Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dunia terus bergerak, begitu pula jagat kedokteran. Di jagat itu ada interaksi dokter, pasien, dan obat-obatan. Juga perjalanan panjang para peneliti menjelajahi mikroskop, tabung reaksi, serta data statistik. Semuanya bergerak saling mempengaruhi.
British Medical Journal (BMJ, www.bmj.com) adalah saksi pergerakan itu. Sebagai jurnal kedokteran ternama, terbit di Inggris sejak 1840, BMJ merekam langkah demi langkah yang dicapai dunia kedokteran.
Tahun ini BMJ genap 166 tahun. Jurnal ini mengundang pembaca di seluruh dunia, terutama kalangan intelektual, untuk memilih satu dari 15 tonggak penting kedokteran yang telah mengubah wajah dunia. Pekan ini, 18 Januari 2007, hasil pemilihan akan diumumkan.
Berikut ini kelima belas tonggak itu:
- Obat Bius
Anestesi atau obat bius adalah contoh gamblang bagaimana pengobatan modern mampu mengurangi penderitaan manusia. Sebelum 1840, pasien tak pernah diberi obat bius dan harus menanggung rasa sakit luar biasa selama menjalani operasi.
Pada 1846, William Morton, ilmuwan Amerika Serikat, menggelar demonstrasi cabut gigi tanpa sakit dengan obat bius. Penggunaan obat bius sempat ditentang, terutama di Inggris, lantaran dianggap mengubah kodrat Tuhan. Tentangan berangsur hilang setelah Ratu Inggris, Victoria, diberi anestesi saat menjalani proses persalinan pada 1853.
- Antibiotik
Penemuan ini secara dramatis mengubah teknik pengendalian infeksi dan perawatan kesehatan. Alexander Fleming, ilmu-wan Inggris, menemukan antibiotik pertama, penisilin, pada 1928.
Antibiotik dijuluki sebagai ”peluru ajaib” pembunuh atau penghambat pertumbuhan bakteri tanpa menimbulkan keracunan. Sampai kini sudah ada lebih dari 100 jenis antibiotik untuk mengobati beragam jenis infeksi, baik yang ringan maupun yang mengancam nyawa.
- Obat Anti gangguan Jiwa
Pertama kali ditemukan pada 1952, obat klorpromazin telah mendorong revolusi dalam pengobatan penyakit kejiwaan. Obat antipsikotik pertama ini ditemukan oleh dua ahli kejiwaan Prancis, Delay dan Deniker.
Dulu, penderita gangguan mental seperti skizofrenia sama sekali tak bisa ditolong. Mereka dianggap gila dan diasingkan dari lingkungan. Dengan obat antipsikotik, gangguan jiwa bisa diredam hingga si pasien bisa menjalani hidup secara normal.
- Rantai Kehidupan
Langkah raksasa itu diayun oleh James Watson dan Francis Crick. Merekalah penemu susunan rantai materi genetik DNA (asam deoksiribo nukleat), temuan yang dilaporkan dalam jurnal Nature, 1953.
Struktur DNA seperti ja-linan pita berganda (double helix). Masing-masing pita tersusun atas kode protein yang spesifik untuk tiap individu. Susunan ini yang menentukan sifat khas setiap orang, misalnya, rambut keriting, hidung mancung. Kode protein dalam DNA inilah pesan genetik yang diwariskan kepada bayi melalui sperma dan sel telur ayah dan ibunya.
Terobosan terbesar di bidang biokimia ini membuka banyak kemungkinan. Rahasia kehidupan manusia terungkap. Penemuan ini membantu para ilmuwan untuk mengidentifikasi penyakit yang dipicu mutasi gen sekaligus mencari cara mengatasinya.
- Pengobatan Berdasarkan Bukti
Pertama kali istilah ”pengobatan berdasarkan bukti” atau evidence-based medicine diperkenalkan pada 1991. Dengan kaidah ini, setiap tindakan pengobatan yang dilakukan dokter wajib berdasarkan bukti ilmiah, tidak sekadar berdasar pengalaman tradisional.
Selain efektivitas klinis, kaidah ini juga mempertimbangkan aspek ekonomi. Apabila ada dua jenis terapi yang sama efektifnya, maka terapi yang lebih murah dipilih.
- Pembunuh Tak Terlihat
Teori kuman pertama kali dikemukakan oleh Louis Pasteur, mikrobiolog Prancis yang hidup pada 1822–1895. Berbagai eksperimen Pasteur mengantarkan dia kepada teori bahwa penyebab infeksi adalah kuman yang tak terlihat oleh mata biasa.
Teori kuman membuka mata dunia tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Pada akhir abad ke-20, kasus kematian akibat penyakit infeksi hanya mencapai 4 persen. Seabad sebelumnya, jumlah kematian akibat infeksi mencapai 30 persen.
- Komputer
Komputer memang bukan temuan khusus dunia kedokteran. Namun, mesin yang telah dirintis sejak awal abad ke-20 ini telah menembus berbagai tembok penghalang, memungkinkan percepatan kemajuan pengobatan modern.
- Pencitraan dengan Sinar X
Tonggak penting kali ini ditegakkan oleh Wilhelm Rontgen, fisikawan asal Jerman. Pada 1895, dia menemukan sinar X yang dapat menembus jaringan-jaringan dan memberikan gambaran akurat tentang tubuh. Tulang yang patah, benda asing di dalam tubuh, jabang bayi di rahim ibu, juga sel-sel kanker, dapat dilihat dengan bantuan sinar ini.
Teknologi rontgen terus berkembang. Kini tersedia peralatan diagnostik berbasis sinar X yang mampu merekonstruksi gambar tiga dimensi, mulai dari ujung kepala hingga jempol kaki, hanya dalam hitungan detik.
- Kultur Jaringan
Teknologi kultur jaringan memungkinkan sel-sel dikembangkan di luar tubuh makhluk hidup. Lebih dari sepertiga peraih Hadiah Nobel di bidang kedokteran sejak 1953 sampai sekarang melakukan penelitian berbasis kultur jaringan.
Pengembangan produk biologis, antara lain vaksin, dilakukan dengan bantuan teknik ini. Tanpa kultur jaringan kita akan kekurangan vaksin untuk melawan cacar air, gondongan, atau rubela. Gambaran terperinci sel pasien yang dicurigai mengalami kelainan genetis juga tak akan diketahui tanpa teknik ini. Pembuahan in vitro (untuk bayi tabung) pun tak akan bisa dilakukan tanpa kultur jaringan.
- Vaksin
Kepada Louis Pas-teur kita layak berterima kasih. Pada 1885, dia menemukan vaksin rabies yang menjadi dasar bagi pengembangan semua jenis vaksin. Entah berapa ratus juta nyawa berhasil diselamatkan oleh vaksin, terutama anak-anak yang rentan terserang infeksi difteri, polio, dan campak.
Di Indonesia, pelaksanaan program imunisasi masih belum maksimal. Data Departemen Kesehatan pada 2006 menunjukkan tak kurang dari 1,2 juta anak Indonesia belum memperoleh imunisasi campak rutin. Akibatnya, hampir 30 ribu anak di negeri ini meninggal saban tahun karena komplikasi yang menyertai penyakit campak.
- Sanitasi
Penyakit infeksi adalah hantu mengerikan di zaman 1800-an. Biang keroknya adalah lingkungan yang buruk akibat bobrok-nya sistem pembuangan perkotaan. Kondisi ini mendorong terjadinya perubahan besar-besaran di bidang kesehatan publik di Eropa. Penyediaan air bersih dan sistem pengolahan air limbah domestik menjadi titik utama. Benar saja, angka kematian akibat penyakit infeksi pun menurun drastis.
Menjaga kesehatan, memang, tak bisa lepas dari perbaikan kondisi lingkungan. Sayangnya, kesadaran ini belum tumbuh kuat di Indonesia. Kebutuhan akan air bersih pun masih jauh dari terpenuhi. Walhasil, angka kematian akibat diare masih terbilang tinggi. Pada 2001, angka kematian balita akibat diare mencapai 75 dari setiap 100 ribu penduduk.
- Imunologi
Kemampuan tubuh mengenali sel asing menjadi dasar dari imunologi. Ini ilmu yang mempelajari bagaimana manusia bertahan melawan beragam serangan mikroorganisme (bakteri, virus, parasit), racun, atau sel tak normal. Imunologi juga yang memungkinkan sukses proses pencangkokan berbagai organ yang menyelamatkan jutaan nyawa.
Pemahaman sistem imun, yang mencapai tahap penting di akhir 1950-an, juga mendorong menciptakan teknologi antibodi monoklonal. Teknik ini digunakan untuk mendiagnosis dan memonitor perkembangan penyakit.
- Bahaya Rokok
Pada 1950, muncul dua riset yang menggegerkan tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Citra keren bersosok maskulin di film yang dibintangi James Dean mulai runtuh. Pengawasan terhadap rokok pun mulai diberlakukan di berbagai negara. Akibatnya, jumlah perokok menurun. Implikasinya, di negara-negara maju terjadi penurunan jumlah penderita kanker dalam 20 tahun terakhir.
Sayang, bahaya rokok belum terlalu disadari masyarakat Indonesia. Kalangan industri memanfaatkan hal ini dengan menjadikan negara seperti Indonesia sebagai target pemasaran intensif.
- Pil KB
Inilah pil yang secara tak langsung mematahkan dominasi kekuasaan pria dalam masalah seks dan reproduksi. Dengan pil kontrasepsi, perempuan dapat memutuskan apakah dia berniat hamil atau tidak. Pil ini juga menjadi satu-satunya obat yang mendapat reaksi begitu besar, dari segi budaya, ekonomi, hingga agama.
Indonesia menggunakan pil kontrasepsi sebagai bagian dari program Keluarga Berencana. Pada 1970–1980-an, laju pertambahan penduduk cukup tinggi, 2,32 persen per tahun. Tahun lalu, pertumbuhan penduduk 1,7 persen.
- Oralit
Jurus ini amat murah dan sederhana. Oralit, juga dikenal dengan larutan gula dan garam, diberikan sebagai pengganti cairan yang hilang pada pasien diare.
Pertama kali diterapkan pada 1970-an di kemah-kemah pengungsian, jurus ini sukses menurunkan kematian akibat diare secara dramatis. Diperkirakan oralit telah menyelamatkan 50 juta nyawa anak-anak di seluruh dunia gara-gara diare selama 25 tahun terakhir.
Nunuy Nurhayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo