Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Untuk berdiri dan jalan sendiri

Seorang sarjana amerika, petrofshy, berhasil menciptakan peralatan untuk penderita cacat tungkai. (ksh)

15 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA penderita cacat tungkai (paraplegia) suatu ketika akan berdiri sendiri dan berjalan. Tanpa bantuan tongkat maupun kursi roda. Untuk itu seorang dokter dari Italia, Luigi Galvani, dua abad yang silam sudah merintis penggunaan listrik di kemudian hari untuk merangsang otot yang lumpuh. Tetapi baru sekarang cita-cita itu terlaksana, ketika anak perawan Amerika berusia 22 tahun, Nan Davis, berjalan dengan bantuan listrik setelah lumpuh empat tahun lamanya. Mahasiswi Wright State University di Dayton, Ohio, itu lumpuh mulai dari pinggang ke bawah, akibat kecelakaan lalu lintas. Dia mampu tegak dan berjalan untuk pertama kalinya, akhir November lalu, berkat bantuan komputer yang mengatur arus listrik untuk mendorong otot-otot tungkainya yang sudah tak bisa dikendalikan otak. Peristiwa yang berlangsung di laboratorium universitas itu merupakan puncak dari riset selama 13 tahun yang dilakukan Dr. Jerrold Petrofsky, direktur laboratorium biomedis Wright State University. Sebelum berhasil membuat Nan Davis berdiri dan berjalan, peralatan "ajaib" itu sudah pernah pula dicobakan pada seorang mahasiswa penderita lumpuh kedua tangan dan kaki. Pemuda itu mampu menggerakkan kakinya. Tungkainya itu bisa mengangkat beban 3 1/2 kg. Dan tiga bulan kemudian malahan ia mampu menggenjot pedal argocycle (sepeda berhenti). Teknologi penolong lumpuh tungkai ciptaan Petrofsky itu terdiri dari komputer yang memberikan perintah bergerak kepada 10 kelompok otot. Langkah Nan Davis, yang kelihatannya mulus itu, diatur melalui satu sistem pemantulan listrik yang memberikan keterangan mengenai kedudukan otot dan persendian tulang. Seluruh sistem tersebut -- disebut feedback system menggunakan sebuah alat pengontrol yang ditempatkan di pinggang, lutut dan pergelangan kaki. Mula pertama Nan Davis menggerakkan kaki kelihatan seperti astronot yang bersiap-siap terbang ke angkasa. Tubuhnya dihubungkan dengan komputer melalui 30 elektroda. Di samping itu dia masih menggunakan pakaian ala parasutis yang digantungkan ke plafon laboratorium. "Selama belum ada penderita cacat tungkai yang bisa berjalan, kita belum tahu apakah tulang dan otot mereka cukup kuat untuk menopang berat badan mereka. Karena itulah, untuk sipnya, kami menggunakan semacam parasut -- sehingga bobot tubuh tidak seluruhnya membebani persendian," kata Petrofsky. Sekarang komputer penolong Nan Davis memang masih cukup besar dan diletakkan di meja. Tetapi dalam percobaan berikutnya komputer akan dibuatkan yang lebih kecil, 15 x 25 cm, dan akan digendongkan di bahu. Bahkan kalau ini berhasil, akan dibuat pula komputer yang lebih kecil lagi, yang bisa ditanamkan di bawah kulit -- hingga si penderita kelihatan berjalan tanpa bantuan apa pun. Tetapi para penderita agaknya masih perlu menunggu lama sampai peralatan itu dijual di pasar. "Bagaimanapun, yang terjadi di laboratorium ini akan memberikan harapan baru kepada mereka. Suatu ketika banyak di antara mereka akan berdiri dan bisa bergerak kembali," ucap Petrofsky. Harapan itu agaknya akan membersit juga di sini. Para penderita cacat tungkai diperhitungkan berjumlah sekitar 20. 000 orang di Indonesia. Siapa tahu komputer itu bisa pula mereka nikmati. Terutama kalau harganya tak setinggi harga pesawat video.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus