HARI sudah pukul 15.00 WIB. Willy Karamoy dan stafnya memasuki
masa puncak kesibukan. Di ruang berukuran 4 x 10 m yang sejuk
sekalipun, tak urung mereka tegang dan berkeringat. Seseorang
mengetik naskah yang akan dibacakan segera. Sedang lainnya
meng-edit gambar atau memperhitungkan waktu. Sebentar lagi,
pukul 6.30 sore, bahan siaran televisi itu harus diudarakan.
Siaran itu seluruhnya berbahasa Inggris -- berlangsung selama 30
menit.
Begitu setiap hari kesibukan mempersiapkan English News Service
TVRI. Dibuka dengan lonceng menunggu waktu berirama lagu
Lenggang Jakarta, siaran itu muncul lewat saluran 8 TVRI Pusat
Jakarta. Mulai mengudara 1 Januari, siaran itu diterima pemirsa
TVRI bagaikan hadiah Tahun Baru.
TVRI bikin surprise? "Sebetulnya itu sudah kami pikirkan sejak
awal 1977," tutur Drs. H. Subrata, Direktur TVRI. Menurut dia,
itu merupakan kelanjutan dari berbagai kerja sama tukar menukar
pemberitaan yang selama ini dilakukan TVRI. Ada kerja sama
antarstasiun (misalnya, dengan NHK dari Jepang), kerja sama
negara dan antarperhimpunan (lewat ABU -- Asian Broadcasting
Union). Dan karena sekarang ini secara teknis, personil dan
anggaran memungkinkan, siaran khusus itu dapat dilaksanakan.
Secara teknis itu, misalnya, TVRI sudah mampu melakukan split
channel (salurah terpisah), supaya tidak terjadi bentrokan
acara, mengingat waktu di Indonesia berbeda-beda.
Juga desakan para warga asing dan arus tamu asing konon lebih
mempercepatnya. Sekarang ini tiap kamar hotel punya pesawat
televisinya. Dan banyak tamu asing jadi penghuni hotel. Tambah
pula Rakorpim (rapat koordinasi pimpinan) TVRI se-lndonesia
Desember lalu merekomendasinya.
"Jakarta ini kan kota metropolitan. Setiap kota bertaraf
demikian punya siaran international," ujar Willy Karamoy, Kepala
Seksi Berita TVRI. Ia ditunjuk sebagai penanggung jawab siaran
bahasa Inggris itu. "Jeddah punya siaran bahasa Inggris, Kairo
juga, masakan Jakarta tidak," katanya. Ia bersama stafnya
berlatih siaran selama sebulan sebelum program itu dilaksanakan.
Selain masalah teknis memisahkan saluran itu Karamoy konon tak
menghadapi persoalan berat. Bahkan masalah anggaran atau biaya
produksi khusus, menurut dia, tak ada.
Sebelum ada acara bahasa Inggris itu pada jam tersebut ada
programa Ibukota. Pembiayaan saluran baru itu tak berbeda, yakni
Rp 10 juta per jam siaran. "Kalau 30 menit, ya separuhnya,"
katanya. Angka persisnya Subrata hanya menyebutkan, "jauh di
bawah biaya produksi siaran TV BBC yang per jamnya œ23.000."
Juga tak sulit mencari tenaga penyiar. Menurut Subrata, sejumlah
lamaran sebagai penyiar berdatangan. Sepuluh penyiar (lima
wanita, lima pria) yang ada kini sudah cukup.
Kemampuan mereka lumayan (not bad). Inke Maris, misalnya, pernah
lama bekerja di BBC London. "Dengan menyiarkan berita dalam
bahasa Inggris, saya merasa ikut memperkenalkan negara kita
kepada orang asing," tutur Inke. Istri pegawai Citibank ini
bersemangat kerja tanpa pamrih. Tanpa diminta ia selalu senang
menerjemahkan bahan siaran meski bukan tugasnya. Komentarnya
tentang penyiar? "Bukan cuma pembaca berita. Tapi juga penyaring
terakhir sebuah berita," katanya. Sedang A. Ullah, penyiar
kawakan RRI, "merasa mendapat kehormatan menyiarkan berita dalam
bahasa Inggris."
Bagaimana sambutan pemirsa warga asing? "Saya sekarang harus
membeli pesawat televisi," ujar Yasuo Kusano. Wartawan surat
kabar Mainichi Shimbun ini sejak berdinas di sini setahun lalu
merasa tak perlu memiliki pesawat televisi karena tak mengerti
bahasa Indonesia.
THOMAS Spooner, Atase Kebudayaan Amerika di Jakarta menyatakan
kegembiraannya pula. Ia menilai bahasa Inggris siaran TVRI itu
"sangat bagus." Dan yang lebih menggembirakan, katanya, "anak
saya yang semula tak suka, kini rajin nonton televisi."
Ada wartawan asing yang minta copy berita yang telah disiarkan.
Permintaan ini gampang dikabulkan. Wartawan Singapura, misalnya,
minta copy berita penggiringan gajah. Sedang rekannya dari
Australia minta berita keterangan Menlu Mochtar Kusumaatmadja
tentang Tim-Tim.
Tapi ada juga kritik. "Berita yang disiarkan sangat terlambat,"
komentar seorang wartawan Barat yang ogah disebut namanya. "Saya
kira yang disiarkan itu sejarah." Menurut dia, ada berita yang
terlambat sampai tiga hari.
"Yang dimaksud wartawan Barat itu mungkin timeless story di luar
news bulletin," ujar Subrata. Untuk hardnews, katanya, selain
para reporter TVRI setiap hari aktif, juga agen film berita
seperti Visnews, UPI TN, ABC, Transtel dan DPA merupakan sumber
tetap TVRI. Toh Karamoy mengaku lebih banyak siaran feature dan
magazine ketimbang berita. "Siaran berita hanyalah satu dari 26
mata acara."
Tapi Subrata berjanji secara bertahap akan mengadakan perbaikan.
Dalam jangka panjang siaran bahasa Inggris itu diharapkannya
merupakan embrio saluran tersendiri. "Kita harapkan kelak TVRI
tak lagi bersaluran tunggal seperti sekarang ini," katanya
tersenyum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini