MISSILES OVER FALKLANDS
Produksi: Golden Harvest Ltd, Hongkong
Penyunting: Chang Yiu Chang
PERANG Malvinas adalah perang komputer. Setidaknya dilihat lewat
film Missiles Over Falklands, yang kini lagi beredar di Jakarta.
Sebuah film yang diproduksi perusahaan Hongkong, diedit dari
film dokumenter yang dibeli konon, dari kementerian-kementerian
pertahanan Inggris dan Argentina.
Memang tidak bisa disaksikan tentara yang porak-poranda, mati
bergelimpangan atau terluka parah seperti pada umumnya film
perang. Hampir sepenuhnya film ini hanya menggambarkan betapa
dahsyatnya yang disebut peluru kendali alias rudal itu. Dari
jarak puluhan kilometer ditembakkan -- dan tak satu pun, boleh
dikatakan, bisa menghalangi senjata pamungkas itu.
Film ini mulai ketika armada Inggris yang dipimpin kapal perang
Hermes berangkat dari Britania Raya, 5 April 1982. Tampak para
kerabat anggota armada mengantar di dermaga. Suasana hening,
meski pakaian yang dikenakan para pengantar itu warna-warni.
Kamera yang kemudian mengambil mereka lebih dekat, menangkap
beberapa wanita yang mengusap mata dengan sapu tangan. Inilah
perang Inggris yang pertama sejak penyerbuannya ke Terusan Suez,
Mesir, 1956.
Lantas diperkenalkan apa saja yang dibawa Hermes. Ada 32 pesawat
Sea Harrier, tiga Nimrod, 25 helikopter Seaking dan Sea-lynx.
Sementara di belakang Hermes berlayar dengan anggunnya 16 kapal
pengangkut pasukan, kapal perusak dan penjelajah. Dan semuanya
menuju ke kepulauan 12 ribu kilometer dari Inggris.
Film pun beralih, menceritakan kemungkinan yang akan dihadapi
armada Inggris. Angkatan Bersenjata Argentina, menurut film ini,
telah menyiapkan 43 pesawat Mirage, 68 Skyhawk, 10 pesawat
Etendard, 9 pesawat pengebom Canberra dan 25 helikopter.
Empat hari kemudian Inggris menambah jumlah armadanya.
Diberangkatkan kapal Canberra dari pelabuhan Southampton,
berpenumpang sejumlah pasukan Gurkha yang terkenal jago
berkelahi itu. Menyusul kapal Queen Elizabeth II.
Selama perjalanan dua minggu itu, armada terus mengadakan
latihan. Dipertunjukkan keampuhan pesawat-pesawat Sea Harrier --
yang merupakan satu dari tiga jenis yang bisa mengudara dan
mendarat secara vertikal. Landasan di kapal Hermes sendiri,
untuk memudahkan itu, tidak dibuat rata tapi agak miring ke atas
di ujungnya.
Kemudian diperlihatkan pendaratan di Georgia Selatan, praktis
tanpa perlawanan. Soalnya pengawal pulau ini, kapal selam Santa
Fe milik Argentina telah hancur lebih dahulu ditorpedo Inggris.
Diperlihatkan pula penyerbuan awal ke Port Stanley, awal Mei.
Sejumlah pesawat pengebom dikerahkan dari kapal-kapal Inggris
yang telah berada di sekitar Georgia Selatan untuk menghancurkan
landasan udara di ibukota Malvinas itu. Kamera menyuguhkan satu
pemandangan senyap di geladak kapal Hermes: semua Sea Harrier
pergi beroperasi.
Dipertunjukannya pula tenggelamnya kapal Argentina Jenderal
Belgrano yang ditembak torpedo kapal selam Conquerer. Tapi yang
menarik dokumentasi tenggelamnya kapal Inggris Sheffield, 4 Mei,
yang diganyang peluru kendali terampuh yang sempat digunakan
dalam perang 74 hari ini, Exocet. Kapal berbobot 3.500 ton itu
sedang berpatroli ketika tiba-tiba sebuah rudal berukuran 15
meter panjang muncul di sampingnya dan, tak sempat kapal
menghindar (mana mungkin!), persis di tempat mesin kapal rudal
itu menghantam . . .
Sempat pula terekam bagaimana helikopter Sea Lynx yang jagoan
itu menghancurkan sebuah kapal selam Argentina. Radar heli yang
berpatroli itu tiba-tiba memberi isyarat adanya kapal selam jauh
di depan. Lantas saja Sea Lynx melepaskan rudal Sea Skua yang
belum lama diciptakan Inggris. Mirip rudal Exocet buatan
Prancis, Sea Skua mencari sasaran dengan terbang dekat di atas
permukaan laut, menghindari radar musuh. Begitu sampai tepat di
atas kapal selam, rudal menukik. Sekian detik kemudian air laut
menyembur ke atas membentuk gunung tinggi.
Film ini memang memperlihatkan demonstrasi helikopter Lynx yang
jagoan itu. Jenis heli ini, yang bisa jungkir balik bak seorang
pemain senam (berputar 360 derajat, mundur-maju), membawa
peralatan yang bukan main-main: rudal jenis Tow dan peluru roket
68 mm untuk menghantam tank serta Sea Skuad untuk menghancurkan
kapal selam.
SEBUAH lagi perlengkapan perang Inggris radar Rapier, yang
luwes, mudah dipindah-pindahkan dan disembunyikan. Radar ini
dilengkapi instalasi peluru otomatis. Cukup ditunggui satu
orang, bahkan bisa dari jarak jauh. Bila radar berbunyi berarti
ada sasaran dan penunggu tinggal memencet tombol tanpa susah
payah membidik.
Hancurnya pertahanan Argentina agaknya oleh rudal antitank yang
disebut Swingfire. Jarak tembak rudal ini mencapai sekitar 4 km
dengan kecepatan lebih dari 600 km per jam. Hebatnya, ia
dilengkapi dengan komputer sehingga begitu ditembakkan, bak
senjata cakra Batara Kresna, akan mencari sasarannya sendiri.
Film ini memang bukan dokumentasi yang sempurna -- meskipun
sempat merekam gugurnya Letkol H. Jones, komandan yang memimpin
penyerbuan Goose Green: 500 pasukan Inggris melawan 1.500
pasukan Argentina. Gambaran keseluruhan perang itu sendiri tak
ada. Yang muncul, dan agaknya memang yang dimaksud pembikinnya,
betapa rudal-rudal bisa menghancurkan kehidupan dalam sekejap.
Peluru-peluru itu seperti mempunyai otak.
Merekalah sebenarnya yang berperang, sementara manusia hanya
menjadi pelayan. Hidup kita seperti tergantung pada
"robot-robot" penghancur itu, yang telah kita ciptakan sendiri
untuh memusnahkan kita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini