Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sambil tiduran di ranjang rumah sakit, tangan kanan Cut Mariska Mutia memegang botol air kemasan. Jemari tangan kirinya memasukkan sedotan plastik ke botol, dan ujung sedotan satunya lagi masuk ke mulut. Lalu, slurup... air jernih menyegarkan kembali tenggorokan wanita 28 tahun itu.
Menyeruput minuman dari botol air barangkali urusan sepele bagi banyak orang. Tapi, bagi Cut, sekadar memegang botol pun pernah menjadi masalah amat berat. Gara-garanya, pembuluh darah di otak dia kolaps alias kempot, yang berakibat aliran darah tidak lancar. Bahkan terjadi perdarahan pada saraf motorik, sehingga tangan dan kaki kanan Cut lumpuh.
Cut beruntung karena masalahnya segera diketahui dan bisa dibereskan dengan teknik radiologi intervensi. Dokter Terawan Agus Putranto, ahli radiologi intervensi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, menemukan penyebab stroke pada wanita ini. Penanganan disegerakan, dan kelumpuhan yang beberapa hari melanda Cut pun berangsur-angsur pulih.
Tatkala Tempo membesuknya di Paviliun Kartika RSPAD, dua pekan lalu, Cut tak dapat melayani wawancara karena harus beristirahat. "Maaf, enggak bisa meneÂmani ngobrol, ngantuk banget," ujar sang pasien. Suami Cut lantas menuturkan ihwal sakit istrinya. Serangan bermula pada pertengahan Ramadan lalu. Cut dilanda sakit kepala hebat setiap kali duduk atau berdiri, setelah bangun tidur. Dia juga mengalami kejang berulang. Tim medis dua rumah sakit lain menangani ibu dua anak ini, sebelum dia berpindah ke dokter Terawan.
"Cut mengalami stroke karena dehidrasi. Ia kurang minum sehingga pembuluh darah di otak kolaps," Terawan menjelaskan kepada Tempo. Istilah lainnya kempot. Dia juga mengalami perdarahan. Diagnosis ini muncul setelah Terawan meneliti hasil pemindaian otak Cut dengan computed tomography scan (CT Scan) dan magnetic resonance imaging (MRI).
Apriliansyah membenarkan penuturan Terawan mengenai istrinya yang kurang minum. Setidaknya, dalam tiga bulan terakhir, perempuan yang bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah itu terlalu sibuk mengurusi pelaksanaan ujian nasional dan sering lupa minum.
Menurut Terawan, stroke yang dipicu dehidrasi—seperti kasus Cut—merupakan 60 persen dari kasus yang dia tangani selama ini. Dia mengaku banyak pasien yang telah dibantu sejak ia mempraktekkan radiologi intervensi pada 2004. Rentang usia pasiennya amat beragam. Bahkan ada yang baru berumur empat tahun. Stroke yang diderita 40 pasien Terawan yang lain rata-rata dipicu oleh gangguan pembuluh darah, dari pembuluh darah yang menggelembung seperti balon (aneurisma) hingga rangkaian pembuluh darah arteri dan vena di otak kusut (arteriovenous malformation).
Radiologi intervensi adalah pemanfaatan mikrokateter yang dilesakkan ke pembuluh darah di pangkal paha (arteri femoralis). Kateter terus masuk melalui pembuluh darah di perut, dada, lalu naik ke otak. Setelah sampai di pembuluh darah bermasalah, otak akan dicuci dengan cairan khusus. Dalam proses ini, peran digital subtraction angiography (DSA), mesin canggih yang bisa memindai pembuluh darah tiga dimensi, amatlah vital. Mesin ini memandu dokter untuk bertindak, termasuk saat menangani stroke akibat pembuluh darah kolaps seperti dialami Cut.
Dokter Muhammad Firdaus, Kepala Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Dharmais Jakarta, merumuskan stroke sebagai berikut: suatu kondisi akut (mendadak) otak yang tak mendapat asupan makanan, baik udara maupun nutrisi, yang didistribusikan lewat aliran darah. Kondisi itu bisa terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Akibatnya, daerah otak di ujung pembuluh darah tak mendapat paÂsokan. Pecahnya pembuluh darah bisa dipicu oleh kelainan, seperti aneurisma, rangkaian pembuluh darah arteri dan vena "kusut", serta karena tekanan darah tinggi.
Sumbatan pembuluh darah juga dapat menjadi pemicu stroke. Sumbatan lazimnya muncul karena kekentalan darah yang tidak normal, antara lain akibat kolesterol tinggi. Khusus mengenai hubungan dehidrasi dengan stroke, kata Firdaus, "Sampai saat ini belum ada penelitian yang menyimpulkan hubungan langsung."
Dihubungi terpisah, Profesor ÂHardinsyah, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia (organisasi para ahli gizi dan pangan) menyatakan hal serupa. Namun temuan lapangan—seperti pengalaman Terawan—menurut sang profesor, "Menarik untuk diteliti lebih lanjut."
Terawan mengakui, kolesterol dan lemak di dalam darah merupakan faktor risiko terjadinya stroke. Namun faktor-faktor ini dinilai tak sejahat dehidrasi. Berdasarkan kasus yang ia temukan, pasien stroke akibat kolesterol dan lemak di darah lebih sedikit ketimbang akibat dehidrasi. Orang boleh setuju atau tidak, kata Terawan, "Tapi kasus yang kami dalami sudah banyak. Sebab itu, jangan abaikan kecukupan minum."
Bagaimana dehidrasi bisa memicu stroke? Saat terjadi dehidrasi, aliran darah yang masuk dan keluar di otak tak seimbang. Pembuluh darah balik dari otak menuju serambi jantung mengalami kolaps atau kempot karena kekurangan cairan. Dalam jangka panjang, kolaps melambatkan aliran darah. Pada bayi yang ubun-ubunnya belum tertutup tengkorak, kolaps bisa ditandai dengan permukaan ubun-ubun yang cekung.
Terawan menegaskan, yang pertama kolaps adalah pembuluh darah balik di kepala, termasuk di otak, karena aliran darah menuju kepala mencapai 40 persen. Bagian tubuh lainnya hanya mendapat jatah 60 persen darah. Pembuluh darah yang kolaps bisa menimbulkan peradangan dan membuat penderitanya kejang-kejang. Dalam sejumlah kasus, selain kolaps, bisa terjadi perdarahan, seperti dialami Cut.
Gejala orang yang mengalami stroke bergantung pada area otak yang terkena. Jika mengenai fungsi luhur otak, termasuk saraf yang mengatur emosi, orang tersebut mudah tersulut emosinya. Jika kena area motorik, akan terjadi kelumpuhan. Masalah-masalah inilah yang selama ini ditangani Terawan. Setelah aliran di pembuluh darah yang kolaps diperbaiki, kata dia, "Ada harapan untuk baik lagi."
Selain dengan teknik intervensi, stroke bisa ditangani dengan operasi. Menurut Firdaus, stroke karena perdarahan harus dioperasi bila jumlah darah di otak pasien lebih dari 30 cc. Tindakan bedah juga bisa diambil bila terjadi pembengkakan otak pada area yang luas, sehingga terjadi pergeseran atau pendesakan area penting lain di otak.
Dwi Wiyana
Mereka yang Berisiko Tinggi
Setiap orang yang mengalami dehidrasi berisiko terkena stroke. Tapi ada kelompok yang lebih punya risiko tinggi. Siapa saja mereka?
Pekerja di ruangan ber-AC
Karena bekerja di ruang dingin, mereka tak gampang merasa haus. Alhasil, mereka cenderung kurang minum.
Pekerja di luar ruang dengan suhu panas
Mereka yang bekerja di bawah sinar matahari atau dalam suhu ruang panas mudah terkena ancaman dehidrasi karena penguapan yang tinggi pada cairan tubuh.
Orang lanjut usia
Pertambahan usia membuat kemampuan tubuh menghemat air berkurang dan rasa haus menurun.
Gejala stroke:
Pencegahan:
Dw
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo