebarnya panggung dengan mengatur gerakan dan penempatan penari. Arief Yahya lantas memberi contoh Asia Games sebagai panutan dalam menyelenggarakan festival. “Asian Gmaes panggungnya megah dan penarinya bisa memanfaatkan panggung dengan baik,” katanya. Menurutnya, peran koreografer sangat signifikan karena masih banyak festival yang penarinya berfokus pada satu titik tengah.